Bab 14

396 40 3
                                    

"Gimana Ram? Lu udah nemu pelaku pemotongan rem mobil gua?"

"Belum. Tapi gue dapet satu CCTV yang nunjukin kalo ada orang mencurigakan mendekat ke mobil elu Lang."

"Mana?"

"Ini." Rama menunjukkan video CCTV yang ditemukannya saat mobil Langit terparkir di salah satu parkiran gedung hotel. "Gua rasa ini orang sengaja Lang bikin lo celaka. Buktinya dia prepare banget mukanya di tutup begini." Ucap Rama saat melihat sosok yang ada di video itu berpenampilan tertutup dengan baju hitam-hitamnya.

"Sayang banget dari sudut ini belum ngebuktiin apa-apa Ram."

"Lu tenang aja. Gue bakal cari tau lebih dalam tentang orang ini."

"Thanks Ram. Kalo lu nemu sesuatu lagi, cepet kasih tau gua."

"Hmmm." Rama mengangguk tanda mengerti. "Eh, soal Mentari lo belum berubah?"

"Maksud lo?"

"Ya perasaan lo ke dia udah berubah belom? Atau malah makin bucin?"

"Nggak tau gue Ram. Makin kesini gue merasa makin terikat sama dia."

"Lang, Lang. Gue kira lo nggak bakal bego soal beginian. Ternyata bego banget."

"Lo itu nggak bakal ngerti."

"Elo yang nggak ngerti. Udah jelas-jelas tu cewek punya pacar, masih aja di gas."

"Tapi dia beda Ram. Gue nggak mau kehilangan sebelum berjuang. Seenggaknya biar dia tau dulu lah, lebih besar cinta gue apa Bintang?"

"Tau deh Lang. Males gue nasehatin lu. Mungkin bener kata orang-orang, manusia bucin itu cuma bisa berhenti kalo dia udah capek sendiri. Jadi ya gue cuma bisa bilang semangat aja. Semoga lo nggak bakal ngerasa capek mencintai seseorang. Soalnya kalo hati udah merasa kosong, bahaya Lang."

"Lebay lu. Udah ah gua mau balik ke kantor."

"Buru-buru banget."

"Iya. Habis ini ada rapat sama tim keuangan. Gua duluan ya Ram."

"Oke."

Rama hanya bisa geleng-geleng menyaksikan sahabatnya itu. Langit memang bukan orang yang pantang menyerah. Sekecil apapun kesempatan, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkannya. Walaupun masalah percintaan dan pencapaian adalah dua hal yang berbeda, tapi Langit tidak peduli.

Mendapat kesempatan emas karena ditinggal oleh Langit, Mentari kembali mencari sesuatu di ruangan Langit. Ia berharap bisa menemukan sesuatu yang lebih dari foto yang ditemukannya kemarin.

Saking sibuknya membuka satu persatu dokumen di rak, Mentari sampai tidak menyadari bahwa ada yang mengintipnya sejak tadi dari balik pintu.

"Gue bakal jadiin ini sebagai bukti untuk jebak Mentari." Melisa merekam kegiatan Mentari menggunakan ponselnya. "Akhirnya gue bikin lo keluar dari sini." Melisa mengembangkan senyum lebarnya. Ia seperti mendapat jackpot dengan adanya video itu. Melisa kemudian pergi setelah berhasil menyimpan videonya, ia tak ingin rencananya diketahui oleh Mentari.

"Gue nggak nemu apapun lagi." Mentari duduk di sofa dengan putus asa. Ia tidak tau harus melanjutkan misinya dengan apa.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ada telpon dari Bintang.

"Halo Bi."

"Hai. Gimana kerjaan hari ini? Lancar?"

"Lancar kok. Kamu gimana di sana?"

"Baik. Besok aku udah pulang."

"Really?"

"Yeah. Nanti setelah sampe rumah, aku bakal coba bikin pertemuan sama Mama, biar kita bisa ngobrol bareng."

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang