⚔️: XI

94 15 3
                                    


←〣☆~♡~☆〣→

"Tidak bisa. Aku harus turut hadir kali ini, Ayah. Kita diserang dari berbagai arah. Bagaimana Ayah harus pergi ke arah barat dan harus kembali dan melanjutkan perang di arah timur?" ucap Theo.

"Aku setuju dengan Kakak, Ayah. Izinkan kami pergi. Ayah dapat pergi mengurus wilayah yang lain," ujar Jake menambahkan.

Sang Raja berpikir keras, hingga akhirnya ia menyerah.

"Baiklah. Kalian boleh pergi untuk mengurus wilayah timur. Ayah akan mengurus wilayah barat," ucap Sang Raja.

Putra Mahkota dan Pangeran Kedua itu tersenyum lega, "Terima kasih, Ayah. Kami akan melakukan yang terbaik"

••••


-⚔️-


••••

"Kenapa Kak Theo dan Kak Jake juga harus pergi?...."

Ellio bersandar pada William yang memandangi langit dari jendela kamarnya.

"Kak?"

"Hm?"

"Lakukan sesuatu, aku bosan," ucap Ellio pada William.

William berbalik, "Melakukan apa?" tanyanya.

"Entahlah, aku bosann. Ayah pergi, Kak Theo pergi, Kak Jake juga pergi. Padahal aku ingin bermain bersama mereka," ujar Ellio sedih.

"Kau hanya tahu bermain," sahut William yang kembali membalikkan badannya.

Ellio membuka lebar matanya setelah mendengar ucapan kakaknya.

"Enak saja! Sembarangan!" ucapnya tidak terima.

"Lalu, apa yang kau tahu? Apa kau tahu istana sedang tidak baik-baik saja? Apa kau tahu keadaan sedang kacau? Ayah, Kak Theo, dan Kak Jake sedang berjuang di luar sana agar kita semua aman. Semuanya sedang khawatir. Dan disini, bukannya mendoakan mereka kau malah sibuk mengeluh bosan," ucap William yang tanpa sadar, ia telah mengucapkan kata-kata yang mungkin menyakiti adiknya.

Ellio terdiam, ia melepaskan genggaman jarinya pada pakaian William secara perlahan dan menunduk.

William segera sadar dengan kalimat yang baru saja ia katakan. Ia dengan cepat menoleh ke belakang.

"El-Ellio..?" panggil William dengan nada lembut.

"Aku pergi dulu, Kak. Aku baru ingat ada tugas membaca dari Ibu yang belum aku selesaikan," ucap Ellio dengan terburu-buru hendak pergi.

"Tunggu!" William menahan Ellio.

"Maaf"

Ellio melihat William yang meminta maaf padanya.

"Maafkan, Kakak. Tadi, sepertinya aku terlalu larut dalam mengkhawatirkan keadaan di luar sehingga aku tidak sadar bahwa kalimatku menyakitimu. Apa kau.. marah?" tanya William.

Ellio menggeleng, "Tidak, kau tidak salah, Kak. Seharusnya, aku juga mengkhawatirkan dan mendoakan mereka. Bukannya mengeluh bosan sendirian," jawabnya.

A STORY S2 || ENHYPEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang