⚔️: XXIII

66 14 5
                                    


←〣☆~♡~☆〣→

"Salam, Pangeran."

"Paman, apa kau tahu dimana adikku? Aku belum melihatnya seharian ini," ujar Ethan bertanya kepada Paman Sohn yang sedang membersihkan kebun.

Paman Sohn menggeleng, "Maafkan hamba, Pangeran. Hamba tidak tahu. Tapi, pagi tadi hamba melihat Pangeran Sigisbert membawa pedangnya menuju lapangan," jawabnya.

"Benarkah? Baiklah, terima kasih, Paman," ucap Ethan sebelum menuju ke lapangan.

•••

"Pangeran, tolong katakan pada Pangeran Sigisbert untuk berhenti dan beristirahat. Sudah sejak pagi ia terus saja melatih pedangnya. Aku sudah mencoba membujuknya, namun sia-sia," ucap seorang prajurit.

"Ia berlatih sejak pagi?"

Prajurit itu mengangguk.

"Astaga, anak ini.."

Ethan pergi menghampiri Ni-Ki yang tengah mengayunkan pedangnya. Ia melepaskan sarung pedangnya dan menahan pedang Ni-Ki.

"Kak?" ucap Ni-Ki yang terkejut.

Tanpa mengatakan apapun, Ethan langsung saja memberikan Ni-Ki serangan dengan pedangnya. Ni-Ki yang terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari kakaknya itu pun menangkisnya.

Kedua kakak adik itu saling mengayunkan pedang masing-masing. Yang satu memberi serangan, yang satu menangkis. Hingga pedang Ni-Ki terjatuh ke lantai akibat pedang Ethan.

Ethan menurunkan pedangnya dan memasangkan kembali sarungnya. Ia berjalan mendekati adiknya yang sedang mengambil pedangnya.

"Kak? Ada apa?" tanya Ni-Ki.

"Ada apa?"

"Mengapa kau tiba-tiba datang dan memberikan serangan padaku?" tanya Ni-Ki.

"Apa kau keberatan?" ujar Ethan bertanya balik.

Ni-Ki menggeleng.

"Katakan."

"....???" bingung Ni-Ki dengan ucapan Sang Kakak.

"Katakan, Ni-Ki. Apa yang mengganggu pikiranmu? Aku belum melihatmu seharian ini. Mengapa kau sibuk berlatih sejak pagi?" tanyanya yang khawatir pada Sang Adik.

Ni-Ki diam, ia tidak menjawab.

"Katakan. Apa yang mengganjal hatimu?"

"Aku.....bertemu Paman Raja Gyurald di dalam mimpiku, Kak," ucap Ni-Ki menundukkan matanya.

"Apa yang terjadi?"

Ni-Ki mengambil sarung pedangnya dan memasangnya.

"Di dalam mimpiku, aku bertemu dengannya. Paman membawa sebuah belati di tangannya dan berkata.....

"Ni-Ki, ambillah belati ini. Katakan pada kakakmu. Mentari telah tertutup bulan, tidak hanya gelap, namun dunia terasa suram. Penyesalan terkunci di dalam jiwa. Aku duduk menunggu fajar dan siang. Tidak apa tidak menunggangi kuda, kami percaya pada hati yang bersih dan mulia."

A STORY S2 || ENHYPEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang