37. aku lelah

770 30 0
                                    

*Jαngαn lupα sholαwαt*🌙

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

Happy reading 🌷

Sorot mata yang menenangkan dan indah berubah menjadi sendu, bahkan Zarah, gadis itu kini berubah, wajah cantik itu tak dapat dilihat oleh mata lagi, kini, hanya mata sendu yang terpampang jelas untuk ditatap, jujur, Zarah sama sekali tak terbiasa bercadar, walau dulu ia bercadar, ia masih belum terbiasa, namun kali ini beda, ia memilih menggunakan niqob yang sama sekali tidak menampakkan kening putih dan alis yang rapih.

Niqob itu hanya menampilkan mata milik nya, hilang sudah pakaian longgar berwarna-warni. Kini pakaiannya hanya berwarna hitam,navi,dan coklat.

Malam itu, setelah pergi dari rumah sakit, Zarah benar-benar merubah semua penampilan nya.

Ia duduk bersampingan dengan Fitri di depan musholla santriwati

Beberapa Santriwati lewat menyapa menghampiri keduanya dan menyalami mereka, Zarah tak mampu menolak seperti biasa, bahkan untuk bergerak rasanya tubuhnya sudah lemah tak sanggup.

"Fatuz, kau boleh bersedih akan masalah mu, tapi tolong jangan seperti ini ...," ujar Fitri mengelus pundak Zarah.

Gadis itu menoleh, matanya menyipit bak bulan sabit tanda ia tersenyum dibalik niqobnya, "aku lelah, aku tidak memiliki semangat hidup, umurku memang muda, tapi aku sudah tidak butuh apapun, aku hanya menunggu ajalku, kalau boleh aku akan terus menagih nya pada Allah,"

Bagai di tusuk pedang tajam, hati Fitri rasanya tergores mendengar ucapan itu keluar dari mulut sahabatnya, oh tuhan? Menunggu ajal?.

"Jangan berkata begitu ..."

"Aku lelah, aku meminta jemput pada Allah, bantu aku membujuk Allah Fitri."

Air mata yang awal kering kembali menetes Dimata Fitri, "jika kau ingin pulang, bawa aku, aku tidak akan sanggup hidup sendirian, hanya kau orang yang kini menjadi keluarga ku, pulang bersama lebih menenangkan, jangan tinggalkan aku, aku mohon," diraihnya tangan Zarah, terbesit difikiran Zarah, ia baru ingat, hidup Fitri sama pahitnya dengan dirinya.

Gadis yang di pindahkan ke pesantren tempatnya kini berada dengan alasan pindah tempat tinggal, namun nyatanya hanya alasan semata, alasan aslinya bukanlah itu, melainkan mereka membuang Fitri di Al-Alim karna Fitri bukanlah anak kandung mereka.

Sungguh, kenapa keduanya bisa sama memiliki masalah berat tentang keluarga?

"Kau gadis hebat Fatuz, bertahanlah, dan katakan padaku jika kau tak sanggup lagi."

Zarah menunduk, "berhentilah menenangkan ku sedangkan hatimu juga perih akan nasibmu, Fitri. Kau sama lukanya, atau lebih besar lukanya daripada aku, seharusnya aku yang berkata padamu bahwa kau harus bertahan."

Kebahagiaan, Untuk Zarah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang