Mungkin, Lisa akan mengatakan dia berbohong jika dia tidak cemburu pada Mino yang berusaha mendekati mantan pacarnya. Kendati Jennie tidak menunjukkan perasaan tertarik, rasa cemburu itu ada.
Tapi Lisa sepertinya terlatih untuk menyembunyikan itu semua. Faktanya, dia sangat terlatih untuk menyembunyikan perasaannya sendiri.
Bahkan rasa sakit yang di deritanya, Lisa benar-benar bisa menyembunyikan itu semua. Bagi Lisa, bersembunyi lebih baik daripada harus berterus terang menunjukkan kesakitannya.
"Lisa? Kau diam terus sejak tadi. Apa kau sakit?" Jennie bertanya dan Lisa berkedip saat itu juga, menyadari bahwa mereka tengah menikmati makan siang di tengah aquarium, dimana mereka bisa melihat berbagai macam ikan berenang di atas dan di samping mereka.
Lisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Alih-alih menatap ikan-ikan itu, dia malah lebih sering menatap Jennie yang sering kali menatap kagum ke seputar aquarium dengan mata berbinar-binar.
"Tidak. Hanya saja, terima kasih sudah menemaniku akhir pekan ini." Lisa menyeringai sambil menggigit dagingnya.
"Kau aneh sekali, Lisa." Kata Jennie. Tampak sekali jika wanita itu khawatir, namun berusaha untuk tidak menunjukkan kekhawatirannya. "Jika kau lelah, kita bisa pulang saja. Aku akan baik-baik saja meskipun kita hanya berada di rumahmu."
Lisa meraih tangan Jennie dan menggenggamnya. Menatap mata yang tengah khawatir itu dengan penuh cinta. Cinta yang sejak awal ada dan tidak pernah menghilang, mungkin sampai dia mati nanti.
"Aku baik-baik saja. Tapi jika ini akan membuatmu tenang, kita pulang ke rumahmu saja, bagaimana? Lagipula, aku sudah membawa semua obatku di dalam tas. Aku akan baik-baik saja." Lisa menepuk tas di pangkuannya dan Jennie hanya bisa menghela nafas.
"Oke. Tapi ingat, kau berjanji bahwa kau akan memberitahuku jika kau merasakan sakit kan?"
Lisa menganggukkan kepalanya dan menggeser kursinya ke samping Jennie, meraih dagu Jennie dan kemudian mencium bibir Jennie dengan lembut.
Saat itulah, Jennie menghela nafas puas sambil melingkarkan tangannya di leher Lisa. Menarik Lisa lebih dekat dan memiringkan kepalanya hingga keduanya bisa memperdalam ciuman.
Tangan Lisa mencengkram paha Jennie dengan lembut, yang membuat erangan lembut meluncur dari mulutnya.
Lisa menurunkan ciuman ke leher Jennie. Sangat menyadari apa yang sedang dia lakukan pada Jennie. Seharusnya, dia sadar diri siapa dia saat ini. Dia bukanlah orang yang bisa bebas mencium Jennie. Tapi dia tidak peduli karena saat ini, dia tidak bisa berhenti.
Saat Jennie semakin memiringkan kepalanya ke samping dan dia menggigit lembut leher Jennie, tangan Jennie mencengkram kuat rambut Lisa. Nafasnya terengah-engah. Lisa tahu, mantannya itu sudah terangsang.
"Aku bisa menghapus semua bekas yang Mino berikan semalam." Bisik Lisa, menghisap lembut leher Jennie. "Aku bisa memberikan lebih banyak jika kau mengizinkan."
"Ya Tuhan, Lisa..." Erang Jennie, tak peduli dengan banyaknya orang yang meliriknya. "Aku mengizinkanmu memberiku tanda. Dimana pun."
Lisa memberi gigitan keras terakhir di leher Jennie sebelum kembali mencium bibir Jennie dan menjauh. Mata Jennie terbuka dan Lisa bisa merasakan pandangan penuh nafsu Jennie saat ini.
Mencengkram paha Jennie dengan kuat, Lisa tersenyum.
"Ayo habiskan makannya dan kita pulang ke rumahmu. Ibumu tidak akan ada di rumah, kan?" Tanya Lisa, melemparkan senyuman nakal pada Jennie yang langsung menggelengkan kepalanya.
"Aku akan mengusirnya meskipun dia ada di rumah." Kata Jennie yang membuat Lisa tertawa, menatap Jennie tak percaya.
"Hei! Dia ibumu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - STORY ABOUT US [GIP || HIATUS]
Fanfiction[21+] Hei, apakah kalian ingin membaca sepenggal cerita kisah cinta klasik tentang aku dengannya? Tidak berbeda dengan kisah cinta klasik lainnya. Tapi disitulah letak indahnya cinta.