18. Masa lalu

484 65 10
                                    

CTAS!

Suara cambukan pertama mendarat di punggung gadis yang tenga memakai seragam sekolah, ia memejamkan matanya menikmati rasa sakit yang begitu peri.

CTAS!

CTAS!

"Am-ampun ma, sakit"

CTAS!

Suara cambukan itu kembali terdengar dari dalam gudang.

CTAS!

CTAS!

CTAS!

Tak terhitung berapa banyak cambukan itu dilayangkan pada tubuh gadis itu hingga darah segar mulai keluar dari punggung gadis itu, seragam sekolahnya yang sebelumnya berwarna putih kini menjadi merah karena darah.

Bruk.

Gadis itu terjatuh kelantai sunggu ia sudah tak kuat menahan sakit yang menjalar siseluruh tubuhnya.

"ANAK SIALAN!" Pekik arabella dengan menghempaskan cambukan yang berada ditangannya

"Kenapa kamu selalu membuat hidupku tidak tenang? KENAPA?" Pekik arabella membuat gadis itu memejamkan matanya

"Dari mana kamu tadi HAH? Sudah berapa kali saya katakan pulang sekolah jangan keluyuran." Sambungnya

"Maaf ma."

"AGHHH, Saya gak butuh maafmu. Kenapa kamu tidak seperti putri saya sih, kenapa? Selain pintar dia gak pernah pulang larut malam seperti kamu ini MALA." Bentak arabella

Mala menundukkan kepalanya situasi yang seperti ini yang sangat ia benci dimana ia selalu dibanding-bandingkan, "Uang sayang sudah terlalu banyak habis untuk mensekolahkan kamu tapi apa balasan kamu hah? Dengan pulang larut malam gini?"

"Contoh putri saya, adara. Dia pintar dan rajin harusnya pekerjaan rumah semua kamu yang urus tapi karena kamu gak pulang-pulang putri saya yang harus mengerjakannya."

Mala mendongak dan menatap manik wajah wanita yang berstatus ibunya itu, "CUKUP MA!, Mala juga punya hati apakah pantas mama berucap seperti itu?" Ujar mala dengan mata yang sudah berair

"Mama selalu banding-bandingkan aku sama adara, mama selalu sebut adara sebagai putri mama! Mala juga putri mama, kenapa mama berucap seperti itu?"

"Apa bedanya mala sama adara, ma? Mala sama adara lahir dari rahim mama, kenapa cuma adara yang mama sayang? Dan kenapa mala yang harus mama benci?" Tanya mala yang sudah banjir air mata

Malam ini gadis itu mengungkapkan apa yang ia rasa selama ini, ia juga penasaran kesalahan apa yang ia perbuat dimasa lalu sehingga sang mama sangat membencinya dan bahkan tak pernah menganggapnya layaknya seorang anak.

Arabella terkejut mendengar ucapan gadis itu ia membuang wajahnya kesembarang arah "Kenapa mama diam? JAWAB MALA MA!"

"KARENA KAMU BUKAN ANAK SAYA MALA, KAMU ITU ANAK SEORANG JALANG." Pekik Arabella dengan wajah yang sudah memerah

Deg.

"Karena mama kamu, hidup saya jadi hancur seperti ini, saya harus banting tulang menghidupi anak saya sendiri dan sialnya saya juga harus mengurus kamu PUTRI JALANG." Sambung arabella dengan menekankan kata akhirnya

Mala? Gadis itu terdiam membisu dengan pikiran yang kalut, bukan anaknya? Apakah ia tak salah dengar atau kah mamanya hanya terbawa emosi sehingga berucap seperti itu.

"Mama..."

"SAYA BUKAN MAMA KAMU SIALAN!"

PLAK.

Mala Dan DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang