BAB 32

2.6K 257 35
                                    

Sepertinya apa yang dibutuhkan semuanya sudah selesai di masukkan ke dalam tas. Jennie memeriksa untuk kedua kalinya, setelah itu menutup koper dan menegakkan tubuh.

"Kau sudah selesai berkemas, nak?"

Suara ibunya membuat Jennie menoleh. Jennie duduk di sisi tempat tidur, menepuk tempat kosong di sampingnya sambil tersenyum lembut.

"Kau akan baik-baik saja jika aku tinggal sendirian, mom?" Tanya Jennie khawatir.

"Tentu saja." Katty menatap sekeliling, pandangannya tertuju pada koper biru besar itu dan dia menghela nafas. "Aku tahu impianmu sejak dulu apa, sayang. Aku sejujurnya sangat senang karena kau berusaha sendiri untuk mencapai impianmu."

Jennie tersenyum lembut saat dia merasakan sentuhan ibunya yang tidak pernah gagal untuk membuatnya tenang.

"Aku juga senang karena sepertinya impianku akan tercapai. Pihak agensi berkata, ada kemungkinan aku dan Chaeyoung tidak perlu berlatih selama lebih dari satu tahun karena pelatihanku di kampus sangat cukup." Jennie menjelaskan.

"Aku tahu," Katty menghela nafas, menatap Jennie lekat-lekat, menyadari bahwa sebentar lagi dia tidak bisa menatap putrinya selama yang dia inginkan. "Ya Tuhan, aku tidak percaya putriku sudah dewasa."

"Mom..."

Mata Jennie berkaca-kaca dan dia langsung jatuh ke pelukan ibunya. Tubuhnya terasa hangat berkat tangan ibunya yang melingkar di sekitar tubuhnya itu. Dia terisak, membayangkan akan merindukan segala yang terjadi di rumah ini.

Dia akan merindukan ibunya, teman-temannya dan juga... Lisa.

Lisa tidak pernah menunjukkan diri di hadapan Jennie lagi setelah percakapan mereka di danau. Dia berharap bisa bertemu Lisa, mereka bisa berbicara untuk yang terakhir kalinya.

Dia tidak mau meninggalkan Lisa dalam keadaan hubungan yang menggantung seperti ini. Tapi selama beberapa hari dia mencari Lisa, sepertinya Lisa mempunyai tempat persembunyian tersendiri.

Dia pernah mencari Lisa hingga ke rumahnya tetapi orang tua Lisa mengatakan dengan ekspresi bingung bahwa Lisa belum pulang. Dia tidak tahu dimana Lisa berada.

"Aku akan merindukan semuanya." Bisik Jennie, suaranya bergerak karena isak tangis yang dia tahan. Memikirkan Lisa selalu membuatnya seperti ini.

"Hei," Katty melepaskan pelukan itu dan menatap Jennie khawatir. "Ada apa, Jennie?"

"Lisa..."

Ini hari terakhir dan Jennie tidak bisa terus berpura-pura menyembunyikan segalanya sementara besok dia sudah pergi.

"Lisa? Kau belum bicara dengannya?" Tanya Katty dan Jennie menggelengkan kepala. Itu yang membuatnya sangat sedih.

"Terakhir kami bicara, itu tidak berakhir dengan baik. Aku terlalu khawatir membicarakan hubungan kami hingga aku bilang, bahwa kami akan baik-baik saja sebagai teman. Dia sepertinya... kesal. Dia juga menyalahkan penyakitnya karena saat itu, aku tidak berani berbicara karena aku merasa harus fokus pada penyakitnya." Kata Jennie sambil menunduk.

Kesedihan kembali mengambil alih. Jennie tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Rasanya sangat salah jika dia harus pergi tapi tidak berbicara sepatah kata dengan Lisa.

Dia sangat berharap setidaknya mereka bisa membicarakan tentang hubungan mereka selama dia melakukan pelatihan di agensi nanti.

"Oh, sayang... Apakah kau sudah berusaha meneleponnya? Datang ke rumahnya? Ke tempat-tempat yang biasa dia kunjungi?"

"Sudah, mom. Aku mencari semua tempat itu tapi, tidak pernah aku melihat Lisa sama sekali."

"Bagaimana dengan danau tempat terakhir kau bertemu dengannya? Kau sudah memeriksanya juga?" Tanya Katty lagi.

JENLISA - STORY ABOUT US [GIP || HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang