“Cerita ini di buat tanpa ada sangkut pautnya dengan kehidupan pribadi setiap tokohnya. Semua alur dan kejadian murni hasil imajinasi Author.”
🕊️Happy Reading🕊️
>><<
Hari sudah menjelang malam, Roxanna dan Arion masih di perjalanan menuju rumah. Roxanna melirik ke arah suaminya yang sedang fokus menyetir. Namun bukan itu fokus utama Roxanna, gadis itu merasa ada yang aneh dengan sikap suaminya semenjak Papa nya bercerita tadi siang.
“Kak, kita makan di luar aja ya? Kayanya kalau makan di rumah udah keburu malam,” gadis itu sudah tidak tahan dengan kesunyian yang sudah berlangsung sejak tadi.
Arion menoleh sekilas, “Iya.”
‘Tuh kan! Pelit banget ngomongnya. Dia kenapa kaya gitu sih?’
Sementara di sisi Arion, pria itu terlihat banyak pikiran.
‘Jubah putih? Sial. Ternyata mereka sudah bergerak puluhan tahun lalu. Aku lengah.’
Benar saja dugaan Roxanna, Arion masih kepikiran dengan kisah yang di ceritakan oleh mertuanya tadi.
Drrtt... Drrtt Drrtt... Drrtt...
Suara getaran ponsel di atas Dashboard mobil mengalihkan atensi Arion. Pria itu menepikan mobilnya di depan sebuah rumah makan nasi padang. Setelah memastikan siapa yang meneleponnya, Arion menoleh ke arah istrinya, “Masuklah duluan, samakan saja pesanannya. Saya mau angkat telepon dulu.”
Roxanna menganggukkan kepala, segera turun dari mobil. Meskipun dia ingin tahu siapa yang menelepon suaminya, namun dia tidak bisa seenaknya bertanya.
Setelah memastikan istrinya masuk ke dalam rumah makan, Arion mengangkat teleponnya, “Kenapa?”
[Tuan, Anda harus benar-benar kembali. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun ‘mereka’ terus mendesak seolah mulai menyadari ketiadaan Tuan di sini. Saya juga mendapat informasi, salah satu rekan Anda bahkan sampai terluka parah karena serangan yang ‘mereka’ lancarkan. Masalah kali ini benar-benar membutuhkan Tuan untuk menyelesaikannya.]
Ternyata Damian yang menelepon Arion. Nada suara pria muda itu terlihat sangat gusar.
“Rekanku? Siapa? Siapa yang kau maksud, Damian?” desaknya.
Tidak ada respon dari Damian, pria muda itu terdiam untuk beberapa saat. Seolah menyadari kalau dia sudah salah berucap.
Namun, sebagai seorang bawahan, yang bisa dia lakukan adalah memberikan semua informasi yang dia tahu kepada sang Tuan.
[Teman anda yang bernama Harris terluka parah tadi siang. Pria berambut merah itu mendapat serangan saat dia sedang melakukan penyelidikan di dalam hutan. Tapi untungnya dia berhasil di selamatkan karena tim bantuan segera bergerak begitu mendapat laporan.]
Arion terhenyak, dia tidak menyangka ada kejadian seperti itu tanpa sepengetahuan dirinya. Setelah ini sepertinya dia harus menemui teman-temannya itu untuk cerita lebih jelasnya.
“Lalu apa lagi? Untuk kembali pulang, jemputlah besok siang. Aku harus mencari alasan yang pas. Istriku masih belum boleh tahu tentang keberadaan kalian.”
[Baik Tuan. Oh dan satu lagi, ini mengenai rapat tahunan, kali ini ada yang berbeda karena ‘Beliau’ juga akan hadir di sana. Tuan harus lebih berhati-hati.]
Helaan napas berat terdengar dari celah bibir Arion. Dirinya merasa sangat muak dengan situasi yang harus dia rasakan sekian tahun lamanya.
“Baiklah. Terima kasih untuk informasinya, Damian.”
Setelah itu dia mematikan teleponnya, dan menoleh ke arah dalam rumah makan dimana dia melihat istrinya yang sedang duduk menunggu pesanan.
“Setidaknya, aku harus melindungi satu-satunya keluarga yang aku miliki untuk sekarang,” gumamnya sembari melangkahkan kaki masuk ke dalam bangunan rumah makan.
>><<
Sementara itu di waktu yang sama, Gin dan Souta sedang menunggu di depan sebuah ruang rawat inap.
“Haruskah kita memberitahu keadaan Harris ke Arion? Aku yakin, dia akan sangat marah kalau mengetahui hal ini dari orang lain,” ucap Souta dengan nada yang cukup pelan.
Gin yang sedang duduk di sebelahnya lantas menoleh ke arah pria bersurai biru itu, “Aku juga inginnya begitu. Tapi, apa yang di bilang Harris juga ada benarnya. Biarlah dia tahu belakangan, yang penting untuk saat ini kita perlu bergerak lebih hati-hati, kita anggap saja penyerangan terhadap Harris adalah tanda peringatan dari mereka.”
Souta terdiam, dia yang memiliki usia paling muda sering berada di kursi panas karena perbedaan pendapat dari teman-temannya. Lagi dan lagi dia harus mengalah.
>><<
“Damian, bagaimana? Apakah Tuan bersedia untuk kembali?” tanya seorang wanita bersurai ungu pudar.
Damian yang baru saja kembali dari luar sampai terjingkat kaget karena kemunculan wanita itu yang tiba-tiba.
“Echi! Saya harap kamu mengurangi intensitas untuk membuat saya terkejut!” omelnya. “Besok saya akan pergi untuk menjemput Tuan. Kamu harus menjaga kediaman ini selama saya pergi.”
Wanita bernama Echi itu tersenyum senang, “Tentu saja! Selama ini aku hanya bisa berhubungan dengan Tuan melalui pekerjaan kami sebagai Vtuber. Tidak bertatap muka secara langsung setelah puluhan tahun itu cukup membuat kesal. Baiklah, kalau begitu aku akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut Tuan kembali.”
Echi pergi begitu saja setelah selesai mengucapkan kalimatnya. Meninggalkan Damian sendirian di koridor yang sepi itu, helaan napas berat dia hembuskan, “Kenapa dulu Tuan membiarkan perempuan itu tinggal di sini sih? Selama ini dia hanya suka membuat kegaduhan di kediaman ini.”
>><<
Hmm, mari kita tebak-tebakan. Menurut kalian, siapa sebenarnya Arion?
Buat yang udah pernah baca novelku di lapak sebelah, mungkin kalian cukup paham kalau aku ini penulis novel dengan genre Fantasi. Novel kali ini juga gak jauh-jauh dari genre Fantasi.
So, kalian bisa bebas menebak bahkan sampai ke taraf gak masuk akal sekalipun, karena genre Fantasi itu cakupannya sangat luas dan bisa sampai di luar batas wajar kehidupan normal sekalipun. xixixi
See you next chapter>>
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITAS SUAMIKU
Romance[ROMANCE FANFICTION MIKAZUKI ARION] "Pantau terus orang itu, jangan sampai kalian lengah! Kalau dia membuat ulah, habisin langsung di tempat, jangan kasih ampun!" "Anj*ng! Awas saja, mereka sudah berani menyentuh orang-orang ku. I don't give a sh*t...