IS || •13

132 18 4
                                    

IS 13

“Cerita ini di buat tanpa ada hubungannya dengan kehidupan pribadi setiap tokohnya. Semua kejadian dan alur murni dari imajinasi Author.”

 

Happy Reading

 

>><<

 

Cklek!

Roxanna membuka pintu utama, di dalam hatinya di penuhi dengan perasaan jengkel luar biasa.

Begitu pintu terbuka, matanya melotot terkejut. Menatap tidak percaya dengan orang yang berdiri di hadapannya.

“Kak Harris?”

“Hallo Roxanna,” sapa pemuda itu sambil tersenyum kecil.

Roxanna menganggukkan kepalanya pelan, “Iya Ha-hallo Kak. Ada perlu apa ya Kak?”

“Arion ada?” tanyanya masih di sertai dengan senyum kecil di bibirnya.

“Kakak baru sekitar lima menit lalu pergi, katanya ada urusan di luar,” gadis itu memperhatikan gerak-gerik Harris yang terlihat gelisah, “Kenapa Kak? Kak Harris punya urusan yang mendesak kah?”

Harris tidak berniat menjawab pertanyaan tersebut, dia hanya tetap mempertahankan senyumnya meski terlihat ada jejak gelisah di sana. Lantas dia mengeluarkan sesuatu dari ransel yang sejak tadi di gendongnya, “Ini, tadi saat di perjalanan saya melihat ada yang menjual Seblak. Saya dengar dari Arion, katanya kamu suka Seblak kan?”

Roxanna menerima bungkusan tersebut sambil menganggukkan kepalanya, “Iya bener sih. Jadi... Apa Kakak mau menunggu dulu sampai Kak Arion pulang? Tapi gak tau kapan pulangnya, tadi bilangnya sih sebelum maghrib udah pulang.”

Tentu saja Harris menolak tawaran tersebut. Dia sangat menghargai pertemanannya dengan Arion. Tidak akan memberikan celah untuk perasaannya semakin mekar saat berdekatan dengan Roxanna. Cukup baginya untuk sekedar menyukai gadis itu, jangan sampai berubah lebih jauh lagi.

Harris izin untuk pamit, karena orang yang dia ingin temui ternyata tidak ada di rumah. Roxanna hanya mengantarkan kepergian Harris sampai depan pintu rumah.

Setelah hanya tinggal dirinya sendiri, barulah Roxanna menyadari apa yang tadi dia katakan, “Gila! Bisa-bisanya aku nawarin Kak Harris masuk ke rumah sementara Suami gak ada? Bisa-bisa aku di jadiin peyek teri sama Kak Arion,” ujarnya sambil bergidik ngeri.

Membayangkan kejadian tadi malam, saat dirinya kena omel oleh Arion. Sudah cukup dia merasakan suasana mencekam tersebut, di dukung pula dengan suasana ruangan yang temaram.

>><<

 

Kini, Roxanna sudah kembali berdiri di depan pintu warna putih itu. Jantungnya berdebar kencang, matanya juga mengintai di sekeliling terlebih dahulu. Melihat adakah cctv di sekitar.

Perasaannya campur aduk sekarang. Antara takut dan senang, takut ketahuan dan senang karena kesempatan ini akhirnya datang setelah sebulan lebih penantiannya.

“Bismillah,” ucapnya sambil memutar kunci dengan tangan yang bergetar dan berkeringat dingin.

Cklek!

Suara pintu yang sudah terbuka, membuat darah gadis itu berdesir. Secara perlahan dia mendorong pintu dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan yang gelap.

Roxanna meraba saklar lampu yang biasanya ada di sebelah pintu.

Tak!

Namun begitu lampu menyala dan menerangi ruangan yang tadinya gelap, gadis itu mematung di posisinya.

IDENTITAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang