Bab 28

394 46 2
                                    

"Kak. Sebenernya ini ada apa sih? Kakak kerja sama Kak Langit selama ini?"

Mentari menarik napas panjang. "Iya. Kakak nggak punya pilihan. Lagipula lebih baik kerja sama Langit daripada ditempat lain."

"Tapi kakak nggak menghargai Kak Bintang jadinya."

"Lan. Kakak tau, makanya kakak nggak mau kasih tau Bintang. Dia pasti marah. Udah berkali-kali Bintang nawarin kakak kerjaan tapi selalu kakak tolak."

"Alesannya?"

"Kamu masih nggak tau gimana hubungan kakak sama dia? Kita itu hubungannya udah diambang batas. Kakak udah nggak tau harus bertahan lagi atau nggak. Keluarga Bintang itu semuanya nggak suka sama kakak. Kalo kakak nerima kerjaan dari Bintang, yang ada kakak makin diinjak-injak sama mereka. Kakak cuma mau buktiin kalo omongan mereka itu salah. Kakak bisa berdiri diatas kaki kakak sendiri. Kakak bisa jadi orang sukses, kakak bisa Lan."

Bulan memeluk kakaknya erat. Baru kali ini Bulan merasa Mentari mau bercerita panjang lebar padanya.

"Kenapa kakak nggak pernah mau sih terbuka sama Bulan. Walaupun Bulan nggak bisa lakuin apa-apa, setidaknya Bulan tau kondisi kakak. Kakak jangan nyiksa diri sendiri terus dong."

"Kakak cuma mau bikin kamu jadi emas yang murni. Kakak nggak mau kamu rasain apa yang kakak rasain Lan."

Tangis Bulan semakin menderu. Ia merasa sangat beruntung memiliki kakak sekuat dan seberuntung Mentari.

***

"Malam ini kita pesen makanan aja ya kak. Bulan males masak."

"Iya deh."

"Kalo gitu Bulan ke warung dulu ya cari gula sama minyak." Mentari hanya memberi anggukan.

Tak beberapa lama pengantar makanan datang. Ia sudah di depan rumah.

"Permisi."

"Iyaa." Jawab Mentari yang baru keluar dari kamarnya.

"Ini mbak pesanannya. Totalnya enam puluh delapan ribu. Tolong dibayar pake uang pas ya mbak. Ini baru orderan pertama soalnya."

"O iya mas. Sebentar ya."

Mentari masuk kembali ke dalam kamarnya untuk mencari uang kecil namun tidak menemukannya. "Aduh nggak ada lagi. Bulan ada nggak ya?" Mentari kemudian berpindah ke kamar Bulan untuk mencari uang kecil.

Nampak tas milik Bulan digeletakkan begitu saja diatas kasur. Mentari pun membukanya seperti biasa, sebelumnya Bulan juga sering membuka tas Mentari tanpa permisi. Tapi itu tidak pernah dipermasalahkan.

"Bentar ini buku rekening siapa?" Mentari melihat buku rekening asing yang ada di tasnya Bulan. Tapi Mentari mengembalikannya dan berniat mengeceknya nanti setelah membayar makanan.

"Mas. Ini ya uangnya."

"O iya. Makasih Mbak."

"Sama-sama."

Setelah melihat pengantar makanan itu pergi, Mentari kembali ke kamar Bulan untuk mengecek buku rekening yang ia lihat sebelumnya.

"Bunda Tika?" Mentari nampak sangat terkejut melihat nama Bunda Tika terpampang di sana.

"Kakk. Bulan pulang." Suara Bulan dari luar mengejutkan Mentari.

Melihat Mentari baru saja keluar dari kamarnya, Bulan pun bertanya. "Kakak kenapa mukanya begitu. Habis ngapain di kamar Bulan."

Plak. Mentari melempar buku tabungan yang barusan ia temukan diatas meja. "Apa ini? Kenapa ada di tas kamu? Total saldonya puluhan juta. Kamu buat apa?"

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang