Bab 7

403 38 3
                                    

Sudah lima hari sejak Mentari melamar kerja di Cafe Mediterania, ia lumayan mahir dalam memberi pelayanan pada pelanggan. Namun pelayanan yang baik saja ternyata tidak cukup, ia juga harus memiliki kesabaran extra untuk menghadapi pelanggan-pelanggan dengan tabiat buruknya. Beberapa kali Mentari mendapat perlakuan yang tidak baik, seperti kata-kata kotor, pelecehan secara verbal, bahkan perlakuan kasar melalui fisik. Tapi demi masa depan adiknya, ia tidak mau menyerah.

"Mbak!" Panggil seorang ibu-ibu yang tengah duduk berdua dengan anaknya.

"Iya bu. Ada yang bisa saya bantu?" Ucap Mentari halus.

"Saya pesen spicy meatball pasta dua."

"Buat anak ibu juga?"

"Iya. Kan saya berdua, masa saya makan sendiri."

"Emm. Bukan begitu maksud saya ibu, soalnya spicy meatball pasta kami lumayan pedas. Saya pastikan sekali lagi karna saya takut ibu salah pesan, mungkin anak ibu tidak bisa makan pedas."

"Kamu itu banyak ngomong ya. Saya juga tau kalo spicy itu pedas, saya bukan orang yang nggak ngerti bahasa inggris."

"Iya bu. Maaf sekali lagi kalau menyinggung perasaan ibu. Saya langsung proses pesanannya bu. Mohon ditunggu sebentar."

Mentari bergegas menuju meja pemesanan untuk memproses pesanan ibu-ibu itu.

"Kenapa lagi Tar?" Tanya Dimas penasaran karena sejak tadi menyimak obrolan Mentari dengan ibu-ibu di meja tengah itu.

"Nggak ada Dim. Gue cuma nanya doang padahal, tapi tu ibu-ibu sensi banget kayaknya. Jadi takut gua."

"Alah biasa kayak gitu mak. Sabar-sabar aja ya."

"Aman Dim. Gue udah kebal kok sama yang begituan."

"Tar ini pesenannya udah jadi. Buruan lu anter gih."

"O iya iya. Sini." Mentari mengambil nampan berisi dua piring spicy meatball pasta untuk diberikan pada ibu-ibu itu.

"Ini bu pesanannya. Silahkan dinikmati." Mentari memberikan senyum lebarnya berharap ada ungkapan terimakasih atau balasan senyum dari para pelanggannya. Namun tidak dengan ibu-ibu itu, ia masih terlihat garang dan cuek.

Selepas melayani wanita itu. Mentari berbalik dan melayani pelanggan yang lain.

"Ssss. Mah pedes." Anak kecil dari ibu-ibu yang tadi meringis menahan rasa pedas dan kebas di lidahnya.

"Aduh, aduh. Gimana sayang. Ini minum dulu."

Anak itu meneguk air es di depannya dengan terburu-buru. "Masih pedes Mah."

Mentari belum menyadari dengan adanya insiden anak kecil itu. Ia masih dengan santai membawa nampan untuk melayani pembeli yang lain.

Dengan tiba-tiba, saat Mentari kembali melewati ibu-ibu itu nampan yang dibawa langsung di tepisnya.

Pranggg. Semua yang ada diatas nampan itu tumpah berserakan dan mengundang tatapan dari para pembeli yang lain. "Kamu gila ya!!? Kamu mau racunin anak saya!!?"

"Bu saya nggak ngelakuin apa-apa." Bantah Mentari dengan nada yang masih sabar.

"Ini kamu kasih anak saya makanan apa sih? Liat muka anak saya sampek merah kepedesan kayak gitu!!"

"Bu tapi..."

"Ada apa ini? Mentari ada apa?" Manajer cafe itu akhirnya keluar karena mendengar keributan yang disebabkan oleh ibu-ibu itu.

"Ini anak kerjanya nggak becus. Masa saya sama anak saya dikasih makanan pedesnya kayak gini. Dia mau bunuh saya apa gimana?"

"Tar kamu gimana sih? Ibuknya pesen apa tadi?"

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang