IS || •25

120 23 2
                                    

“Cerita ini di buat murni berdasarkan imajinasi Author. Semua kejadian dan alur tidak berhubunga dengan kehidupan pribadi setiap tokohnya.”

 

WARNING! BAB KALI INI MENGANDUNG ADEGAN BERDARAH, DENGAN UNSUR GORE DI DALAMNYA. BAGI PEMBACA YANG MEMILIKI TRAUMA, DI HARAPKAN UNTUK DI SKIP. SELAKU AUTHOR, SAYA HANYA BISA MEMBERIKAN PERINGATAN!

 

🕊️Happy Reading🕊

 

>><<

 

Begitu Arion selesai melakukan Live Stream nya, pria itu buru-buru menghubungi Roxanna. Sayangnya, sampai dering berakhir, Roxanna tidak mengangkat telepon dari Arion.

Pria itu semakin merasa bersalah, seharusnya dia langsung menghubungi istrinya itu begitu mendapatkan kesempatan. Sebab di dunia Immortal semua koneksi ke dunia luar di tutup, semua sengaja di lakukan karena mereka yang harus hidup seperti itu sejak dahulu.

Sedangkan Roxanna, gadis itu hanya menatap ponselnya yang sejak tadi berdering di atas meja. Sama sekali tidak berniat untuk mengangkatnya. Hatinya masih dongkol terhadap suaminya itu.

Meskipun begitu, di satu sisi dia sangat merindukan pria itu. Akhirnya, di dering yang ke sepuluh, Roxanna mengangkat teleponnya, tapi hanya ada kesunyian sepanjang tiga menit berlalu.

Arion masih mempersiapkan kata-kata yang pas untuk membujuk istrinya agar tidak merajuk lagi. Sedangkan Roxanna, kesabarannya yang kembali di uji mulai emosi kembali.

“Kalau gak niat mau nelpon, buat apa nelpon coba? Habis paketku nih!” kesalnya.

Mendengar omelan istrinya, diam-diam Arion tersenyum kecil, pria itu sedikit bisa mengurangi rasa gugupnya.

[Maaf, saya mengaku bersalah.]

Akhirnya kalimat itu meluncur juga dari bibirnya.

“Memangnya apa kesalahan Kakak? Aku mana tau kalau gak di kasih tahu,” dia ingin mengetes suaminya, mau tidak nya pria itu mengakui kesalahan apa yang sudah di perbuatnya.

Terdengar helaan nafas di seberang sana, Arion baru saja keluar dari gedung Organisasi bersama dengan Damian, [Seharusnya saya segera menghubungi kamu, tapi saya malah mengecewakan kamu. Maaf karena seminggu ini tidak memberi kabar, saya selama ini berada di tempat yang tidak terjangkau signal. Setelah ini pun begitu, saya akan kembali ke tempat yang tidak terjangkau signal.]

Roxanna antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan suaminya. Memangnya dimana tempat yang tidak terjangkau jaringan itu? Begitulah pikirnya.

“Kakak lagi di hutan pedelaman memangnya? Kenapa bisa gak ada jaringan di sana? Jangan bohong ya Kak. Kakak bukan lagi menemui selingkuhan kan?”

Tiba-tiba saja bibirnya malah mengucapkan kata itu. Bahkan dirinya sendiri tidak percaya kalau dia akan mengatakan hal tabu itu. Tampaknya, terlalu cemas membuatnya gelap mata.

[Apa? Selingkuhan? Memangnya siapa yang mau jadi selingkuhan saya? Saya lagi kerja, Anna. Bagi saya, punya Istri cukup satu saja, yaitu kamu. Hati saya cuma satu, gak muat untuk di isi dua orang. Saya cuma satu, mana bisa di bagi-bagi. Jangan lagi mengatakan hal tabu itu, yang ada nanti kita malah bertengkar.]

Arion bersama dengan Damian sudah masuk ke dalam mobil. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke hutan kembali. Damian yang mendengarkan kata-kata tuannya, mendadak merinding. Ratusan hidup sebagai bawahan pria itu, dia sama sekali tidak akan menyangka kalau kata-kata menggelikan itu akan di ucapkannya.

IDENTITAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang