Telpon Kangen

9 3 0
                                    

Sabtu 11 Mei
07.00 AM

Tepat di hari libur Michael ingin menelpon Taslim, entah mengapa ia merasa rindu sekali. Michael menelpon ke ponsel pegangan pribadi Taslim yang saat ini masih di pegang pihak lapas dan belum di berikan pada orangnya langsung. Pak Jeff yang saat ini sedang membawa ponsel itu, kini Michael tengah berbicara dengannya.

"Halo Pak Jeff?"
"Michael.. Kamu ingin berbicara dengan Taslim ya? Belum bisa sekarang. Tepat jam 9 nanti baru diperbolehkan, dia baru sarapan dan masuk ruang galerinya."
"Baiklah, nanti saya telpon balik." -telepon segera dimatikan oleh Michael.

Hampir seminggu Michael tidak saling berkontak dengan Taslim. Sempat terpikir apakah ia harus menitipkan surat untuk di-print ke kepala lapas lalu diberikan padanya, tapi untuk apa ponsel itu diberikan jika tidak pernah sekalipun dipakai? Sekali lagi Michael mencoba mengirim e-mail pada ponsel tersebut dan SMS supaya nanti di respon. Daripada Michael menunggu ia langsung meninggalkan ponselnya dan segera berberes rumah sambil mendengarkan lagu melalui PC nya.

15 menit lamanya Michael sibuk membersihkan rumah, ia tak juga mendengar dering panggilan dari ponselnya, saat musik terhenti ia baru menyadari dan segera mengangkat telpon itu.

DIALOG📱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DIALOG📱

M : "Halo? Sayang~"
T : " Halo juga sayang~"
M : "Kangen sekali aku."
T : "Lama kita tidak saling bicara. Sama aku pun kangen, aku tak mau mengganggu kuliahmu atau pekerjaanmu."
M : "Kau yang tak mau bicara denganku. Biarpun aku sibuk aku tak mungkin lupakanmu. Sudah hampir seminggu tahu gak?"
T : "Aku belum boleh pakai ponsel ini, makanya Pak Jeff selalu membawanya. Ini kan barangku sendiri."
M : "Padahal aku kasih HP paling jelek bekas punyaku dulu. Bisa-bisanya dikira buat macam-macam, untuk chat saja agak susah."
T : "Tak apa.. Biarkan saja, sekarang kita ada waktu 2 jam. Mau bicara apa kita? Aku punya momongan baru loh, namanya Reebal. Dia umurnya lebih muda darimu sedikit dan punya minat melukis."
M : "Oh ya? Reebal, ganteng banget namanya, dia sedang apa sekarang? Pasti kamu ajari dia melukis yang cantik-cantik."
T : "Hemmm. Dia tidak bersamaku sekarang. Besok dia sudah keluar dari lepas, tahu kan kamu kasus orang depresi yang membunuh perampok di rumahnya? Inisialnya R. Dialah orangnya. Reebal itu."
M : "Oh. Iya iya... Aku tahu, dia ternyata. Baru lihat beritanya tadi. Jadi itu Reebal, tanpa menyebutkan identitasmu, sepertinya dia malu tapi tulus sekali berterimakasih kepadamu. Karena sudah diajari melukis juga bersama Pak Hendro seniman hebat itu."
T : "Wah~ rasanya cepat sekali aku bertemu dengan Reebal saat pembinaan hari itu dan mengajarinya melukis. Dia begitu pemalu, terakhir kali aku ajari dia melukis bunga, Reebal sangat antusias dan senang sekali bermain dengan warna. Lukisan terakhirnya adalah bunga mawar dan hibiscus favorit kita, dia melukis itu untuk kita. Manisnya."
M : "Aku ingin segera melihatnya. Kau buat akun iChat sekarang! Biar bisa mengirim foto. Aku ingin lihat, sungguh!"
T : "Apa boleh? Bisa tidak ya?"
M : "Cobalah!"

Taslim mematikan teleponnya sebentar, mencoba menghubungkan ponsel ini agar terkoneksi sinyal Wi-Fi, dan berhasil walau agak lama. Mengunduh aplikasi iChat dan terinstal, mendaftarkan nomor telepon yang tertera dan mengirim pesan pada Michael. Langsung di potret lukisan itu dan dikirim ke Michael. Taslim kembali menelpon Michael.

T : "Sudah lihat kan? Bisa ternyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

T : "Sudah lihat kan? Bisa ternyata."
M : "Ku kira rusak lagi. Bagus sekali, ternyata dia berbakat. Nanti kalau ada kesempatan aku akan bertemu dengannya. Mana tahu kami bisa berteman."
T : "Ya. Michael.. Apa kamu punya luka memar atau semacamnya di badanmu?"
M : "Benar, ada kok. Di pahaku, seperti agak keunguan. Itu tandanya kecapekan, sudah hilang sendiri setelah aku olesi minyak urut. Kenapa?"
T : "Tidak apa, aku ada sakit di lengan bagian kananku. Kamu terlalu keras menekanku saat kamu sedang di atas dan aku di bawah."
M : "E~~~ oh yang itu. Aku begitu kesakitan jadi tengah menahan, keenakan juga sih. Ada bekasnya ya? Maaf yaaa, tak sengaja."
T : "Tak apa. Aku kaget saja dan tidak rileks waktu kamu diatas."
M : "Obrolan kita aman tidak? Nanti ada tukang nguping!"
T : "Di awasi sih sebenarnya. Tidak tahu pergi kemana tadi Pak Jeff, ke ruangan lain mungkin."
M : "Kamu disana mast—urbasi atau tidak? Aku menantang diriku untuk tidak melakukannya sebelum kita bertemu nanti."
T : "Kau bercanda? Baiklah aku juga ikut-ikutan menahan diri sampai kita bertemu. Mau curi-curi kesempatan pun tidak bisa, waktu mandi pun malas sekali nanti boros air disini."
M : "Susah dong. Oke. Janji ya? kalau gagal harus apa?"
T : "Taruhan ini? Hemmm~ yang kalah harus belikan pulsa senilai 100ribu. Bagaimana?"
M : "Oke. Aku setuju."

Michael meremas-remas celana pendeknya, ia bingung mau bicara apalagi. Tak boleh phone sex apalagi mancing-mancing hasrat dengan Taslim, tadi sudah berjanji untuk tidak masturbasi dan membuat suara erotis di telpon.

T : "Michael? Kamu mengantuk ya?"
M : "A? Apa? Tidak. Aku bingung mau bicara apa lagi."
T : "E.. Eh. Kalau begitu aku yang tanya, kuliahmu bagaimana? Apa disana kamu jadi cibiran atau semacamnya?"
M : "Tentu. Beberapa orang saja yang mengejekku 'freaking gay' atau bawa2 kamu segala, mahasiswa lain biasanya. Malahan ada 1 dosen Pak Sam, jaksa nyinyir itu yang membuatku kurang nyaman."
T : "Tak perlu kau pedulikan! Mereka tak ada kerjaan lain selain mengganggmu, aku benci sekali Pak Sam itu. Dia itu sombongnya bukan main."
M : "Haah. Aku malas setiap pelajaran bahasa Inggris dengannya."
T : "Melya bagaimana? Apa kalian akrab di kelas?"
M : "Lumayan. Tapi sebisa mungkin aku membatasi pertemanan kami."
T : "Kenapa? Apa dia risih berteman denganmu?"
M : "Melya sudah punya tunangan, sebentar lagi mau menikah."
T : "Ouh. Ternyata begitu, pekerjaanmu bagaimana? Apa Thunder masih rajin bekerja denganmu?"
M : "Entahlah sepertinya dia akan resign. Semenjak menikah dengan Sonya Thunder sulit sekali aku hubungi, lancar seperti biasa bengkelku. Ramai, banyak orang perbaiki motor dan macam-macam."
T : "Sayangnya aku tak seperti dulu lagi. Lumayan sering kesitu untuk bertemu denganmu."
M : "Ck. Nanti kalau kamu sudah bebas, bisa kok kerja disini. Aku ajari bagaimana jadi tukang bengkel, tidak ribet. Hanya dasar-dasarnya saja."
T : "Eum~ boleh juga, sambil melukis di shift lain. Kita bisa jadi tetangga lagi."
M : "Aku tak sabar menunggumu bebas. Dan kita bisa bersama lagi. Lebih banyak waktu berdua."
T : "Aku akan tepati janjiku, aku akan kembali dengan sehat dan menemuimu pertama kali. Kita sudahi saja ya, sampai jumpa. Kita telponan lagi lain kali."
M : "Sudah habis waktunya. Bye~ See You."



Michael puas sekali setelah mendengar suara Taslim pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Michael puas sekali setelah mendengar suara Taslim pagi ini. Senang sekali sampai ia ber-selfie dan dikirim ke sana. Taslim pun juga, ia membalas dengan selfie juga untuk dikirim ke Michael.

Michael segera menaruh ponselnya, dan lanjut membersihkan rumah. Sementara Taslim mengunci ponselnya lalu menyerahkannya ke Pak Jeff. Keduanya sedang sekali, meskipun terpisah tapi masih bisa berkomunikasi tanpa halangan. Ya biarpun jarang begini.

In The Midst of AlapilvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang