IS || •10

144 19 1
                                    

Happy Reading

 

>><<

 

 

Keributan sore itu hampir di saksikan oleh tetangga sekitar yang ada di rumah nenek. Andini masih terus bersikeras ingin membatalkan niat nenek yang ingin menjual rumahnya. Keributan tersebut memancing keingintahuan beberapa warga yang lewat.

“Pokoknya Ibu tidak boleh menjual rumah ini! Kalau Ibu mau pergi ya pergi aja sana! Ngapain harus mengusik harta warisan untuk Suamiku nantinya?!”

Roxanna yang sejak tadi berada di balik punggung Arion sudah tidak tahan dengan kelakuan Andini yang sangat annoying.

“Kak, kebetulan aku punya paman seorang polisi yang bertugas di dekat desa ini. Tingkah Bude sudah gak bisa di toleransi lagi. Ini sudah di tingkat mengusik kenyamanan orang lain,” ucapnya seraya menatap Arion.

Roxanna melihat raut wajah Arion yang sudah menggelap, itu pertama kalinya ia melihat Arion semarah ini.

Sementara Andini mulai ketar-ketir ketika Roxanna berkata ingin melaporkannya ke polisi. Namun dia sama sekali tidak berniat untuk menyudahi protesnya.

“Rumah ini adalah hak Suamiku! Kalian gak boleh menjualnya!”

“Dasar orang gila. Bude itu cuma menantu di keluarga ini! Punya hak apa untuk menentukan hak waris? Kakek meninggal tanpa sempat membagikan warisan, tapi di sini Nenek masih hidup. Rumah ini di beli dengan usaha Kakek dan Nenek, berarti Nenek pun memiliki hak atas rumah ini untuk menjualnya. Bude hanya orang luar, jangan ikut campur dengan urusan keluarga kami!” sentak Arion.

Kulitnya yang kuning langsat sampai memerah karena emosi yang sudah tidak tertahan.

“Andini!” teriakan seorang pria membuat atensi orang yang ada di sana teralihkan.

Suhardjo datang sambil berlari, raut wajahnya pun tidak jauh berbeda seperti Arion. Tampak murka di wajahnya yang sudah mulai menua.

Andini yang melihat suaminya datang, menganggap kalau kini dia memiliki seseorang yang akan membelanya. Dia menghampiri suaminya dengan air mata membasahi pipi, “Mas, tolong aku! Mereka berniat menjual rumah Ibu, padahal itu kan rumah yang bakalan jadi warisan buat kamu.”

Plak!

“Ibuku masih hidup! Bisa-bisanya kau membahas warisan di sini?!”

Suara tamparan Suhardjo seperti mesin penghenti waktu. Semua orang yang ada di sana langsung terdiam. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Suhardjo, yang selama ini di kenal suami takut istri, dengan lantang menampar dan membentak istrinya di hadapan banyak orang.

Suhardjo menoleh ke arah Arion, “Ar, dimana Nenek?”

Arion menoleh ke arah rumah, sebagai jawaban atas pertanyaan Suhardjo.

Roxanna menatap sinis ke arah Andini yang masih terpaku sambil memegangi pipinya yang baru saja di tampar oleh Suhardjo.

“Tolong bubar! Konflik keluarga kami bukan tontonan publik!” ucap Roxanna.

Setelah memastikan semua warga sudah pergi, Arion berucap lirih, tidak peduli akan di dengar oleh Andini atau tidak, “Sebelum menikah dengan Pakde, keluarga Bude bukan siapa-siapa di desa ini. Seharusnya Bude berterima kasih karena keluarga kami mau menerima Bude menjadi menantu di sini. Bude, entah apa yang membuat Bude jadi sejahat ini, seolah belum cukup menyakiti hati Mama saya, sekarang dengan mulut Bude dengan teganya menyakiti hati orang tua yang paling kami hormati di keluarga ini.”

Setelah berkata seperti itu, Arion melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.

“Tolong ingat ini Bude, tidak selamanya Pakde akan berpihak ke Bude. Bisa Bude lihat sendiri bagaimana respon Pakde tadi kan?” ucap Roxanna sebelum menyusul suaminya.

Meninggalkan Andini seorang diri di halaman rumah. Hatinya di liputi perasaan cemas dan takut. Apalagi melihat sikap suami yang selama ini selalu menuruti semua perkataannya, tapi tadi bisa bersikap keras untuk pertama kalinya.

>><<

Sedangkan di dalam rumah, Nenek sedang sesenggukan di pelukan Roxanna. Hati gadis itu juga di liputi perasaan bersalah. Seandainya dia tidak keukeuh mengajak Nenek untuk tinggal dengan mereka di kota, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi.

“Tapi kalau gak gitu, hanya akan membuat Nenek merasakan perasaan sakit ini berulang kali,” batinnya.

“Ibu, maafkan aku yang gak bisa mendidik istriku sendiri. Selama ini aku sudah memanjakannya. Aku gak akan menyangkal kalau semua ini juga kesalahanku. Soal keputusan Ibu yang ingin menjual rumah ini, aku sama sekali tidak masalah. Sesungguhnya aku malah bersyukur kalau Ibu tinggal dengan Julia, setidaknya Ibu tidak akan mengalami kejadian seperti ini lagi,” pria paruh baya itu menjelaskan sambil bersimpuh di kaki Nenek yang sedang duduk.

Arion duduk bersila tidak jauh dari tempat Nenek duduk, pria itu menatap punggung Suhardjo seolah dia ingin melubanginya. Dia kemudian menatap ke arah Roxanna yang sedang menenangkan Neneknya, di dalam hatinya dia merasa bersyukur karena Roxanna yang menjadi Istrinya, meski mereka baru satu bulan menikah, paling tidak dia bisa melihat kalau Roxanna menyayangi keluarganya.

“Ibu... Menjual rumah ini dengan pertimbangan besar. Ibu juga berniat membagikan hasil penjualan rumah ini ke kalian sesuai dengan pembagian hak waris dalam islam. Tapi Istri kamu sama sekali tidak mau mengalah, padahal harta yang tersisah hanya tinggal rumah dan tanah ini,” ujar Nenek sambil sesenggukan.

Suhardjo menundukkan kepalanya kian dalam, merasa bersalah sudah pasti tersemat di hatinya kini.

Tetangga yang ingin membeli rumah masih ada di sana, dan ikut mendengarkan semuanya. Tetangga yang selama ini selalu membantu Nenek.

Setelah berunding lama dengan mengikut sertakan Julia melalui sambungan telepon, akhirnya keputusan untuk menjual rumah tersebut sudah di tetapkan. Suhardjo dan Ayahnya Arion yang membantu seluruh prosesnya.

Namun karena Arion dan Roxanna yang tidak bisa berlama-lama di desa, memutuskan untuk pulang ke kota. Sementara Nenek akan di jemput oleh Julia dan suaminya saat proses penjualan rumah sudah selesai.

>><<

“Assalamualaikum,” ucap Arion saat dia baru saja hendak masuk ke dalam rumah.

Di susul oleh Roxanna di belakangnya. Sebelum naik ke lantai  atas, mereka duduk sejenak di ruang tengah.

Duduk dalam diam tanpa ada perbincangan. Pikiran mereka seolah masih berada di desa. Apalagi saat ini Roxanna kembali di buat kepikiran dengan tugas utamanya yaitu mencari tahu pekerjaan suaminya.

Gadis itu menoleh ke arah suaminya yang sedang duduk bersandar sambil memejamkan mata, “Kak, boleh aku tanya sesuatu?”

Arion membuka matanya sambil menegakkan kembali postur duduknya, dia menoleh ke arah Roxanna, “Hm? Mau tanya Apa?”

>><<

Hari ini Double Update ya. Seperti biasa untuk menutupi yang kemarin gagal update.

Entah kenapa akhir-akhir ini sering sekali mati lampu ToT...

 

See you next chapter di beberapa jam kemudian <3...

 

LittleRubah © Copyright2024

 

IDENTITAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang