⚔️: XXVIII [END]

145 14 13
                                    


←〣☆~♡~☆〣→

toktoktoktok

Ethan dan Ni-Ki menoleh ke arah pintu yang diketuk tidak sabaran dari luar.

"Siapa?!" tanya Ni-Ki sedikit berteriak.

"Pangeran, Permaisuri ingin bertemu," ucap seseorang dari luar.

"Astaga..antek-antek wanita ular itu rupanya. Pantas saja.." ujar Ni-Ki.

"Untuk apa?!" teriaknya lagi.

"Pangeran harap segera keluar kamar. Permaisuri sedang menanti di depan pintu," ujarnya.

Ni-Ki pun menatapnya dengan kesal, "Lihatlah, Kak! Itulah mengapa aku benci tinggal di sini," ujarnya.

"Sudahlah. Mari kita temui dan lihat apa yang akan dilakukannya," ujar Ethan berdiri dan membukakan pintu.

"Salam, Permaisuri"

Permaisuri Allea memandangnya dengan senyum lebar di wajah.

"Permaisuri? Bukankah seharusnya kalian memanggilku Ibu Suri?" ujarnya dengan nada ramah yang menjengkelkan untuk didengar.

"Cih.. Ia pasti merasa senang dengan kematian Ayah.." cibir Ni-Ki.

"Pangeran, walaupun ibu kalian bukanlah seorang istri resmi. Namun, kalian berdua tetaplah putra dari Raja. Aku, sebagai istri tentunya merasa sedih dan terpukul atas kematian Yang Mulia.." ujarnya dengan wajah yang murung.

"Astaga, muak sekali aku melihat wajahnya itu," ujar Ni-Ki dalam hati.

"Oleh sebab itu, Pangeran.. Tidakkah kalian ingin melakukan persembahan dan doa untuk Yang Mulia?"

"Apa maksudmu, Permaisuri?" tanya Ethan.

"Sebagai anak yang berbakti, mengurung diri di dalam altar untuk melakukan doa dan persembahan demi Yang Mulia Raja agar beliau bisa pulang dengan tenang. Aku telah menyiapkannya dengan baik untuk kalian berdua," jawab Permaisuri.

"Ini jelas jebakan! Katakan saja kau mencoba untuk memenjarakan kami berdua!" geram Ni-Ki.

"Doa dan persembahan hanyalah alibi. Sesungguhnya adalah ia ingin menyingkirkan aku dan Ni-Ki dengan segera. Wanita ini sungguh licik dan tidak sabaran.." ujar Ethan dalam hati.

"Pangeran?"

Ethan menoleh dan tersenyum tipis menjawab Permaisuri, "Permaisuri memiliki pikiran yang baik. Aku senang Permaisuri turut berduka atas kematian Ayah. Namun, aku dan adikku sedang dalam proses pemulihan. Lalu, mengapa tidak kau saja yang melakukan doa dan persembahan?" ujarnya.

"Beraninya kau-

Permaisuri menahan seorang pengawal yang ingin menyerang Ethan membuat Ni-Ki memutarkan bola matanya.

"Pangeran memang benar. Sebenarnya, aku ingin sekali memberikan waktuku untuk Yang Mulia. Hanya saja... uhukk aku sedang sakit. Untuk berdiri saja..rasanya kepalaku pusing. Entahlah..aku tidak bisa memikirkan bagaimana bisa aku bertahan duduk di depan altar untuk waktu yang lama," ujarnya membuat Ethan dan Ni-Ki benar-benar muak.

"Kalau begitu, bukankah seharusnya Permaisuri tengah beristirahat di kamar? Tidak perlu repot-repot mengunjungi kami. Bukannya kami tidak menghormati Ayah. Kami tentu berduka atas kepergiannya. Namun, kami akan melakukan perjalanan keluar dari istana ini. Jadi, mungkin kami berdua tidak perlu untuk melakukan hal itu," ujar Ethan.

"Tidak bisakah kalian memenuhi permintaanku?" tanya Permaisuri.

"Ini sama sekali bukan permintaan. Ini paksaan!" jawab Ni-Ki.

A STORY S2 || ENHYPEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang