13. Resmi

545 63 10
                                    

Raden menghentikan laju motor sportnya itu dan membawa gadis itu kesuatu tempat. Tempat itu adalah sebuah rumah pohon yang sudah terlihat indah dengan bunga-bunga disekelilingnya, bukan hanya bunga disana juga ada sebuah ayunan serta lampu-lampu, tidak lupa juga ada bangku panjang yang berwarna biru.

Mala menatap raden yang baru turun dari moge nya itu, "L-lo gak m-mau m-macem-macemkan den?." Tanya gadis itu terbata-bata karna tempat itu sangat la sepi.

"Cuman satu macam aja, boleh kan?." Ujar raden dengan santai

Mala membulatkan matanya tak percaya, "G-gue mau p-pulang." Ujar mala yang hendak pergi dari tempat itu namun belum sempat pergi pergelangan tanganya sudah dipegang sang empuh

"Gue tadi cuman bercanda la!." Ujar raden yang sadar bahwa gadis itu tenga ketakutan

"Huff." Mala menghela nafas lega saat mendengar penuturan dari raden barusan

"Jangan bercanda gitu ya den, gue takut." Lirih mala

Raden menatap lekat manik mata indah gadis itu ia merasa gadis itu memiki trauma yang masih membekas didalam hatinya, "Lo pernah disakiti seseorang?." Tanya raden

Deg.

Mala terdiam mematung keringat bercucuran dari pelipisnya saat kembali teringat kejadian beberapa tahun yang lalu, raden yang melihat hal itu dibuat tercengang.

"Mala!." Raden menepuk punjak gadis itu

"JANGAN MENDEKAT." Pekik mala histeris dengan menepis tangan raden yang berada dipundaknya.

"Hei la, ini aku raden! Lo kenapa?." Raden cemas melihat kondisi gadis itu yang sudah penuh kringat

"Hiks!... Hiks!..." Raden menarik mala kedalam dekapannya

"Hei, jangan nangis ya. Maaf gue tadi salah bicara ya?." Mala tak menjawab ia masih menangis

Raden bingung harus bagaimana lagi menenangkan gadis itu, "Lo tunggu disini sebentar ya? Gue mau beli minum bentar." Ujar raden yang hendak melepaskan pelukan itu

"Jangan, gue takut sendiri." Lirihnya

Raden tak melihat jiwa pemberani gadis itu lagi saat ini ia seperti orang yang berbeda. "Ya udah lo ikut gue, gue punya tempat yang sangat indah." Ujar raden yang dapat anggukan oleh mala

Raden menggandeng tangan gadis itu, "La, gue tutup ya mata lo, gak pp kan?."

"Loh kenapa?." Tanya mala yang terlihat bingung

"Bentar aja percaya sama gue, ya?." Mala pun mengangguk, raden menutup mata mala dengan tangannya dan menuntun gadis itu kerumah pohon.

"Raden, kita sebenarnya mau kemana sih?." Tanya mala

"Kesuatu tempat yang pasti lo suka!." Jawab raden

Mereka berhenti tepat didepan pohon besar yang atasnya ada rumah pohon yang begitu indah, serta bunga-bunga yang bermekaran bak taman bunga.

Satu.....

Duaaaa.....

Tiiiiiiiigaaaaa.....

"Lo boleh buka matanya sekarang!" Ujar raden

"Serius nih udah boleh?."

"Iya."

Mata mala samar-samar sudah mulai terbuka, saat matanya sudah terbuka sepunuhnya 'Masyaallah indahnya' kata-kata itu terucap pertama kali dari mulut gadis itu.

Mala berjalan kearah bunga-bunga itu dengan menciumi aromanya, tak hanya itu mala juga melihat ayunan yang talinya dililit dengan bunga-bunga cantik serta bangku panjang berwarna biru yang kebetulan itu adalah warna favoritnya.

Mala Dan DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang