Bab 32

361 40 2
                                    

"Ri. Kamu mau pesen apa?"

"Aku ikut kamu aja."

"Owh. Ya udah. Mbak tolong kasih saya makanan terbaik disini masing-masing dua porsi ya. Sama minumnya orange jus dua." Langit menyamakan pesanan Mentari dengan pesanannya pada pelayan restoran itu.

"O iya kak. Mohon ditunggu ya."

"Iya. Terima kasih."

Sembari menunggu makanan tiba. Langit mencoba terus menyambung perbincangan dengan Mentari.

"Ri."

"Hmmm."

"Aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanya aja. Kenapa mesti gitu?"

"Emm. Aku rasa sejak kejadian di hotel itu kamu langsung berubah. Kenapa? Apa masih ada yang menganjal? Atau kamu masih nggak percaya sama aku?"

"Aku nggak papa Lang. Cuma emang lagi belum mendingan aja."

"Kamu masih sakit? Kenapa dipaksa kerja?"

"Nggak gitu juga. Aku malah tambah sakit kalo dirumah terus. Aku udah nggak papa kok. Cuma agak males aja dikit."

"Atau kamu nggak usah ikut meeting hari ini?"

"Aku nggak papa Lang."

Dari luar nampak Bulan dan Bintang juga datang ke restoran itu. Mereka berdua bertemu untuk membahas beberapa hal tentang Mentari.

"Kak. Itu Kak Tari?" Bulan langsung menyadari keberadaan Mentari seketika setelah masuk ke dalam.

"Langit? Kurang ajar. Ngapain dia ngajak Mentari kesini? Makan berdua lagi. Harus dikasih pelajaran tu anak." Bintang dengan tergopoh-gopoh berjalan cepat ke arah merek berdua.

"Ehh. Kak Bintang tunggu." Bulan berusaha mencegah Bintang melakukan sesuatu yang buruk pada Langit. Namun langkahnya tidak bisa menyeimbangi langkah Bintang.

"Ri. Ikut aku." Bintang tiba-tiba menarik tangan Mentari hingga membuatnya langsung berdiri.

"Bi. Kenapa sih?"

"Kamu ngapain sama di disini?"

"Aduh Kak Bintang sabar." Bulan muncul di belakang Bintang.

"Bulan. Kamu kok bisa ada disini juga?"

"Ri. Aku nanya sama kamu. Kamu ngapain sama dia berduaan disini? Lo juga ngapain caper mulu sama pacar gua?"

"Bi. Gua nggak ngapa-ngapain selain makan sama Mentari. Lagi pula habis ini kita mau meeting sama klien."

"Lu nggak usah basa basi Lang. Gua tau niat busuk lu."

"Bi. Kamu ngomong apa sih. Yang dibilang Langit tu bener. Aku cuma makan doang disini. Habis ini kita meeting. Udah."

"Ri. Dia ini cuma modus sama kamu."

"Udah ya Bi. Ini tempat umum. Kamu nggak biasanya lo kayak gini. Kenapa sih?"

"Kak. Udah Kak. Jangan buat keributan. Malu diliat orang-orang."

"Daripada lo marah-marah mulu. Mending lo duduk. Lo pesen makan. Laper kali lo." Perintah Langit.

"Udah-udah kak. Duduk." Bulan menarik tangan Bintang untuk duduk di sebelahnya.

"Permisi kak. Ini pesanannya." Karyawan tadi datang dengan membawa pesanan Langit dan Mentari sebelumnya.

"Tambah lagi ya mbak. Kalian berdua mau makan apa?" Melihat Bintang yang sepertinya sudah badmood, Bulan mengambil inisiatif untuk memesankan beberapa makanan dan minuman untuknya.

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang