39.Pamit

263 6 0
                                    

Happy reading

Hari demi hari sudah terlewatkan hingga tiba hari dimana Aksa akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri sana. Dengan berat hati Aksa harus meninggalkan tempat dirinya lahir hingga mendapatkan cintanya kembali, meski hanya sementara itu akan terasa lama. Meninggalkan orang tuanya, kekasihnya, teman-temannya hingga adik perempuannya itu sangatlah berat.

"Ay"

"Hm?"

Aksa dan Asya sekarang berada di kamar untuk mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa oleh Aksa nanti.

"Aku gak mau ke sana, aku mau sama kamu aja"

"Aksa, ikutin apa yang orang tua kamu bilang. Kalau itu semua demi kebaikan kamu, berarti memang baik dan aku setuju itu"

"Kok kamu setuju sih? Nanti kita bakal LDR loh, lama lagi. Kamu gak sayang sama aku? Sampai kamu kayak seneng banget LDR sama aku atau kamu seneng karena bisa bebas dari sifat aku yang kadang posesif, manja, cemburuan dan bisa selingkuh sama Kevin, iya?"ucap Aksa

Seketika Asya terdiam mendengar ucapan Aksa. Bagaimana bisa ia senang saat akan ldr-an, ia juga sedih tapi ia menutupi nya.

"Kok gitu ngomongnya?"ucap Asya santai

"Bener omongan aku?"

"Enggak, sayang. Aku gak bakal ninggalin kamu dan aku bakal nungguin kamu balik. Aku seneng itu karena kamu bakal sekolah disana, di negeri orang. Dan soal Kevin, kamu gak usah khawatir. Aku sama dia cuman temenan gak lebih. Udah jangan khawatir gitu"

"Itu koper nya dibawa ke bawah ya, aku duluan turun. Kamu cepetan nanti ketinggalan pesawat."Asya berjalan meninggalkan Aksa seorang diri di kamar.

"Akhhh, kenapa harus sekolah disana sih?!"ucap Aksa frustasi.

Aksa dengan perasaan yang cukup kacau berjalan mengambil koper dan membawanya ke bawah sesuai perintah Asya. Saat berada dipertengahan anak tangga tampak dengan jelas dimatanya keluarga dan temannya sudah menunggu.

"Aksa cepetan, ini kita ngejar waktu loh"ucap Dwi

"Yaudah ayok, tapi aku mau satu mobil sama Asya"

"Aelah, manja banget sih Lo. Udah gede juga"cibir Mala menatap sinis abangnya itu

"Diem Lo!"

"Dih? Marah Lo?"

.....

Hingga sampailah mereka di bandara. Aksa turun dari mobil diikuti oleh Asya, dan dari belakang sana ada orang tuanya serta adiknya yang juga baru saja turun dari mobil. Aksa menggenggam tangan Asya sambil berjalan ke arah kursi yang tersedia. Ia jongkok di depan Asya yang duduk di kursi. Sedangkan Asya tampak bingung dengan tindakan kekasihnya, kenapa lebih memilih jongkok sedangkan kursi masih tersedia banyak. Aksa menatap mata indah gadis di depannya dengan dalam.

"Eh, kenapa nangis?"tanya Asya bingung

Tanpa menjawab Aksa langsung saja memeluk tubuh Asya dengan erat membuat Asya sedikit terkejut, tetapi ia tetap membalas pelukan itu. Ia dapat merasakan bajunya sedikit basah dan punggung Aksa yang bergetar. Aksa menangis dengan sesenggukan.

"Udah jangan nangis, nanti sesak."Asya mengelus rambut Aksa dengan lembut, lalu ia lepas pelukan itu dengan sedikit dorongan karena Aksa yang tetap memeluknya dengan erat.

"Gak mau lepass"ucap Aksa kesal

"Udah sana pergi, ntar ditinggal pesawat"titah Asya

"Biarin"

"Aksa cepetan, udah mau lepas landas tu pesawatnya"

"Ihh, gak mauu"rengek Aksa

"AKSA! jangan mulai deh! Jangan manja gitu!"ucap Asya lantang.

Orang tua Aksa dan temannya terkejut dengan nada bicara Asya yang tak seperti biasanya. Dan Aksa yang mendengar itu sedikit kecewa. Baru kali ini ia mendapatkan ucapan lantang dari Asya selama mereka menjalin hubungan.

"Ay....."

"CEPETAN AKSA!"bentak Asya. Ia melakukan ini agar Aksa marah dan tidak berat meninggalkan dirinya. Ia tau Aksa adalah tipe orang yang keras kepala, dan tidak mudah untuk menyuruhnya pergi kalau itu bukanlah kemauannya.

"Yaudah, aku pamit"

"Bunda sama ayah jaga kesehatan disini ya. Dan Lo El, jaga adek gue. Kalau sampai Lo nangisin dia gue tebas kepala Lo"

"Siap, kapten"balas El sambil hormat ke Aksa. Mala dan El sedang menjalin hubungan meski baru lima hari.

Aksa beralih ke Mala"kamu baik-baik disini ya. Nurut sama bunda ayah, dan jangan bendel."Aksa memeluk tubuh mungil adiknya. Walau Mala sudah tumbuh dewasa tapi tetap saja dimata Aksa Mala tetaplah adik kecilnya.

"Abang juga baik-baik disana, harus jaga kesehatan juga"

Mala memeluk Aksa tak kalah erat. Tidak ada lagi orang yang menjahilinya, tidak ada teman berantem, tidak ada lagi yang akan membuat canda tawa dirumah dan dia sedih dengan itu semua.

Aksa perlahan menguraikan pelukannya, tapi sebelum itu ia membisikkan sesuatu kepada Mala, dan Mala yang mendengar itu seketika langsung tersenyum serta memberikan cap jempol pada Aksa.

"Aman itu mah"ucap Mala

Aksa tersenyum. Ia beralih menatap kekasihnya yang sedang duduk dan menatap kosong di depannya. Entah apa yang dipikirkannya, dia pun tidak tau. Tatapan itu berubah menjadi datar saat Asya ikut menatapnya.

"Bay, semua."Aksa berjalan ke arah pesawat yang akan ia naiki sambil menarik kopernya.

"Kok dia gak pamit sama gue? Apa dia marah? Atau gue yang keterlaluan sama dia?"

......
Gaje ya?
Penulisan masih berantakan 🙏
Typo bertebaran 🙏
.
.
.
Next

ASYAKSA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang