Bab 25

394 42 5
                                    

Mentari berjalan masuk mengikuti langkah Langit di depannya. Tiba-tiba Langit berhenti yang membuat Mentari menubruk punggungnya yang keras.

"Aduh. Maaf."

Tak lama kemudian Langit memutar balikkan tubuhnya menghadap Mentari. Kini jarak mereka sangat dekat. Dekat sekali seperti tidak ada jarak. Detak jantung Mentari yang sejak tadi sudah tidak teratur, kini semakin memburu. Ia tidak berani memandang Langit dan hanya tertunduk sambil mengontrol dirinya yang semakin kikuk.

"Kenapa?"

"Ha? Ah...nggak." Mentari sangat gugup.

"Ini bawain tas laptop aku. Aku mau mandi."

"Oh. Iya." Mentari memukul kepalanya sendiri saat Langit sudah berbalik memunggunginya. "Lu mikir sih Tar?" Mentari bergumam pelan.

Mentari duduk di sofa panjang sambil menunggu Langit keluar dari kamar mandi. Tak beberapa lama Langit keluar dengan hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan. Sontak hal itu membuat Mentari langsung menutup mata.

"Lang. Tolong pake baju kamu dong." Pinta Mentari.

Langit mengobrak-abrik tasnya dan mengambil kaos hitam di dalamnya.

"Udah."

Mentari membuka sedikit tangannya untuk memastikan. Ternyata Langit memang sudah memakai kaos.

"Aku kira kamu nggak polos-polos banget."

"Maksud kamu apa?"

"Bukan apa-apa." Langit mengambil ponselnya dan segera berbaring di kasur.

Mendengar perkataan Langit barusan, jujur saja membuat Mentari tersinggung. "Tu orang kenapa sih? Aneh banget daritadi." Mentari bertanya dalam hati.

Mentari pun membaringkan tubuhnya di sofa. Ia tidak terlalu suka mandi malam. Jadi ia memilih untuk langsung tidur.

Malam ini terasa sangat dingin. Langit menyalakan AC dengan suhu yang terlalu rendah. Mentari nampak kedinginan, namun ia berusaha untuk tetap tidur sambil meringkuk diatas sofa.

Lewat tengah malam, saat ingin ke kamar mandi, Langit melihat Mentari yang sepertinya tidak nyaman dengan posisi tidurnya. Ia kemudian kembali ke kasurnya untuk mengambil selimut dan menyelimutkannya pada Mentari.

"Andai aja kamu Mentari yang aku kenal selama ini. Mungkin semuanya nggak akan seperti ini." Ucap Langit sambil duduk melihat wajah Mentari yang nampak kelelahan.

***

Pagi-pagi sekali Mentari sudah bangun. Ia nampak terkejut saat melihat ada selimut yang menutupi tubuhnya. Mentari hanya bisa tersenyum dibuatnya. Walau sejak kemarin Langit nampak cuek, tapi ternyata tidak sepenuhnya seperti itu.

Hari ini mereka berdua akan ada pertemuan bersama orang-orang penting. Dan Mentari harus mempersiapkan segalanya untuk keberhasilan pertemuan hari ini.

Setelah bangun tidur, Mentari segera membersihkan diri dan menyusun berkas-berkas yang akan dibawanya. Melihat jam yang semakin siang, Mentari akhirnya memberanikan diri untuk membangunkan Langit. Tumben sekali memang Langit bisa bangun kesiangan. Biasanya tidak seperti itu.

"Lang. Bangun Lang."

Langit meregangkan otot-otot tubuhnya sambil berusaha membuka matanya.

"Jam berapa?" Tanya Langit.

"Udah jam 7." Langit segera duduk dan menstabilkan kondisi tubuhnya sebelum pergi mandi.

Setelah selesai bersiap-siap. Langit dan Mentari turun ke Lantai bawah untuk mengambil sarapan. Langit meminta Mentari untuk melayaninya. Mentari pikir sikap Langit akan kembali seperti semula setelah bangun tidur, tapi ternyata tidak. Ia semakin tengil.

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang