Ketika akhirnya akhir pekan dan mereka menemukan hari libur, mereka sepakat untuk pergi ke rumah Chaeyoung dimana rupanya, Jisoo pun ada disana.
Karena orang tua Chaeyoung sedang pergi keluar kota untuk sebuah pekerjaan, tentunya hal itu membuat keempatnya datang dengan penuh semangat, termasuk Lisa yang pagi ini sudah bangun.
Biasanya jika akhir pekan, Lisa akan bangun lebih siang tapi hari ini, dia siap untuk menjemput Jennie. Dia berlari menuruni tangga dan bahkan melompat dari tangga tiga terbawah, membuat ibu dan ayahnya melotot melihat putrinya yang begitu pecicilan padahal belum lama ini, anaknya mengeluh sakit.
"Anak siapa sih dia? Kenapa dia sangat aktif sekali? Aku merasa tidak pernah melahirkan anak seaktif itu." Keluh ibunya yang membuat Lisa mencibir.
"Ayolah, Luna. Aktifmu bahkan lebih parah dari aktifnya Lisa saat kau masih kuliah." Arlo memutar mata mendengar keluhan istrinya itu.
"Bukankah kau bahkan lebih parah lagi dariku?" Balas Luna pada Arlo.
"Yak, aku anak kalian berdua. Kenapa kalian saling tidak mau mengakui anak siapa aku?" Tanya Lisa sambil cemberut, memasang wajah terluka pada kedua orang tuanya itu.
"Ow, nak, tentu saja kau anakku." Kata ibunya ketika melihat Lisa yang cemberut. "Kau mau pergi?"
"Iya. Aku mau ke rumah Chaeyoung dengan Jennie. Oh, kalau aku menginap malam ini tidak apa-apa kan? Orang tua Chaeyoung sedang tidak ada. Jadi, aku, Jennie dan Jisoo bisa dibilang menemaninya."
"Tentu, sayang. Tapi jangan lupakan obatmu." Ibunya mengingatkan.
Lisa menganggukkan kepalanya dan duduk untuk sarapan. Dia hanya mengambil roti dan selai coklat kacang kesukaannya dan bergumam pelan.
"Tapi bagaimana? Aku sudah memintamu untuk jangan ikut menampilkan acara menari. Kau sudah bicarakan itu dengan temanmu kan?" Tanya ayahnya kemudian.
"Ah, soal itu..." Lisa meringis mengingatnya. "Bisa dibilang, temanku agak kesal dengan keputusanku. Karena selama ini, dia juga membantu jika aku kesulitan dengan sejarah dan sekarang dia ingin aku ikut membantunya karena ini kali pertamanya dia tampil diluar tempat nyamannya dia selama ini."
Ibu dan ayahnya hanya bisa menghela nafas. Lisa mengerti kekhawatiran mereka dan seandainya bisa, dia ingin meredakan perasaan khawatir itu. Masalahnya, Momo sulit diajak bicara.
Seandainya saja mereka juga tahu jika Momo mengucap kata kasar dengan kata penyakitan dan sekarat, mereka pasti lebih kesal daripada sekarang ini.
"Tapi, bisakah kau mengurangi jam latihannya? Lagipula, kau orang yang mudah hafal dengan gerakan, bukan? Jadi, latihannya tidak akan memakan waktu, kan?" Pinta ibunya.
Lisa mengangguk. "Aku akan mengusahakannya, Bu. Jangan khawatir."
Ibunya tersenyum namun Lisa bisa melihat kekhawatiran dari ekspresinya itu, begitu juga dengan ayahnya yang terlihat cukup tenang. Lisa tidak bisa melakukan apapun untuk menenangkannya.
Lisa hanya berharap dia bisa mengajak Momo bicara dengan baik. Karena, Lisa sendiri pun ingin menjaga kesehatannya yang jelas sudah semakin terganggu.
Akhirnya, sarapan pun berlalu dalam keheningan. Ketika Lisa izin pergi, ibunya memeluknya dengan erat sementara ayahnya mencium puncak kepalanya.
Setelah itu, Lisa pun pergi meninggalkan rumah untuk menjemput Jennie.
***
"Tidak ada seks di tempat umum, oke? Aku tahu kalian tidak bisa menahan diri satu sama lain. Tapi, kita akan pergi jalan-jalan hari ini. Jadi tolong, bersikap baik dan jaga tangan kalian satu sama lain." Peringat Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - STORY ABOUT US [GIP || HIATUS]
Фанфик[21+] Hei, apakah kalian ingin membaca sepenggal cerita kisah cinta klasik tentang aku dengannya? Tidak berbeda dengan kisah cinta klasik lainnya. Tapi disitulah letak indahnya cinta.