35. Garis kehidupan

491 101 12
                                    

Dengan membawa selimut dan alat-alat mandinya, Sunoo menyusuri koridor penjara ditemani oleh seorang sipir.

Setiap pintu yang dia lewati memiliki sistem pengaman dan juga dijaga oleh dua orang sipir di setiap sisinya.

Setelah dia melewati pintu-pintu itu dia sampai di area tahanan. Koridornya sempit dan kumuh. Dan pintu-pintu besi yang dia lewati sudah mengelupas. Di atasnya terdapat nomor-nomor yang kusam. Bahkan suasananya pun terasa mencekam bagi Sunoo.

Sipir itu lalu berhenti di depan pintu nomor sepuluh, dan Sunoo di belakangnya ikut berhenti.

Pintu itu berderit saat sipir polisi membukakannya. Sunoo pun melangkah masuk. Tempat itu kecil sekali, mungkin hanya seluas dua kali kamarnya.

Dan di dalam sana ada empat orang pria. Semuanya menatap kedatangan Sunoo dengan tajam.

Sunoo merasa aneh. Entah kenapa, bulu tengkuknya berdiri. Bagaimana pun orang-orang ini ditahan karena kejahatan mereka, yang bisa saja mereka memang jahat. Bukan orang yang terpaksa melakukan kejahatan seperti Sunoo.

Pintu besi di belakang Sunoo tertutup lagi, dan terdengar pintu itu dikunci dari luar.

Sunoo menatap mereka satu-persatu. Mereka semua tubuhnya lebih besar dan lebih tinggi dari Sunoo. Dan satu orang yang tubuhnya lebih besar duduk di sudut ruangan, tampak sedang menulis sesuatu di meja rendah.

"Siapa ini?" terdengar suara lembut. Sunoo melonjak. 

Seorang laki-laki berusia sekitar empat puluhan berdiri di hadapannya. Matanya yang segaris dan pucat, bercahaya bagai bulan di dalam penjara yang suram itu.

"Halo," kata Sunoo salah tingkah.

Pria itu mendekati Sunoo. Tatapan matanya agak mengerikan.

"Sebutkan.. nama, kejahatan, dan hukumanmu."

Sunoo diam sebentar untuk menelan ludahnya.

"Saya.." suaranya jelas sekali kalau dia ketakutan. "Kim Sunoo, 25 tahun.. kejahatan percobaan pembunuhan berencana kepada 5 anak SMA, hukuman 15 tahun penjara."

Pria itu tersenyum lalu menatap ke seorang pria yang sedang duduk di lantai sebelah rak buku. Dia tampak lebih muda. Mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dari Sunoo. Matanya yang sipit sama sekali tidak bisa mengurangi kesan seram dan tidak ramah di wajahnya.

"Yaaaa.. dia lebih hebat dari kamu," katanya.

Pria sipit itu menatapnya tajam.

"Tutup mulut.." suara beratnya membuat pria yang mengajaknya bercanda itu tertawa canggung. "Salah ngomong rupanya.."

"Taruh itu dulu," kata suara asing lagi, dari pria berambut cepak yang sedang duduk di sudut. "Kamu bisa pakai rak nomor dua dari bawah."

Sunoo mengangguk, dia lalu meletakkan barang-barangnya di situ. Kemudian dia duduk di depan rak itu.

Sunoo memperhatikan mereka yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Ini terasa canggung dan tidak nyaman sekali.

"Minggir," tiba-tiba terdengar suara berat pria galak tadi.

Sunoo menoleh, dan pria itu berdiri menghadapnya–lebih tepatnya ke pintu kamar mandi di sebelahnya. Rupanya dia telah menghalangi pintu.

Dengan cepat Sunoo merangkak untuk menyingkir. Sekarang dia memilih duduk di sudut.

Sunoo duduk sambil memeluk kedua lututnya. Baru beberapa menit dia lalui tapi situasnya sudah seperti ini.

Tiba-tiba saja dia merindukan Jungwon.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang