8

2.2K 123 0
                                    

Pagi ini rachel sudah siap dengan outfit santainya. Ia akan ikut abangnya berlatih sekaligus lari pagi disana , Lino sepertinya kurang enak badan karena full latihan dari kemarin yang buat dia telat untuk makan.

" Bang , bisa izin ga ke coach sty kalo abang sakit ?"

" Gabisa nanti kena pelanggaran karena ini nyambut olimpiade dunia"

" tapi kalau kaya gini gua kan khawatir bang " jawabnya sambil memeriksa suhu tubuh abangnya itu.

" gua gapapa dek , butuh makan doang kayanya ini dan tadi udsh barti bentar lagi sembuh " jawab lino langsung bangkit dari yang tiduran menjadi menyender di bahu ranjang.

" kata mommy lu harus ke dokter , soalnya panasnya lumayan nih 39,5° " ucap rachel berdiri di ambang kasur sambil menunjukan ponselnya.

" nanti aja pulangnya " ucap lino yang terlihat lemas itu. " impian gua kan jadi pemain sepak bola terkenal dan mungkin ini salah satu ujiannya bisa gak gua ngelewatin ini" lanjutnya.

Rachel tiba - tiba memeluk abangnya.Ia bangga akan semangat lino yang terus membara padahal saat ini keadaannya cukup memburuk.

Lino memeluk adiknya dan menyembunyikan wajahnya di perut rachel. Memang moment seperti ini jarang sekali terjadi , Mereka berdua gengsi dan tidak ada yang mau ngalah  nyatanya rachel dan lino itu orang yang manja tapi dipaksa kuat karena harus belajar mandiri tanpa mengeluh apapun permasalahannya.

Ayah mereka mengajarkan betapa sulitnya mencari uang , walaupun saat ini ekonomi mereka sangat bagus. Lino dan rachel ditempatkan pada dua pilihan , pilihan orang tua atau pilihannya sendiri dan lino memilih jalannya yang terus berkarir di dunia atlet.

Waktu Sd sampai ia berhasil masuk timnas , ayahnya yang selalu menemani latihan. Lino teringat ucapan ayahnya yang memberi semangat untuk terus berkarya dalam sepakbola.

" Everything is in your hands, what you do has risks ! kalau kamu mutusin untuk jadi atlet , berarti kalau kamu sakit harus tetap semangat berolahraga ! jangan manja dan jangan banyak mengeluh karena apapun yang kamu pilih itu yang harus dilakukan."

" kenapa tuhan ngga adil dad? padahal kita punya duit buat beli semua dan pasti ada terus jadi harusnya aku ga nyari duit sendiri kan ? duit dady buat siapa kalau bukan buat lino sama acel ?"

" bukan tuhan yang ngga adil , tapi kamu yang harus mandiri.  dunia ini luas dan semuanya gabisa dibeli pakai uang ! hidup sekali harus membuat kejutan yang luar biasa lino"

Mengingat itu membuat rasa semangat lino saat ini makin menjadi jadi.Ia bangkit dan langsung menyiapkan sepatu lalu bergegas di parkiran mobil.

" abang semangat ya ! acel doain abang jadi atlet terkenal yang abang pengen dari dulu" ucap adiknya itu dengan memberikan 1 kotak bekal yang berisi sandwich kesukaan Marselino ini.

" siap bos , nanti kita ke nadia ya  baru ke GBK ! gua pengen ketemu dia kalo sakit gatau liat dia seneng aja hahaha"

Rachel sedikit terharu mendengar penuturan abangnya itu. Ternyata seperti ini ya jika menemukan seseorang yang pas , sakitpun jadi semangat cuma hanya melihatnya saja. Ia berfikir apakah akan seperti itu dengan rafael (?) ah , rachel tidak tahu bahkan saat ini statusnya pun masih abu abu yang berarti tidak jelas.

" bawain apa buat ka nad ?" tanya Rachel kepada lino yang menyetir itu.

" Gua mau bawa jajanan aja , tapi masih pagi kayanya enakan bawain bubur deh !"

" Yaudah , bang btw nih ya , kok gua titip martabak kemaren ga dibawain ?" tanya rachel yang mengingat pesanannya waktu itu

" kata rafa gada anjir , gua gamau kalo ga di toko itu soalnya gaenak "

Rafael Struick - 𝐎𝐍𝐌𝐎𝐆𝐄𝐋𝐈𝐉𝐊𝐄 𝐋𝐈𝐄𝐅𝐃𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang