Sabila dan Renner merebahkan diri mereka di sofa, mengakhiri hari yang sangat melelahkan. Hari ini, H-2 sebelum hari pernikahan mereka, dan akhirnya mereka berhasil menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan penting sebelum cuti mulai dari esok hari.
"Aduh, capek banget. Akhirnya semua laporan aku udah selesai." sahut Renner sambil menghela nafas.
"Sama, semua urusan IGD juga udah beres. Mereka siap ditinggal." ucap Sabila.
Renner mengangkat telapak tangannya dan Sabila menepuknya. Setelah rebahan selama sepuluh menit dan menghilangkan lelahnya, Sabila mengeluarkan to-do list andalannya.
"Yakin, kamu udah siapin semua, Ren?" tanya Sabila.
"Yakin, kok. Coba kamu ulangin list-nya. Udah semua, deh." jawab Renner.
Sabila mengangkat alisnya, tak yakin tunangannya sudah benar-benar siap untuk acara mereka dua hari lagi.
Sabila dan Renner mempersiapkan pernikahan yang sederhana. Tadinya ia hanya ingin melaksanakannya di rumah, tetapi Renner harus mengikuti tradisi Pedang Pora jadi butuh tempat yang lebih luas. Merekapun memilih sebuah villa di Bogor dengan halaman luas untuk menjadi venue pernikahan.
"Baju resepsi?"
"Udah. Kan aku pake PDU (Pakaian Dinas Upacara)."
"Mahar?"
"Udah. Dibawain Danil."
"Baju ganti, sikat gigi, dan kawan-kawan?"
"Udah packing dari kemarin."
Sabila mengangguk-angguk, "Good. Pinter. Jadi, udah nih kita? Beneran nikah dua hari lagi?" tanya Sabila retoris, sambil memperlihatkan list-nya yang sudah ia coret semua.
Renner merebahkan kepalanya di bantal sofa, sambil membaca daftar itu dengan malas, "Hmm...Udah kayaknya? Nggak sia-sia kita prepare dari enam bulan lalu, kan?" tanyanya sambil tersenyum.
"Jadi, besok aku bisa nyalon, menicure, pedicure, dengan tenang." ucap Sabila.
"Aku juga...mau tidur seharian. Hehehe." kata Renner sambil terkekeh.
"Itu mah bukan 'juga'...Enak jadi cowok ya." dengus Sabila, "Eh tapi beneran ya, Ren... Awas aja kalo kamu kerja besok. Nggak ada ya, mikirin kasus sampe kita selesai honeymoon!" ujarnya lagi.
Tidak ada yang spesial dari honeymoon Sabila dan Renner, setelah menginap di villa Bogor tempat resepsi, mereka rencananya akan staycation selama tiga hari di Puncak. Sengaja memilih yang dekat agar tidak habis waktu di perjalanan, cuti yang bisa mereka ambil memang sangat terbatas.
"Iyaaa, Ca. Kamu juga, awas aja masih bales-balesin chat-nya Ega atau Anna." ucap Renner.
"Enggak, kok, selama nyalon kan tanganku dipijet-pijet, mana mungkin pegang HP." sahut Sabila sambil tersenyum.
⏳⏳⏳
Keesokan harinya, sesuai rencana, Sabila melakukan ritual salonnya bersama Nabila. Setelah menikmati creambath, menicure, dan pedicure, kedua kakak-beradik itu menuju sebuah kedai di dekat salon untuk makan siang.
Ketika Nabila memarkirkan mobilnya, ponsel Sabila bergetar.
Caller ID.
Anna."Gimana, Anna?" tanya Sabila tanpa basa-basi.
"Dok...maaf banget ya, aku tahu kamu lagi cuti. Tapi inget Amel, nggak? Yang kemarin demam 38 derajat tapi setelah turun, kita pulangin." jawab suara di seberang.
![](https://img.wattpad.com/cover/365893227-288-k993433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tim Shadow dan Perintilannya
General FictionOne-shots. Cerita pendek seputar Tim Shadow, Renner, dan Sabila. Sekuel dan prekuel dari "Two Worlds Colliding". Nggak urut.