Bab 36

334 42 2
                                    

"Ini kok ada catatan begini sih? Bukannya yang kemarin baik-baik aja." Langit nampak terheran-heran saat melihat catatan keuangan pada proyek terbarunya. Nampak sekali ada arus kas yang tidak stabil dan tidak ia ketahui aliran dananya.

Ia kemudian membuka beberapa lembar lagi dan ternyata semakin ia teliti ada beberapa catatan lain yang lagi-lagi tidak ia ketahui samasekali.

"Apa ada yang salah ya?" Langit kemudian berdiri dan keluar dari ruangannya untuk menemui Mentari. "Ri." Panggil Langit.

"Iya Mas." Mentari yang sedang fokus menyelesaikan pekerjaannya langsung menengok ke belakang saat Langit memanggilnya.

"Bisa ke ruangan saya?"

"O iya bisa. Sebentar ya Mas." Mentari segera menutup laptopnya dan berjalan menyusul Langit ke ruangannya.

Merasa telah menutup pintu dengan rapat, Mentari tak ingin berbasa-basi. Ia segera meminta penjelasan mengapa Langit memanggilnya.

"Ada apa Lang?" Tanya Mentari dengan raut wajah serius.

"Liat kesini. Kamu baca laporan keuangan ini, menurut kamu apa ada yang aneh?"

"Arus kasnya agak membengkak ya Lang?" Jawab Mentari jujur setelah melihat laporan keuangan yang ditunjukkan oleh Langit.

"Iya. Dan ini adalah laporan bulan lalu."

"Loh. Bukannya laporan bulan lalu baik-baik aja ya?"

"Aku nggak tau mana yang palsu dan mana yang asli. Jelas-jelas keuangan bulan lalu baik-baik aja. Dan ini laporan yang aku terima. Kenapa sekarang ada laporan satu lagi yang dananya sebesar ini." Langit menunjukkan satu laporan yang sudah ia terima bulan lalu pada Mentari.

"Kamu dapet laporan terbaru darimana?"

"Aku ketemu tadi pas Pak Iman mau buang sampah. Kamu tau kan semua laporan penting perusahaan ini punya map berwarna khusus. Aku nggak sengaja liat map ini di tempat sampah sebelum Pak Iman mau membuangnya. Menurut kamu kira-kira ada apa sama semua ini?"

"Lang. Apa kamu nggak ada kecurigaan sama sekali sama Pak Septo?"

"Ri, selama ini kerjasama kita baik-baik aja. Bahkan orang yang aku suruh buat sering mantau disana juga bilang baik-baik aja. Semua alat sampai bahan bangunan yang kita beli juga aman. Gimana tiba-tiba laporannya jadi begini? Padahal estimasi awalnya nggak sampai sebesar ini."

Mentari terdiam. Ia tengah berpikir segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun ia benar-benar pusing, ia tidak menemukan jawaban samasekali. "Aku samasekali nggak ngerti Lang. Kenapa catatan bulan lalu bisa ada dua. Dan keduanya punya isi yang berbeda."

"Kamu lusa ada acara atau nggak?"

"Emmm nggak ada sih kayaknya."

"Kita coba liat kesana aja gimana?"

"Dadakan gitu Lang?"

"Justru itu. Kita liat reaksi mereka. Kalau kita ngomong mau kesana, mereka pasti sambut baik-baik."

"Jadi?"

"Ya kita dadakan aja kesananya. Sambil kita liat respon mereka. Kita jangan terlalu mencolok kalau mau cari sesuatu."

"Emmm. Ngomong-ngomong siapa orang yang sering kamu suruh buat mantau kerjaan disana?"

"Pak Ridan. Kenapa?"

"Apa nggak sebaiknya kamu ngomong personal dulu sama beliau? Soalnya pasti keliatan banget kalau kita langsung dateng ke proyek tiba-tiba."

"Terus aku harus ngomong gimana sama Pak Ridan? Kan nggak mungkin bahas soal pembengkakan dana ini secara langsung. Kalau seandainya dia ada hubungan sama mereka gimana? Yang ada rencana kita bisa bocor."

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang