Lisa sedikit menunduk sementara di depannya, Momo tampak sangat kesal. Wanita yang biasanya terlihat lembut padanya itu tidak menunjukkan sikap ramah dan malah memberinya tatapan tajam.
"Lisa, kau benar-benar tidak profesional, ya? Aku pikir karena Taeyang bilang kau adalah penari terbaik, kau benar-benar bisa melakukan yang terbaik. Tapi apa? Ini baru satu jam latihan dan kau ingin istirahat lagi?" Tanya Momo tak percaya.
"Maafkan aku, Momo. Tapi jika aku memaksakan diri, yang ada dadaku sakit lagi seperti kemarin." Ujar Lisa.
Karena rasa sakit yang di rasakannya kemarin, Lisa mulai khawatir jika dia akan kambuh lagi jika terus memaksakan diri. Ibunya bahkan meminta dia untuk istirahat dan tidak lagi melakukan dance.
Tapi dia dan Momo sudah terlanjur terdaftar dan tidak mungkin untuk mundur begitu saja. Jika boleh memilih, tentunya Lisa lebih memilih untuk beristirahat saja daripada menyakiti dirinya sendiri.
"Lisa, jangan bersikap seolah kau wanita penyakitan atau apalah," Momo mendesah kesal. "Ayo, kita latihan lagi."
"Kenapa kau tidak latihan sendirian saja?" Tanya Lisa yang juga jadi ikut kesal karena Momo terus mendesaknya.
Lisa benci dipaksa. Momo mungkin memang baik karena sudah membantunya di pelajaran sejarah tapi tetap saja, jika Momo bersikap menyebalkan seperti ini, dia tidak mau lagi berdekatan dengan wanita itu.
"Kau gila, ya? Kita memberi penampilan berdua. Tapi kau menyuruhku untuk latihan sendiri?" Momo menatapnya tak percaya.
"Ya, bukan salahku jika kau terus saja melakukan gerakan yang salah, Momo. Kenapa kau tidak mengingat gerakanmu sendiri lalu kita berlatih lagi nanti? Aku akan pergi saja."
Lisa kemudian berbalik untuk mengambil tas yang dia letakkan di sudut ruangan. Sebelum Lisa bisa benar-benar pergi, Momo langsung menahan langkah Lisa membuat Lisa kembali menoleh padanya.
"Kau tidak bisa pergi begitu saja, Lisa. Semenjak kau mulai berpacaran, kau jadi menyebalkan dan tidak menghargai waktuku." Momo menggerutu.
"Maaf, apa? Tidak menghargai bagaimana?"
"Aku membantumu saat kau kesulitan dengan sejarah. Bahkan, ketika seharusnya aku istirahat dan pulang, aku pergi demi membantumu. Sekarang, karena kau sudah punya pacar, kau tidak lagi meminta tolong. Apalagi di mintai tolong seperti ini. Beginikah sikapmu, Lisa?"
Lisa terengah-engah, cukup kesal dengan penilaian Momo terhadap dirinya. Momo benar-benar memaksa dan Lisa tidak suka di nilai seperti itu.
Seandainya Momo meminta bantuan bukan secara fisik, Lisa pasti akan dengan mudah menyetujuinya. Tapi masalahnya, dia sudah sakit dua hari lalu. Dia tidak mau jika dia merasa sakit lagi.
"Jangan egois, Lisa." Ucap Momo lebih tegas lagi ketika dia melihat Lisa tetap diam.
Lisa menghela nafas dan melepaskan tangan Momo yang mencengkram tangannya.
"Baiklah, ayo kita latihan lagi." Kata Lisa dan dia memutuskan untuk diam-diam meminum obat lagi agar dia lebih kuat sebelum dia berbalik menghadap Momo dan memutar musik di ponselnya.
Latihannya benar-benar menyiksa.
***
Jennie tersenyum ketika dia melihat Lisa. Tapi senyum itu luntur saat itu juga melihat Lisa tengah berjalan dengan bahu merosot ke bawah. Dia bergegas berlari menyusuri lobi dan begitu dia berada di depan Lisa, pacarnya itu langsung jatuh ke pelukannya.
"Aku lelah sekali." Gumam Lisa dan Jennie merasakan punggung Lisa basah karena keringat yang berlebihan.
"Astaga... apakah Momo memaksamu latihan lagi?" Tanya Jennie tak percaya dan Lisa menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - STORY ABOUT US [GIP || HIATUS]
Fanfiction[21+] Hei, apakah kalian ingin membaca sepenggal cerita kisah cinta klasik tentang aku dengannya? Tidak berbeda dengan kisah cinta klasik lainnya. Tapi disitulah letak indahnya cinta.