BAB 28

2K 275 17
                                    

“Mino?”

Jennie baru saja turun dari taksi, tubuhnya tengah diserang lelah karena menjaga Lisa yang tidak henti batuk-batuk hari itu. Dia bisa pulang lantaran Luna merasa kasihan melihat Jennie yang sudah kelelahan.

Dan melihat Mino ada di depan rumahnya membuat Jennie merasa lebih lelah dari sebelumnya.

“Jennie,” Suara Mino terdengar dan Jennie berhenti melangkah saat itu juga.

Mino sedang mabuk, pikir Jennie sambil melirik arloji yang menunjukkan pukul 11 malam. Astaga, apa yang pria itu pikirkan datang dalam keadaan mabuk di tengah malam seperti ini?

“Pulanglah, Mino. Kau sedang mabuk.” Kata Jennie, tidak mau berbicara lebih lama lagi.

Lagipula, Jennie memang sudah sangat jarang berbicara dengan Mino satu bulan belakangan ini. Dia fokus pada Lisa dan sahabatnya. Terkadang, dia masih bicara dengan Joy dan Irene namun dia berhenti berinteraksi dengan Mino sepenuhnya.

Jennie tahu jika Mino berusaha untuk menghubunginya. Pesan sering berdatangan di ponselnya tapi sampai detik ini, Jennie sama sekali tidak pernah merespon pria itu.

Melihat Mino berada di depan rumahnya membuat Jennie berspekulasi jika mungkin saja, Mino datang karena dia tidak pernah merespon telepon dan SMSnya.

Mino melangkah ke arah Jennie dan Jennie mundur saat ini juga. Dia tidak mau Mino melakukan sesuatu, apalagi disaat pria itu tengah mabuk, apa saja bisa terjadi, kan?

“Mino, kenapa kau bisa sampai di rumahku? Dimana teman-temanmu yang lain?”

“Teman-temanku?” Mino mendengus, sambil melangkah meski goyah dan berhasil meraih tangan Jennie. “Bukankah dia teman-temanmu juga, hmmm?”

Jennie memutar pergelangan tangannya, berusaha melepaskan tangan Mino tapi rupanya, Mino bersikeras untuk tetap memegang tangan Jennie karena tiba-tiba saja, cengkramannya menjadi begitu kuat, hingga terasa menyakitkan.

“Lepaskan tanganku, Mino... sakit.”

“Lebih sakit mana dilupakan dan di buang begitu saja hanya demi satu manusia penyakitan?” Cibir Mino dan saat itulah Jennie yang sedang kelelahan langsung marah.

“Apa kau bilang? Siapa yang kau sebut manusia penyakitan?” Jennie melotot, mendorong dada Mino dengan tangannya yang bebas.

“Siapa lagi?” Gerutu Mino, tangan kokohnya menarik Jennie hingga pinggang kecil Jennie di rengkuh dengan kuat oleh Mino. “Lisa. Wanita penyakitan yang menyusahkan.”

Hidung Mino menempel di leher Jennie dan Jennie memberontak. Kepanikan mulai menghantam dirinya. Komplek rumah yang sepi membuat Jennie semakin khawatir. Dia berusaha mendorong Mino menjauh.

Tangan Mino mencengkram pinggul Jennie dan saat itulah Jennie merasakan sesuatu menempel di tubuh bagian depannya.

Menggelengkan kepala, Jennie mulai panik saat tangan Mino mencengkram paha bagian dalamnya. Sesuatu tentang Mino menjijikkan. Dia tahu itu. Dan sekarang, ketika dia merasakan tangan pria itu berusaha melebarkan kakinya, dia merasa pria ini semakin menjijikkan.

“Mommy! Mommy! Tolong aku!” Jennie berteriak sekuat tenaga, berharap ibunya yang berada di dalam rumah mendengarnya.

Karena inilah satu-satunya alasan mengapa Jennie pulang. Mendengar Jennie berteriak, Mino bukannya takut, malah tertawa bahagia. Tubuhnya semakin menempel pada Jennie dan air mata Jennie jatuh ketika pria itu menggesek tubuhnya.

“Oh... Jadi kau senang berteriak seperti ini, ya? Aku suka orang yang berteriak.” Kata Mino, menggigit lehernya dengan keras.

“Mommy!” Jennie berteriak lagi, masih sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dari Mino.

JENLISA - STORY ABOUT US [GIP || HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang