Bab 44

203 40 5
                                    

"Ini udah lebih dari satu jam dan Langit belom ada kabar. Apa gua harus kirim serangan ke sana?"

Rama bingung harus melakukan apa. Ia begitu cemas karena tidak mendapat kabar apapun dari Langit.

Setelah beberapa saat tidak memegang ponsel, Rama baru melihat ada pesan masuk dari Langit.

'Ram. Tahan dulu. Mentari dalam bahaya. Ini pesan gua yang terakhir. Pastikan Mentari selamat sebelum tiga hari kedepan, temui Bintang dia bisa bantu kita.' Langit juga mengirimkan kontak Bintang pada Rama.

Mendapat pesan tersebut, Rama langsung menelpon Langit untuk memastikan kondisinya. Namun ponselnya sudah mati.

Beruntung Langit sempat mengamankan ponselnya di saku tersembunyi pada celananya.

"Mentari. Dimana dia?" Rama nampak kebingungan harus Mulai mencari Mentari dimana.

Dengan cepat Rama menelpon Bintang sesuai dengan arahan Langit.

"Halo?"

"Ini siapa?"

"Gua Rama. Temennya Langit."

"Kenapa lu nelpon gua?"

"Lo tau Mentari dimana?"

"Bentar. Lo bilang temennya Langit. Tapi kenapa cari Mentari?"

"Lo pacarnya kan? Mentari dalam bahaya."

"Lo tau darimana?"

"Gue disuruh Langit buat mantau keadaan sementara dia pergi ke Bandung."

"Langit disandera."

"Apa?"

"Iya, dia disandera. Dia punya waktu tiga hari. Kalo kita nggak bisa bebasin dia dalam jangka waktu itu. Mungkin Langit nggak selamat."

"Bangsat. Sekarang lu dimana?"

"Gue mau nyusul Mentari ke Bandung."

"Kalo gitu gua ikut."

"Kita nggak punya waktu banyak. Cepetan, gua tunggu disini. Lo ikutin arah alamat yang gua kirim. Kita berangkat bareng-bareng."

"Oke. Gua kesana."

Rama dengan segera pergi ke rumah Clarie sesuai dengan arah yang dikirimkan Bintang.

Tidak butuh waktu lama bagi Rama untuk menempuh perjalanan kesana. Ia sudah melihat sosok Bintang yang berdiri di samping mobil depan rumah Clarie.

"Sorry lama. Tadi agak macet." Ucap Rama.

"Aman. Lo bisa nyetir kan? Gua mau istirahat sebentar. Gua udah dari Bandung tadi langsung jemput Bulan. Jadi agak kurang fit."

"Iya. Gua yang setir."

"Lan. Aku ikut ya." Tiba-tiba Clarie muncul dibelakang Bulan siap dengan tas ranselnya.

"Malam ini mungkin kita nggak bisa langsung lo, ini juga bakal berbahaya." Bulan mencoba memperingatkan Clarie.

"Lan. Kamu selalu ada kalo aku ada masalah. Sekarang kamu yang punya masalah masa aku diem aja?"

"Tapi ini bukan masalah sepele Clarie."

"Pokoknya aku mau ikut."

"Gimana Kak Bintang?"

"Tapi jangan bikin ribet ya." Bintang memberi peringatan.

"Hehehe. Siap bos."

"Yaudah kita berangkat sekarang."

Langit dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang