Semuanya Pernah Ditinggal Pergi

2.4K 258 118
                                    

TW: Mention of suicide.

Semua orang pernah patah hati
Semua orang pernah ingin mati
Semuanya pernah ditinggal pergi

Sabila mematikan lantunan lagu “Semua Orang Pernah Patah Hati” dari Lomba Sihir itu, mengingat perempuan di sebelahnya belum bisa berhenti menangis. Entah mengapa sore itu penyiar radio malah mengumandangkan lagu yang sangat dekat dengan kehidupannya.

“Nggak apa-apa, Sabila. Emang bener, harus realistis. Aku harus move on.” sahutnya.

“Ya, nggak gitu, semua orang emang pernah atau akan pernah ngalamin ini. Tapi bukan berarti nggak berat.” ucap Sabila sambil memarkirkan mobilnya. Mereka telah sampai.

Nowadays, I see him everywhere…" lirihnya.

Di tempat makan bakso langganan.
Di pelataran Taman Ismail Marzuki.
Di KRL menuju pulang.
Di pedagang kaki lima dekat galeri Trés.

Pikiran perempuan itu melayang ke ribuan memori yang pernah dijalani bersama.

“Kamu pasti bisa ngelewatin ini.” sahut Sabila, lalu menggenggam tangannya erat.

⏳⏳⏳

Satu minggu sebelumnya.

“Dok.” suara Suster Rini memecah fokus Sabila yang sedang mengerjakan laporan PPDS-nya.

“Iya?”

“Ada yang nyari dokter. Perempuan. Tapi saya nggak pernah lihat deh, tiba-tiba langsung ke Wing VVIP.” jawab Suster Rini.

Sabila menaikkan alisnya, dahinya berkerut, “Hah siapa?”

Ekspresi Suster Rini lalu berubah khawatir, “Dia…nanyain bekas pasien kita. Saya udah bilang nggak bisa kasih tahu. Apalagi dia nggak ada hubungan darah. Eh, dia maksa terus, dan akhirnya nyebut nama Dokter.”

“Siapa pasien kita..?”

“Itu Dok…Pratama Samudera.” sahut Suster Rini, pelan di akhir kalimatnya.

Sabila menelan ludah. Ia sudah tahu siapa sosok yang mencarinya. Ia pun beranjak menuju VVIP untuk menemuinya.

Natasha Renjana.
Sesuai deskripsi Sam di catatannya.

Rambutnya sebahu, hitam pekat membingkai wajah ovalnya yang cantik. Matanya bulat sempurna dengan alis runcing. Tubuhnya mungil, kontras dengan Sam yang tinggi besar. Mereka akan serasi bila disandingkan.


Ekspresi Tasha penuh harap ketika Sabila menghampirinya. “Tasha ya?” tanya Sabila.

Tasha mengangguk cepat, “Dokter Sabila…?” tanyanya.

“Iya…Saya Sabila.”

Tasha mengangguk lagi, kemudian ia memegang lengan Sabila, “Aku…aku baru dari RS Polri. Mereka bilang, Tama- Sam udah nggak ada. Tapi mereka nggak bisa ngasih info lanjutan.” ucapnya terbata.

“Dokter Sabila tahu sesuatu? Sam dikirim misi lagi ya…? Nggak mungkin kan, dia udah nggak ada?” tanyanya bertubi.

Sam sudah pergi setahun lalu, dan meninggalkan lubang cukup besar di hati Sabila dan Renner. Cukup lama juga Renner menerima kematiannya. Tapi beruntung mereka saling menguatkan. Namun satu hal yang luput dari benak mereka, yakni apakah Tasha mengetahui hal ini atau tidak. Tapi mereka pun baru tahu tentang keberadaan Tasha beberapa bulan setelah kepergian Sam.

Tim Shadow dan PerintilannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang