33. Mampir

138 19 10
                                    

Tok tok tok

Aku menoleh ke arah pintu kamarku. Tempat di mana suara itu berasal.

“Iyaa?”

“Keluar bentar nak, ibu mau minta tolong”
Mendengar hal itu aku mendekat ke arah cermin kamarku untuk memperbaiki penampilanku.

Aku segera menghapus jejak-jejak air mata yang ada di wajahku dan juga menyisir asal rambutku.
Setelah merasa tampilan ini sesuai dengan apa yang kuinginkan, aku beranjak menuju pintu dan membukanya.

“Minta tolong apa bu?”

“Ikut ibu!”
Aku menurut dan berjalan di belakang ibuku menuju dapur.

Kulihat ibuku sibuk memasukkan dan menata beberapa toples kue kering ke dalam tas kain tersebut.

“Ini kamu anter ke rumah mamanya Elvin”

“APA?”

Ibuku terkejut mendengar aku yang sedikit meninggikan suara.

“Kok aku?”

Ibuku menatapku heran, “Siapa lagi? Anak ibu cuma kamu”

“Sama ibu kan”

“Kamu sendiri lah, ibu mau siap-siap ke rumah nenekmu”

“Terus aku gak di ajak gitu?”
Ibuku semakin heran dengan pertanyaanku.

“Hira! Kemarin di ajak gak mau. Katanya enakan di rumah bu, mau main sama temen bu. Sekarang berubah?”
Aku hanya bisa menyengir.

“Ga usah ikut, ini yang penting harus di anterin. Ibu udah janji ke mamanya Elvin”

“Tapi kan ini udah mau malem bu. Lagian jarak ke rumah Elvin itu lima kilo” ucapku sambil melebarkan telapak tanganku di hadapannya.

“Makanya berangkat sekarang biar gak kemalaman”

Aku mencebikkan bibirku.
“Motor Hira juga kan masih di bengkel”

“Ada ojek online” ucap ibuku sambil tersenyum.

“Yah buuu, Hira sama Elvin kan udah...”

“Yang putus kalian, bukan pertemanan ibu sama mamanya Elvin!”
Bibirku seketika mengatup rapat. Ucapan ibuku terlalu jujur, terkesan kejam.







***
Aku terus menggerutu dalam perjalanan menuju rumah Elvin. Ibuku tak mengerti posisiku, aku tak mau bertemu dengan anak temannya itu. Aku tak mau lagi berurusan dengan yang namanya Elvin.

Tok tok tok

“Assalamualaikum, permisi”
Cukup lama aku menunggu pintu itu terbuka.

Akhirnya pintu itu terbuka dan muncullah sesosok orang yang menjadi alasan aku tak mau datang kemari.

Orang itu menatapku dari ujung kaki sampai pucuk kepala.

Aku pun menatap orang itu sama, dari ujung kaki hingga kepala. Menampilkan pemuda tanpa baju yang hanya memakai celana pendeknya.

“Ngapain kesini?”

“Gue mau nganterin titipan ibu” ucapku menyerahkan tas kain yang kubawa padanya.

Elvin menerima dan mengintip isinya.

“Makasih” ucapnya.

“Iya” jawabku.





Canggung sekali!
Cepat akhiri ini Hira!”

HIRA IN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang