BAGIAN 06

747 84 13
                                    

Sudah beberapa hari (Name) di minta oleh Rin beristirahat di apartemennya. Pasca (Name) jatuh sakit, Rin tak pernah lagi bersikap kasar pada (Name). Bahkan tutur kata Rin mulai melembut pada gadis itu. Mungkin Rin mulai menerima keberadaan (Name) di hidupnya.

Ataukah Rin juga mulai membuka hatinya pada (Name)?

Itu juga yang menjadi pertanyaan bagi Rin sendiri. Ia menyadari perubahan sikapnya pada (Name), setelah adanya dorongan dari Karasu.

Rin sering merenungkan diri, mungkin ini jalan satu-satunya baginya membuka hati pada (Name) untuk melupakan cinta pertamanya.

Tapi, jika perasaan pada (Name) hanya sesaat bukankah Rin seperti laki-laki jahat yang hanya menjadikan (Name) sebagai pelampiasannya terhadap cinta pertama Rin?

Selagi Rin belum menyadari perasaannya yang masih terlihat samar-samar pada (Name), sebaiknya ia menghindari itu dari sekarang. Rin juga belum bisa berdamai dengan hatinya karena harus merelakan cinta pertamanya bersama orang lain, dan perasaannya pada (Name) yang masih belum menemukan kejelasan.

***

1 Minggu Kemudian. . .

Setelah beristirahat selama satu minggu di apartemen, akhirnya (Name) kembali beraktivitas normal seperti sedia kala. Walau sebenarnya (Name) merasa dirinya sudah membaik beberapa hari yang lalu, namun Rin bersikeras melarang gadis itu untuk kembali bekerja.

"Kau terlihat bersemangat sekali, senang karena akan bertemu dengan Karasu, atau sudah boleh ku izinkan untuk kembali bekerja?"

Rin bisa melihat langsung bagaimana wajah gadis itu tengah berseri-seri, sambil bersenandung riang ketika membantu Rin menyiapkan kebutuhannya untuk bertanding hari ini.

"Heum.. Mungkin keduanya.."

"Heehh.. Jadi kau mengakuinya sekarang, jika kau menyukai Karasu?"

"E-eh? A-ah.. B-bukan begitu.."

Saking semangatnya, (Name) tidak begitu menyimak ucapan Rin tadi.

"Ya.. Sepertinya dia juga merindukanmu."

"B-benarkah?"

"Terbaca sekali jika kau memang merindukannya."

"B-bukan begitu.. I-itu.. A-aku senang karena saat mengenal Karasu-san, aku merasa tidak sendirian. Bagiku, Karasu-san adalah teman berharga yang pertama aku miliki semenjak menginjakkan kaki di negara ini.."

"Lalu, bagaimana denganku?"

Entah sejak kapan wajah Rin sudah berada tepat di depan wajah (Name), dan itu terlalu dekat. (Name) bisa melihat dengan jelas bentuk wajah Rin yang selalu terlihat tegas, dengan warna mata tealnya yang khas.

"A-apa.. M-maksudmu?"

Bukannya menjawab, Rin malah membenarkan posisinya dan menjauhkan wajahnya dari hadapan (Name). Tiba-tiba Rin menyentil kening (Name) dengan jarinya.

*TUK

"A-akh.."

"Bukan apa-apa. Ayo berangkat sekarang, atau aku akan telat karenamu."

Rin pun pergi lebih dulu keluar dari apartemennya.

(Name) mengusap-usap keningnya, sambil memikirkan tingkah Rin yang kian hari semakin aneh menurutnya.

"Apa kepala Rin-san terbentur sesuatu? Belakangan ini sikapnya aneh. Memang aku menyukai sikap Rin-san yang sekarang. Tapi, bukankah itu benar-benar sangat aneh dia berubah secepat ini?"

Sedangkan di luar sana, Rin tengah mengontrol debaran jantungnya yang tiba-tiba berpacu dengan cepat. Bahkan lebih cepat ketika ia tengah berlari mengejar bola.

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang