Assalamualaikum, apa kabar?
Extra part gajadi, jadinya epilog aja
Happy reading 📖
Waktu berlalu begitu cepat, 4 tahun berlalu, semua berubah, kehidupan Abyan dan Zarah berubah. Semua berubah 100%.
Rumah tangga yang awalnya rumit penuh ujian, hari-hari dilewati akan tangisan, itu semua sirna, kini kebahagiaan datang menghampiri gadis malang yang sudah berumur 24 tahun itu. Zarah, Syafa Tuzarah Nireissa, gadis yang dibenci oleh ayahnya sendiri.
Kini bisa meraih semua kebahagiaan nya, hanya berdua dengan kekasih hatinya, Muhammad Abyan Al-Afatlah. Keduanya tak lagi tinggal di wilayah pesantren Azzam, mereka pindah ke Jawa barat dimana disitu Abyan juga membawa abah dan saudari kembarnya tinggal.
Semenjak Nazen tertangkap, Abraham tiada, dan Anindia pergi entah kemana, semua berubah.
Bukan berarti tidak ada ujian dalam pernikahan keduanya, selama hampir 5 tahun pernikahan nya itu, mereka tidak memiliki buah hati sama sekali. Namun bukan berarti membuat hubungan keduanya renggang.
Dengan penuh tekad Abyan membangun pesantren bernama An-Nuur.
Zarah tersenyum manis melihat suaminya yang bermain dengan anak-anak santri yang masih kecil, ia cukup sedih dan merasa gagal karna belum memiliki buah hati, namun Abyan tak pernah membiarkan dirinya untuk menyalahkan dirinya sendiri.
"Assalamu'alaikum Ning, ada tamu didepan mencari ning"
Zarah menoleh, ia berdiri dari duduknya dan pergi menuju tamunya berada. Entahlah, biasanya tamu akan menghampiri di ndalem, bukan didepan gerbang pesantren.
"Itu dia orangnya ning" tunjuk santriwati yang menemani Zarah.
Alisnya menyernyit, mata Zarah menyipit memerhatikan siapa tamunya, "maaf cari siapa ya? Mari ke ndalem kami, untuk duduk" ujar Zarah menghampiri.
Namun orang itu diam dan menggeleng, Zarah maju semakin dekat, orang itu benar-benar tertutup sehingga ia tak bisa mengenali siapa orang itu.
"Saya datang kesini hanya untuk menemui calon bunyai dan kiai dikemudian hari sebagai penerus."
Zarah ragu untuk menjawab bahwa itu dirinya karna ia sama sekali tidak pernah mengaku dikemudian hari akan menjadi seorang bunyai walau itu kenyataannya.
"S–saya sendiri dan suami saya" sahut Zarah ragu.
Orang itu mengangguk, tangannya terangkat membuka topi dan masker yang ia gunakan. Setelahnya, laki-laki itu mendongak menatap Zarah.
Mata Zarah terbelalak hebat, ia tak bisa bergerak sama sekali, sorot mata laki-laki itu nampak begitu tenang.
Zarah menggeleng mundur, "__k–kau?"
"Saya tamu bukan? Apa dipersilahkan untuk dijamu di ndalem kalian?"
Zarah gelagapan, ia mundur mempersilahkan laki-laki itu maju berjalan menuju ndalem mereka. Mereka sampai, Zarah tak duduk sama sekali, ia menunggu suaminya datang, namun saat ditelfon tidak ada tanda bahwa sang suami aktif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebahagiaan, Untuk Zarah
Lãng mạnGanti judul, Judul awal: Gus Abyan Judul baru: Kebahagiaan untuk Zarah CHAPTER AWAL KEKURANGAN NARASI DAN KELEBIHAN DIALOG TAG, (akan segera diperbaiki!) ________ Syafa Zarah Nireissa, perempuan manis bernasib malang, yang tidak pernah mendapatkan...