Bab 10

425 37 1
                                    

"Kak Langit seru juga ya ternyata. Bulan jadi pingin deh punya kakak cowok."

"Huss ngaco kamu Lan."

"Ih Kak Tari mah. Bulan kan cuma ngomong doang. Kalo Kak Langit mau ya syukur."

"Kamu nggak papa kok kalo mau anggep aku Kakak. Aku juga nggak punya adek."

"Kak Langit anak terakhir?"

"Bukan, tapi anak tunggal."

"Ooo. Berarti nggak punya saudara ya?"

"Namanya anak tunggal ya nggak ada sodaranya Lan."

"Kak Tari ni nyaut mulu. Orang Bulan tanya Kak Langit."

"Iya Bulan. Kak Langit nggak punya saudara, jadi kalo Bulan mau anggep Kak Langit jadi kakak ya nggak papa. Kak Langit malah seneng."

"Beneran Kak?"

"Iya."

"Yeay. Bulan punya kakak cowok."

"Tuh bisnya udah dateng." Mentari menunjuk ke arah bis yang mulai mendekat ke halte.

"Ayok Kak Langit." Bulan menggandeng erat tangan Langit untuk memasuki bis. Mentari hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah adiknya itu. "Dibelakang aja yuk Kak biar bisa duduk bertiga."

Mereka memilih bangku paling belakang. Dengan posisi duduk Langit  berada di tengah sedangkan Bulan dan Mentari masing-masing berada di sebelah Langit.

"Sayang banget ya Kak Bintang nggak bisa kayak Kak Langit."

"Kenapa emangnya sama Bintang?" Mentari menyahut karena nama Bintang disebut oleh Bulan.

"Kak Bintang terlalu sibuk sekarang. Udah gitu kalo sekalinya ngajak jalan, cuma kakak doang yang diajak. Bulan ditinggal mulu di rumah."

"Ya wajar dong. Kak Bintang kan pacarannya sama kakak. Masa mau ngajak-ngajak kamu?"

"Tapi kan Bulan juga pengen sekali-kali diajak jalan. Pusing tau di rumah terus."

"Bulan. Kamu kan udah gede ya? Bisa toh jalan sendiri."

"Udah-udah kok jadi pada debat sih." Langit merasa tidak nyaman berada di posisi ini dengan Mentari dan Bulan yang tidak berhenti bicara. "Lan, kapan-kapan kakak mau ajak kamu ke tempat kayak tadi. Tapi yang lebih bagus."

"Beneran kak?"

"Beneran."

"Lang kamu nggak usah manjain dia. Nanti kebablasan."

"Apaan sih kak? Orang Kak Langit yang ngajakin."

"Iya Ri nggak papa."

"Serah kalian berdua deh aku mau tidur." Mentari memalingkan wajah dan berniat untuk tidur.

"Ih kebiasaan. Dibilang jangan tidur kalo di bis." Bulan mulai mengomel lagi.

"Kan ada kalian berdua. Kalo sendiri nggak akan tidur lagi." Mentari tetap memejamkan mata dan tidur sambil bersandar di kaca. Langit dan Bulan pun membiarkannya.

Melihat Mentari yang sudah tertidur, Bulan dan Langit bercengkrama asik di sebelah Mentari tanpa terdengar. 

"Kak Langit."

"Hmmm. Apa?"

"Kak Langit nggak papa sering jalan sama Kak Tari?"

"Emang kenapa? Kakak aman-aman aja."

"Akhir-akhir ini Bulan denger kakak sering banget nggak sengaja ketemu sama Kak Tari. Kak Tari sering cerita juga sih. Emang nggak ada yang marah?"

"Siapa juga yang mau marah?"

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang