23. the right man to love

1.5K 70 3
                                    

*Jαngαn lupα sholαwαt*🌙

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞


Happy reading 🌷

"Zarah, kenapa tidak mau mengabdi?" Tanya Gus Abyan menghampiri zarah yang sibuk berkutat dengan alat dapur

Gadis itu menoleh sekilas, pertanyaan Abyan, zarah rasa tanpa ia beritahu, Abyan juga akan tau. "Gus ini gimana? Katanya setelah zarah Lulus kita akan pergi ke Arab untuk beberapa bulan bukan? Tidak mungkin zarah pulang dari sana melanjutkan ngabdi?" Ujarnya terkekeh membawa masakan menuju meja makan

Abyan turut membantu zarah membawa makan, ah jadi itu alasannya, ia fikir, karna zarah tak mau menemui temannya. Pergi ke Arab selama beberapa bulan mungkin bisa menenangkan zarah dan membuat Zarah bisa melepaskan semua beban, dengan sampai nya kerumah Allah, Mekkah. Semoga zarah tidak akan memikirkan sepedih apa lukanya dulu. Lagian, anggap saja itu hadiah pernikahan walau sebenarnya ia sedang menghadiri acara habib, akan sangat baik sebelum datang ke ke acara, jarak beberapa bulan, ia mengajak zarah umroh?.

"Malah bengong, ayo makan Gus" seru zarah yang duduk dikursi mengawasi Abyan

"Lapar apa gimana buk? Ga sabar banget, masih panas itu, nanti panas mulutnya.." ujar Abyan lalu duduk.

Zarah menghela nafas, gusnya ini! "Kan bisa ditiup Gus, udah laper, cacingnya zarah udah demo!" Gerutunya memasukkan nasi ke piring milik Abyan dan dirinya

"Udah sana duduk yang bener, jangan kursinya digeser Mulu Deket zarah. makan Gus!"

Abyan menggeleng mendengar ucapan zarah, "tidak bagus makanan yang panas di tiup menggunakan mulut zarah.."

Zarah menyengir, ah senangnya menikah dengan lelaki faham agama, serasa semua masalah terlupakan jika sudah dihibur olehnya, ya Allah panjangkan lah umur suaminya dan berkahi pernikahan nya.. zarah hanya butuh Abyan sekarang dan selamanya, ya Allah.. zarah sudah terlalu lama merasakan pedihnya tidak merasakan kasih sayang, apabila ia pantas merasakan bahagia.. maka bahagiakan ia bersama Abyan.

Ingin Abyan bertanya bagaimana sahabat zarah menanggapi ucapan gadis itu kemarin, namun ia rasa kurang tepat, kemungkinan zarah akan kembali sedih jika mengingat itu bukan? Ya! Sepertinya ia yang harus turun tangan?

"Zarah, hari ini mau berangkat masuk kelas lagi? Sudah lama zarah tidak masuk, sayang jika kamu gak wisuda" ucap abyan menggeser kursi duduk disamping gadis itu

Zarah nampak diam berfikir, apa ia akan sanggup kembali masuk kelas dan belajar tanpa harus memikirkan dijauhi oleh sahabat nya? Ya Allah rumit sekali hidup seorang fatuzarah ini.. "emm, boleh deh, tanggung Gus, sisa 3 bulan lagi" ucapnya mengambil lauk Pauk

Senyum Abyan terukir manis menatap wajah cantik milik zarah, tidak salah ia menikahi gadis ini, "beberapa pekan lalu zarah menjadi pemateri kajian tentang aurat wanita kan? Keren, nanti saya beri hadiah setelah lulus yah, btw mau ikut sama saya ke pengajian?" Tawar Gus Abyan

"Ngapain zarah ikut kesana?" Ucapnya sambil mengunyah

"makan sambil mengobrol boleh, Tapi jangan saat sedang mengunyah zaujaty, balik ke topik pembahasan, Ya liat saya, emang tidak mau melihat saya?" Ujarnya membuat zarah sedikit ragu untuk menjawab

Gadis itu menggeleng lesu, abyan menghela nafas, ia harus mengerti apa alasan perempuannya menolaknya, ya Allah lancarkan lah diri itu dalam menebak isi fikiran zarah. Menyerah, Abyan tidak tau apa alasannya. "Ada apa?" Tanya nya

Lagi dan lagi zarah menggeleng sebagai jawaban, perempuan memang sulit dimengerti ya, bahkan spek Abyan saja menyerah beberapakali untuk tau maksudnya. Okelah, nanti saja ia akan kembali bertanya, biar zarah mengistirahatkan otak nya dulu, gadis itu pasti lelah memikirkan masalah yang menghantamnya.

Setelah menyelesaikan makan, zarah bergerak berdiri membawa piring kotor menuju dapur, disusul Abyan.

Tangan zarah yang meraih sabun pencuci piring dicegat oleh Abyan, lelaki itu menggeleng tak menyetujui, zarah tau, tapi apa salahnya? Ia hanya ingin mencuci piring?

"Biar saya saja yang mencuci, zarah istirahat saja, nanti isya saya bangunkan" ucap Gus Abyan mengambil alih spons pencuci

Zarah mengangguk, ia bergerak mencuci tangan dan pergi dari dapur berjalan menuju kamar, ya begitulah.. sekarang jika ia sedang merasa sakit cukup pulang kerumah maka sudah terobati.

Baru saja memegangi gagang pintu kamar, suara ketukan pintu terdengar dari arah luar, mustahil, biasanya orang itu akan memencet bel karna rumahnya dipagari, namun langsung mengetuk pintu? Bukankah pagarnya tertutup? Ah sudahlah, ia harus segera membuka pintu! Orang itu nampak begitu keras menggedor pintu.

Baru sampai di pojok dinding, ia melihat Abyan sudah didepan membuka pintu, nampak itu bukanlah umi atau Abi, namun itu perempuan, lebih baik ia mengintip bukan?

Mata zarah membulat sempurna, sesaat langsung berubah menajam menatap tamu tak sopan yang menggedor pintu rumah nya, itu Anindia. Wanita berbisa.

Ah ia tak bisa mendengar apa yang wanita itu ucapkan, ia sangat penasaran, namun sesaat gadis itu tersenyum sumringah mendapati tempat nguping sekaligus ngintip.

"Gus, saya tidak dipersilahkan masuk ini?" Tanya ustadzah Anindia celingak-celinguk melihat kedalam rumah, pasti wanita itu mencari zarah.

"Kan anda bisa menyebutkan hal yang ingin disebut disini saja, sebentar lagi isya, apa anda tidak sholat?"

Anindia menggeleng, kenapa ia malah tidak boleh masuk?, malah tidak diizinkan masuk. "Jadi saya bener gaboleh masuk? Saya tamu loh"

Oke zarah mengerti, wanita ini ada rencana nampaknya, ia kembali masuk kedalam rumah setelah menguping lewat jendela yang bertepatan dengan teras.
Gadis itu berjalan menuju Abyan dan Anindia berada, saat tepat sampai ia tidak lupa menyunggingkan senyuman termanis nya untuk tamu spesial.

"Kok gaboleh masuk ustadzah nya Gus? Ayo masuk ustadzah.. Monggo.." ujar zarah menarik tangan Anindia dengan sedikit menekan, ustadzah itu meringis

"Eh maaf," ucap nya.

"Sengaja soalnya.." batin zarah

Kini mereka bertiga duduk di sofa, bisa zarah lihat, wajah merah padam terlihat di wajah ustadzah nya, karna wanita itu duduk di sofa sendiri, sedangkan ia dengan Abyan bersampingan.

"Ustadzah mau minum apa?" Tawarnya

"Gak usah gapapa" jawabnya singkat.

Abyan sedari tadi hanya diam, dalam hatinya ia terus menahan gelak tawanya karna kelakuan zarah, ia tau.. zarah tidak sama sekali mau berperilaku begitu, namun ia mau bermain, ya Allah ingin ia menegur zarah, namun apalah daya? Anindia selalu menyerobot untuk berbicara

Oke, Abyan rasa ia juga harus ikut serta, "jadi ada apa ustadzah?"

"Saya kesini mau membahas tentang keberangkatan menuju Arab beberapa bulan lagi, Gus, sekiranya Gus tidak ada partner, saya bisa" ucap nya, hampir saja zarah tertawa

"Maaf nggeh ustadzah, tapi Gus abyan perginya sama saya, kan saya istrinya. Hehe" ucap zarah sopan

Kebahagiaan, Untuk Zarah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang