Bab 5

458 40 2
                                    

"Lu kenapa dah senyum-senyum sendiri?" Rama nampak terheran-heran melihat Langit yang begitu sumringah. "Kepala lu eror ya Lang abis kecelakaan?"

"Bangke lu. Ganggu aja dari tadi." Langit melempar bantal yang ada di dekatnya pada Rama.

"Ya lu ngapain senyam-senyum sendiri kayak orang sarap?"

"Kayaknya gua jatuh cinta deh Ram."

"Wah, beneran bocor pala ni bocah. Sejak kapan lu mikirin cewek Lang?"

"Ram gua serius."

"Lu emang jatuh cinta sama siapa sih?"

"Mentari." Jawab Langit mantap.

"Cewek yang kemaren itu?"

"Iya Ram. Gimana menurut lu?"

"Wah kacau. Jangan-jangan lu di pelet ama dia Lang."

"Otak lu tu yang rusak. Mana ada jaman sekarang pelet-peletan?"

"Lha tu buktinya bisa. Lagian ya Lang, gua kenal lu itu udah lama. Lu nggak pernah ngomongin soal cewek ke gua. Padahal dulu yang deketin lu nggak main-main, rata-rata cakep, anak orang kaya. Lah ini, baru ketemu sehari udah ngaku jatuh cinta."

"Ah lu nggak ngerti Ram. Dari awal gua ketemu ama ni cewek auranya beda. Beda banget lah sama cewek-cewek yang pernah gua temuin."

"Beda apanya coba? Kenal juga baru sehari. Kalo tu cewek ternyata udah punya anak ama suami gimana? Mikir dong lu."

"Ah elah, elu bukannya nyemangatin gua malah bikin down. Udah ah males gua cerita lagi."

"Mau kemana lu?"

"Ketemu sama Mentari."

"Anjir. Gitu ya sekarang? Udah punya cinta gua ditinggal."

"Makanya cari pacar sono. Jangan ngintilin gua mulu."

"Kacau lu Lang." Langit tak menoleh, ia pergi sambil menenteng totebag berwarna hitam.

Saat ini Mentari hanya bisa duduk di rumah. Ia belum mampu memaksakan diri untuk mencari pekerjaan yang baru. Tubuhnya masih terasa sakit akibat kejadian kemarin. Bulan juga belum resmi masuk kuliah karena harus menunggu pengumuman, jadi ia masih stay dirumah.

"Kak. Itu di depan ada mobilnya Kak Langit."

"Hah? Serius?"

"Iya. Coba kakak liat sendiri." Bulan membantu Mentari untuk berdiri dan berjalan ke depan rumah.

"Hai." Sapa Langit yang sudah berdiri di depan pintu.

"Langit, udah lama nunggu di depan?" Tanya Mentari.

"Nggak kok, baru aja nyampe."

"Lan. Tolong bikinin minum ya." Perintah Mentari pada Bulan.

"Kak Langit mau kopi apa teh? Kalo yang lain nggak ada. Hehehe." Tawar Bulan.

"Emmmm. Kopi aja deh."

"Okey." Bulan kembali ke dapur untuk membuatkan secangkir kopi untuk Langit.

"Oh iya hampir lupa. Nih tas, dompet sama hp kamu."

"Ketemu Lang?"

"Ketemu dong. Kan udah aku bilang, kamu tenang aja, kalo aku yang cari pasti ketemu."

"Makasih ya Lang. Aku utang banyak sama kamu."

"Apaan sih. Kita udah impas. Kamu juga yang nolongin aku kan kemaren waktu kecelakaan."

"Eh tapi bener juga ya kata kamu. Pertemuan kita tu lucu campur menegangkan."

"Iya kan? Kayak bukan sebuah kebetulan."

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang