IS || •26

144 20 2
                                    

“Cerita ini di buat murni berdasarkan imajinasi Author. Semua kejadian dan alur, sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan pribadi setiap tokohnya.”

 

🕊️Happy Reading🕊

 

>><<

 

Pagi menjelang, udara pagi di komplek tersebut lumayan sejuk, karena letaknya yang di kelilingi oleh pepohonan. Roxanna sudah bangun sejak pagi buta, dan menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri.

Selesai dia bersiap, dan mengenakan pakaian yang sopan, Roxanna melirik ke arah jam yang melekat di dinding kamar.

“Masih jam segini, sebentar lagi deh berangkatnya,” gumamnya.

Meskipun begitu, dia tetap membawa tas ranselnya untuk turun ke lantai bawah.

Tadi malam, dirinya di kontak oleh pihak perusahaan lainnya. Itu sebabnya, kini gadis itu tengah bersiap untuk menjalankan tugasnya.

Bekerja sebagai Data Saintist untuk tiga perusahaan besar, cukup membuat Roxanna kewalahan. Meskipun begitu, setiap melihat dana yang mengucur deras di rekeningnya, langsung membuat lelah gadis itu lenyap seketika.

Roxanna duduk di depan televisi sembari menunggu waktu berangkat. Ketika saluran berganti ke Berita pagi, Roxanna sampai bergidik ngeri ketika berita utama pagi ini adalah penemuan dua jasad pria tanpa kepala di pinggiran sungai.

“Lokasinya gak begitu jauh dari sini. Astaga, orang gila mana yang tega berbuat keji seperti itu?”

Seandainya Roxanna tahu, bahwa biang keladi dari tragedi mengerikan itu, suatu saat nanti juga akan terlibat di dalam garis takdirnya.

>><<

 

Tok.. Tok...

Pintu terbuka ketika ketukan berakhir, memperlihatkan pemuda berpakaian rapih.

“Tuan, Tetua dari bangsa peri hutan ingin bertemu dengan Anda. Kini beliau sedang menunggu di ruang tamu,” ucap Damian sembari menunduk dengan sopan.

Arion yang masih berkutat dengan pekerjaannya, lantas mengangkat kepalanya dan menatap Damian, “Baiklah.”

Arion melangkah keluar dari ruang kerjanya, bersama dengan Damian yang mengikuti dari belakang. Kedua pria itu berjalan menuju bangunan yang ada di sebelah bangunan utama.

Untuk menuju ke gedung sebelah, mereka akan melewati lapangan latihan untuk para ksatria. Ketika Arion lewat, para ksatria yang sedang berlatih seketika menghentikan kegiatan mereka dan menatap ke arah Arion dengan sikap pemujaan.

Di dunia ini, yang kuat akan menerima rasa hormat dari kaum yang lebih lemah. Termasuk Arion, pria yang memiliki garis keturunan paling unggul di antara keluarga Brenedict itu, sejak dahulu selalu menjadi objek rasa kagum dari para ksatria, dan ketampanan pria itu juga membuat banyak wanita dari berbagai kaum menaruh hati padanya.

Sayangnya, sikap Arion yang tak tersentuh dan dingin itu, membuatnya tidak pernah menanggapi semua perasaan yang para wanita itu curahkan. Bahkan putri Raja sekalipun, dengan sikap tegasnya, dia menolak lamaran tersebut.

“Salam kepada Grand Duke Brenedict,” seorang wanita yang masih kelihatan muda itu begitu melihat kehadiran Arion.

Tetua dari bangsa peri hutan atau yang kerap di panggil Madam Roselia itu, meskipun memiliki wajah yang terlihat muda seperti wanita awal tiga puluhan, namun pada kenyataannya, usia wanita itu sama seperti usia Kakeknya Arion.

IDENTITAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang