Bab 19

395 40 2
                                    

Setelah sehari dirawat, Mentari akhirnya dipulangkan. Ia sudah tidak sabar untuk memulai hari-harinya seperti biasa.

"Lang makasih ya udah nganterin aku. O iya, gaji aku bulan ini kamu potong aja nggak papa buat ganti biaya rumah sakit."

"Ri. Aku kira kita udah deket? Kamu masih aja bawa-bawa masalah biaya. Aku tersinggung lo ini."

"Lang bukan maksud aku gitu."

"Udah. Soal biaya rumah sakit nggak usah dipikirin. Dan jangan dibahas lagi." Mentari terdiam. Ia tak tahu harus berkata apa. Ia takut akan menyinggung perasaan Langit jika melanjutkannya.

Langit kemudian keluar dari mobil dan membukakan Mentari pintu untuk memapahnya. Hari ini Bulan tidak ikut menjemput Mentari karena harus kuliah. Ia berniat izin namun lagi-lagi Langit memarahinya, jadi terpaksa Bulan tetap berangkat kuliah.

Langit menghantarkan Mentari sampai ke dalam rumah. Ia mampir sebentar dan tidak langsung pulang.

"Makasih ya Lang."

"Mau berapa ribu kali sih kamu bilang makasih?" Langit menatap dalam mata Mentari. Hal itu membuat jantung Mentari berdegup.

"Emmmm....yaa..."

"Ya, apa? Kamu kok jadi gugup si?"

Mentari memalingkan wajahnya. Ia tidak bisa ditatap Langit seperti itu. "O iya Lang, kamu mau minum apa?"

Langit tersenyum. Ekspresi dan pengalihan Mentari membuat semuanya jadi semakin menarik.

"Nggak usah. Kalo mau aku bisa buat sendiri. Kamu duduk aja." Yang semula duduk dengan tegak, Langit kemudian menyandarkan punggungnya di sofa dengan rileks.

"Kamu pasti capek ya Lang?"

"Nggak. Cuma agak ngantuk aja."

"Kalo gitu kamu istirahat aja dulu sebentar. Jangan nyetir kalo masih ngantuk, nanti kenapa-napa lagi di jalan."

"Kamu khawatir?"

"Ya.. Ya iyalah. Kamu gimana sih Lang."

"Emang nggak papa aku tidur disini?"

"Nggak papa. Bentar lagi juga palingan Bulan pulang."

"Oke. Kalo gitu aku numpang tidur bentar ya." Mentari mengangguk.

Langit pun memejamkan mata dan terhanyut dalam dunia mimpinya. Sedangkan Mentari, ia masih duduk di sana, menemani Langit yang tertidur lelap. Ini adalah kali pertama Mentari menyaksikan bagaimana seorang Langit bisa tertidur.

Meski hanya tidur diatas sofa, rupanya Langit merasa nyaman. Tak terasa ia sudah tidur berjam-jam sampai Mentari tak enak membangunkannya. Berulangkali ponsel Langit berdering, tapi pemiliknya tak kunjung mengangkat. Mentari pun enggan untuk membangunkan. Dibiarkannya laki-laki itu menikmati alam mimpi.

Sembari menunggu Bulan pulang, Mentari memasak di dapur untuk makan siang. Setelah selesai ia kembali lagi ke ruang tengah untuk melihat Langit.

Menunggu Langit bangun, Mentari sampai terkantuk-kantuk, akhirnya ia pun tertidur sambil duduk diatas sofa. 

Hari semakin siang. Bulan akhirnya selesai dengan kegiatan kampus dan bergegas pulang. Sesampainya di rumah, ia melihat mobil Langit tengah terparkir di halaman. Pintu rumahnya pun terbuka lebar tidak terkunci.

"Kok sepi banget ya." Ujar Bulan saat akan memasuki rumah.

Ketika sudah masuk ke dalam, betapa terkejutnya ia melihat kakaknya dan Langit tengah tertidur pulas di ruang tengah. Dengan posisi Mentari yang tidur sambil duduk di bangku single, sementara Langit terbaring di sofa panjang.

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang