30

1K 93 2
                                    

Rachel mematung tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang. Laki laki itu tepat dibelakang nya , bersama ivar yang tengah sibuk menata barang. Ada rasa sesak dalam dirinya yang tidak mampu di ungkapkan kepada abangnya.

Semua permasalahan menjadi satu dalam pikirannya. Marselino tampak sedang mencari referensi film yang akan ia tonton di layar bangku maskapai ini.

" cil istirahat , gua gamau lu sakit juga ! tidur ya ? atau mau makan dulu ? "

Seperti biasa , marselino sangat jail namun perhatian nya kepada rachel tidak akan pernah berubah. Ia bisa membedakan situasi yang seharusnya serius atau tidak. Ya , walaupun lebih banyak bercandanya

" bang , ada rafa dibelakang " ucap rachel setengah berbisik kepada marselino yang menggunakan earphone itu

" Ha ? "

Rachel langsung mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ia mengingat bagaimana sikap rafael yang mengaku akan menikah dibulan september nanti , mengapa tidak ada rasa bersalah sedikitpun dan malah pulang ke belanda bukan meminta maaf dulu kepada dirinya

" aku tau el , kamu ke belanda karena menghindar kan dan pasti lagi siapin hari bahagia kamu nanti " batinnya

Gadis ini tidak tahu sedikitpun maksud dan tujuan rafael ikut terbang di maskapai yang sama. Ia hanya tahu kalau mantan kekasihnya ini pulang untuk bertemu keluarganya atau mungkin mempersiapkan hari pernikahannya nanti

Sedikit demi sedikit air mata itu tumpah juga tak terbendung. Marselino menyadari sikap rachel yang menyembunyikan wajahnya di balik selimut kecil yang ia kenakan.

" cil , ojo nangis lah ! ra mempan di omongi koe iki hadeh , mangan sek ayo ! "

Rachel malah menyandarkan kepalanya di dada bidang abangnya. Sepertinya rafael mengetahui kalau gadisnya ini menangis karena terdengar isak tangisnya walaupun pelan.

Ada perasaan tidak tega dalam dirinya. Rasanya ingin menarik gadis itu kedalam dekapannya erat erat , namun tidak mungkin. Hubungannya sudah selesai antara rachel dan rafael tidak ada lagi ikatan.

" im sorry baby , I will fight for our love, I will prove it " batin rafael yang terdiam sambil mendengar isak tangis rachel di depannya ( maaf sayang , aku bakal berjuang buat cinta kita , aku buktiin ya )

Mereka tidak berkomunikasi tapi hati dan batin nya saling bertukar perasaan yang dialaminya. Seiring berjalannya waktu suara tangisan itu tidak lagi terdengar , sepertinya gadis ini tertidur. Ah , syukurlah lega perasaan rafael.

" bro , It looks like you should ask Lino for help " ucap ivar yang menjadi teman sebelahnya ( kayanya lu harus minta bantuan lino )

" But Lino is also angry with me, so I'm confused about who to ask for help? Should I talk directly to Rachel? hmm " ucap rafael memikirkan cara untuk mengembalikan cintanya yang hilang ( tapi lino aja marah sama gua terus minta bantuan sama siapa lagi ? masa iya gua ngomong langsung sama rachel ?)

" First of all you have to explain it to Lino and apologize!  if you can't, ask Justin for help " ( pertama lu harus jelasin sama lino terus minta maaf ! kalo itu gabisa , minta bantuan justin aja )

Rafael menoleh kearah ivar yang sibuk merapihkan isi pouchnya. Alasannya hanya satu , temannya ini ingin merapihkan nya dihotel tapi ternyata malah diajak pulang ke belanda.

" justin ? "

" I think Justin can help you because Rachel is quite close to him " jawab ivar menyakinkan rafael mengenai pemikirannya itu ( gua pikir justin bisa bantu lu soalnya dia akrab sama rachel )

Rafael Struick - 𝐎𝐍𝐌𝐎𝐆𝐄𝐋𝐈𝐉𝐊𝐄 𝐋𝐈𝐄𝐅𝐃𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang