34. Hasil putusan

708 101 28
                                    

Sunghoon terbangun pada hari Minggu berikutnya, dengan perasaan yang kacau sekali. Dia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dengan cepat dan berpakaian tanpa memperhatikan sama sekali apa yang sedang dia pakai.

Sehingga baru beberapa saat kemudian Sunghoon sadar bahwa tudung hoodie yang seharusnya dia pasang ke belakang, ternyata dia pasang di depan.

Ketika akhirnya Sunghoon berhasil melekatkan pakaiannya dengan benar, dia bercermin sebentar. Setelah merapikan sedikit rambutnya, dia bergegas keluar kamar.

Didapur Sunghoon melihat Minju sedang sarapan bersama kedua orang tuanya dan Dohoon. Pagi-pagi sekali gadis itu sudah kamari.

Merasa mual sehingga tidak ingin makan, Sunghoon tanpa pamit langsung keluar rumah dan menuju ke mobilnya. Dia bergegas pergi dari rumahnya.

Di dalam mobil pun tangan Sunghoon yang sedang memegang setir berkeringat.

Bukan tanpa alasan dia seperti ini..

Karena tepat hari ini, waktu Sunoo akan dinyatakan bersalah dan ditentukan berapa lama dia akan menerima hukuman telah tiba..

Hanya seminggu setelah penangkapan, karena Sunoo sangat kooperatif selama proses interogasi, persidangan pun bisa dengan cepat dilaksanakan.

Begitu dia mendapat pesan bahwa Sunoo akan menghadapi persidangan dari Heeseung, Sunghoon merasa panik sekali.

Ketegangan yang dia rasakan begitu besar, sehingga dia membatin apakah dia tidak akan hilang akal ketika masuk ke dalam ruang sidang dan melihat Sunoo untuk pertama kalinya.

Sunghoon nyaris tidak tidur malam tadi. Dan saat dia terbangun pada hari Minggu pagi ini, dia mempertimbangkan dengan serius, untuk pertama kalinya, kemungkinan kabur dari rumahnya. Demi dia bisa terus menemani Sunoo.

Tetapi ketika memandang ke pintu kamar orang tuanya dan memikirkan apa akibatnya jika dia meninggalkan rumah, Sunghoon tahu dia tak bisa melakukannya.

Sunghoon tidak mau mamanya semakin sedih dan sakit karena memikirkannya.

---

"Jiwoong," terdengar suara berat dari ujung meja. "Kamu terlambat."

Sosok yang berbicara duduk tepat di depan jendela membelakangi meja membuat Jiwoong hanya bisa melihat siluetnya. Karena ruangan itu sedikit gelap

Saat pria paruh baya itu membalikkan badan, terlihat wajahnya tegas, berambut abu-abu, serta kulitnya yang kecoklatan.

"Jadi bagaimana?" tanyanya.

Jiwoong membungkuk singkat, sebelum kemudian menjawab..

"Persidangannya akan dimulai hari ini.. dan putusannya mungkin akan dijatuhkan hari ini juga."

"Cepat juga.." kata pria itu. Mata cokelatnya menatap mata Jiwoong yang hitam.

"Informasi ini datangnya–"

"–dari sumber yang pernah kita bicarakan," kata Jiwoong.

Pria itu menghela napas. "Apa yang harus dilakukan pada bajingan kecil itu?"

"Saran saya, lebih baik kita serahkan ini pada pengadilan. Jangan pernah melakukan apapun yang nantinya bisa mengancam karir anda," saran Jiwoong.

"Karena media sepertinya sudah mulai memberitakan berita ini. Dan kemungkinan orang-orang pasti akan lebih bersimpati pada tersangka dibanding pada anak anda dan teman-temannya."

Pria itu lalu menghela napas.

"Harusnya salah satu dari anak-anak itu mati. Agar hukuman dia bisa lebih berat lagi."

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang