IS || •17

122 18 0
                                    

 

“Cerita ini di buat tanpa ada sangkut pautnya dengan kehidupan pribadi setiap tokohnya. Semua alur dan kejadian murni imajinasi Author.”

 

‘WARNING’

Bab kali ini memuat adegan berdarah, di harap kepada pembaca yang memiliki trauma dan ketakutan akan darah untuk lebih bijak.

🕊️Happy Reading🕊️

 

>><<

 

 

Di sebuah hutan belantara yang gelap karena cahaya matahari yang terhalang pepohonan, ada seorang pria bersurai merah tengah berjalan dengan langkah kaki terseok-seok. Sekujur tubuhnya penuh luka memar dan luka-luka terbuka. Cairan kental berwarna merah di kepalanya juga menetes membasahi pakaian yang dia kenakan.

Beberapa kali dia menoleh ke belakang guna melihat adakah yang mengejarnya. Matanya mulai memburam, mungkin karena dia sudah mulai kehabisan banyak darah. Beberapa tetes darah juga bahkan ada yang masuk ke matanya dan hal ini menyusahkan dirinya untuk melihat sekitar lebih jelas.

Ada beberapa celah ranting juga menusuk kulit lengan dan betis kakinya. Pakaian dan celana panjang hitamnya juga sudah compang-camping tersayat ranting kayu yang mencuat.

Sampai akhirnya di penghujung hutan, dimana cahaya matahari mulai kembali bisa menjangkau kulit, pria itu merogoh saku celananya. Tangannya yang bergetar berusaha meraih ponsel.

“Kumohon... Kumohon...”

Gumaman itu terus terdengar di sela bibir merahnya. Signal di ponselnya sudah kembali masuk, buru-buru dia menghubungi orang yang bisa membantunya.

Klik

[Hallo? Kenapa Ris?]

“Gin, ‘mereka’ mulai bergerak. Aku di serang mereka saat sedang melakukan penyelidikan. Tolong sekalian hubungi pihak Organisasi untuk mengirimkan bantuan, aku terluka parah,” ucap pria bersurai merah itu dengan suara tersengal-sengal.

Dia bisa merasakan pergerakan di belakangnya, ‘mereka-mereka’ yang di maksudnya tadi seperti masih mengejar dirinya.

[Oke. Tolong kamu cari tempat untuk berlindung dan nyalakan juga pemancar agar lokasi mu bisa terdeteksi. Orang-orangku juga akan ikut bergabung. Kamu sudah memberikan kabar ini ke Arion?]

Harris menggelengkan kepalanya, “Jangan beritahu dia dulu. Arion adalah kartu Truft yang kita miliki. Orang-orang itu masih belum mengetahui mengenai keberadaan Arion, jangan sampai kejadian ini malah mengendus keberadaannya yang sudah susah payah dia sembunyikan selama ini.”

[Baiklah. Jangan matikan sambungannya. Agar kami bisa sekalian memantau keselamatanmu. Souta baru saja memberi kabar ke Organisasi, dan katanya mereka sudah mulai bergerak. Lokasimu ada di hutan hitam kan? Tunggulah tiga puluh menit lagi.]

Gin turut merasa panik, rekan sekaligus sahabatnya sedang dalam bahaya. Ada benarnya untuk tidak memberi kabar ke Arion di saat seperti ini, karena dia tahu persis bagaimana tempramen pria itu bila menyangkut teman-temannya.

Pria dengan telinga rubah yang sedang berdiri di balik meja Bar itu sedikit membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu ke meja, “Harris, apa ‘mereka’ masih mengejarmu?”

[Aku tidak bisa melihatnya, tapi aku merasakan pergerakan mereka yang sepertinya masih berusaha mencari keberadaanku. Sebelum keluar dari hutan, aku memang meninggalkan jejak di beberapa tempat untuk membingungkan mereka. Namun aku yakin trik ini tidak akan bertahan lama sampai mereka menemukanku karena banyaknya darah yang ku tinggalkan di jalan tadi. Gin, aku mohon jangan beritahu Arion. Kita urus masalah ini diam-diam. Kamu tahu sendiri gimana dia kalau mengetahui hal ini kan?]

IDENTITAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang