(Calon) Ibu Bhayangkari

3.3K 412 76
                                    

Sabila dan Nabila memasuki rumah Renner yang telah ramai oleh Tim Shadow. Mereka baru saja selesai bekerja dan Renner mengajak berkumpul di rumahnya, merayakan selesainya sebuah kasus yang ia tangani sebulan kemarin. Ayam goreng, lalapan, dan beragam lauk telah terhidang di meja. Tim Shadow telah duduk di meja makan menikmati kudapan sementara Renner sibuk di dapur yang bersambung ke meja makan mereka.

Setelah mengucap salam, kakak-adik Dharmawan bergabung duduk bersama Tim Shadow di ruang makan.

"Renner, sibuk apa sih?" tanya Sabila, sambil mengambil keripik di meja.

"Ada yang mau nasi goreng, katanya?" jawab Danil, mengangkat alisnya.

"Ih, maksudnya nggak usah kalo udah banyak makanan gini...dan nggak nyangka kamu yang masak?" tanya Sabila, menoleh ke Renner yang ada di dapur. 

Sabila memang membalas pesan singkat Renner tadi siang, menjawab nasi goreng ketika ditanya ingin makan apa. Sementara, Tim Shadow sepakat ingin makan ayam goreng penyet langganan mereka yang kini sudah terhidang.

Baru saja Sabila bersiap berdiri untuk membantu tunangannya itu di dapur, Syarla menahannya, "Udah duduk aja, Kak. Biar latihan jadi suami, nanti harus bisa nyediain kakak makan apalagi kalo kakak pulang lembur, kan."

"Daritadi nggak mau dibantu dia. Katanya masaknya pake rasa cinta." sahut Paul yang ditimpali oleh Nabila, "Bucin buciiin."

"Heh, mana ada!" ujar Renner dari dapur, "Bucinan juga Paul yang tahan nemenin Nabila belanja berjam-jam."

"Belanja kamera kan harus milih-milih, mana bisa bentar." bela Nabila.

Semuanya tertawa melihat interaksi antar calon ipar ini.

"Oh iya. Aku udah urus dokumen nikah kita ke kantor. Itu berkasnya di meja. Sidangnya minggu depan ya, Ca." ujar Renner yang otomatis menghentikan segala kegiatan di meja makan.

Sabila mengambil setumpuk map itu dan menelitinya, sementara sejumlah pasang mata mengikuti kegiatan Sabila.

"Kenapa sih kok pada ngeliatin?" tanya Sabila.

"Sidang minggu depan...emang udah siap, Ca?" tanya Paul.

Sabila mengerutkan alisnya, "Loh, kata Renner sidangnya cuma formalitas doang."

"Iya, tapi sidang BP4R* itu nggak main-main loh." timpal Danil, "Karena emang buat evaluasi apa calon bhayangkarinya bener nikah tulus atau ngejar privilige seragam aja."

"Hah, emang iya? Kok Renner nggak bilang." Sabila menoleh lagi ke arah dapur, sementara Renner hanya mengangkat bahunya.

"Biasa, pasti Bang Renner gampangin deh. Mending Kakak tes sidang nih sama kita. Pertanyaan-pertanyaan basic aja dulu?" usul Iqbal yang diangguki oleh semua anggota.

"Kok jadi serius gini sih...Nggak susah kan pertanyaannya?" tanya Sabila.

"Nggak...Kan cuma nanya keseriusan sama komitmen. Misal, apa kamu ikhlas kalo suamimu dipanggil pergi tugas negara?" tanya Paul.

Sabila mengerjapkan matanya, mencari sorot bercanda di mata pria blasteran itu, tapi nihil.

"Emm..ya, diikhlas-ikhlasin." jawab Sabila.

"Ih, Kak! Jawab yang bener. Harus yakin." pungkas Nabila.

Kembali, Sabila menelisik mata-mata yang menatapnya, mereka semua berekspresi serius.

"Nanti dihadiri sama orang SDM, Sabila. Bisa nggak dikasih ijin loh." sahut Danil.

Syarla pun mengangguk, "Oiya, sama Kak Sabila perlu tau kerjaan Bang Renner juga yang dasar-dasar."

Tim Shadow dan PerintilannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang