Bab 26

365 45 1
                                    

Berjam-jam sudah Langit menunggu Mentari, namun gadis itu belum juga sadar.

"Apa gua bawa ke rumah sakit aja ya?" Ia terus bertanya-tanya. Isi kepalanya penuh dengan Mentari.

Tak beberapa lama Mentari nampak membuka mata sambil memegang kepalanya yang berat.

"Stttt. Aduuhhh." Mentari nampak kesakitan.

"Ri kamu udah sadar?" Langit mendekat ke arahnya dengan wajah khawatir.

"Lang kepala aku sakit banget."

"Kita ke rumah sakit aja ya?"

"Nggak dulu deh. Aku cuma butuh istirahat."

"Lagian kamu juga nekat banget sih tadi. Kenapa nggak kamu biarin aja sih kena kepala aku?"

"Gimana bisa aku biarin sih Lang? Kalo aku nggak narik kamu, mungkin luka kamu lebih fatal dibanding ini." Ucap Mentari dengan menaikkan nada bicaranya.

Langit terdiam. Ia sadar bahwa ucapannya tadi sepertinya sedikit melukai hati Mentari.

"Tapi yang aku heran, orang tadi siapa ya? Bisa-bisanya dia mau nyelakain kamu?" Pikir Mentari sambil masih memegangi kepalanya yang sakit.

"Gimana? Maksud kamu apa?" Langit nampak terkejut dengan pernyataan Mentari, karena ia tidak tahu persis apa yang sebenarnya terjadi.

"Pot tadi jatuh karena disengaja Lang. Aku liat ada orang pake baju hitam-hitam yang lempar pot itu dari atas."

Langit terlihat berpikir keras. Bagaimana bisa Mentari dengan polosnya membahas soal laki-laki berbaju hitam yang Langit pikir justru bekerjasama dengan Mentari. Tidak mungkin ini akal-akalan Mentari bukan? Pasalnya Mentari rela menggantikan posisinya yang seharusnya ada di bawah sana dan celaka.

"Lang. Kok ngelamun?"

"E...engak. Udah nggak usah terlalu dipikirin. Nanti biar aku yang urus soal itu."

"Kamu nggak ada curiga sama siapa gitu Lang?" Tanya Mentari spontan. Dan jelas hal itu membuat Langit terkejut untuk kedua kalinya. Sepertinya Mentari tengah menelisik isi kepalanya.

"Itu bukan urusan kamu. Lebih baik kamu istirahat. Aku mau turun dulu ambil makan." Langit berkilah. Ia tak ingin Mentari ikut terseret dalam masalahnya. Sementara ini lebih baik ia pikirkan sendiri bersama Rama.

Saat Langit berada di lobi, ia menyempatkan waktu untuk menelpon Rama.

"Halo. Ram. Gimana?"

"Iya Lang. Gua udah periksa semuanya tapi gua nggak nemu apa-apa soal Mentari."

"Gini Ram. Sebenernya tadi gua baru aja ada kejadian lagi."

"Kejadian apa Lang?"

"Orang misterius itu ada disini. Dia berusaha nyelakain gua lagi. Dan yang kena getahnya Mentari."

"Maksud lo kena getah gimana?"

"Mentari kejatuhan pot dari atas bangunan. Sekarang kepalanya diperban. Gua rasa kita salah deh nyurigain dia."

"Terus bukti-bukti yang ada gimana?"

"Sementara kita cari tau dulu pelan-pelan jangan langsung ambil kesimpulan. Gua takut salah tangkap. Mentari udah dua kali nyelamatin nyawa gua Ram. Dan kali ini dia bahkan ngorbanin nyawanya sendiri. Apa mungkin dia pelakunya?"

"Semuanya jadi kelihatan rumit sekarang. Pusing gua Lang."

"Istirahat aja dulu. Kalo perlu minta bantuan yang lain. Tapi jangan sampek informasi ini bocor."

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang