14.

660 81 13
                                    

Dibawa guyuran hujan dan hembusan angin malam seorang gadis tenga berdiri tegap menjalankan hukumannya. Mala, gadis itu ia lah mala keterlambatnya pulang membuatnya harus merasakan hukuman berdiri tegap dibawa guyuran hujan ditenga malam seperti ini.

Tubuhnya merasa perih saat air hujan itu sudah mengenai permukaan kulitnya, yah sebelum ia dihukum diluar rumah seperti itu ia lebih dulu dihukum cambukan seperti biasa itu lah yang membuat tubuhnya terasa sangat perih saat air hujan mengenainya.

"Sshh." Desis mala saat merasakan perih

Jederr.

Suara guntur dari langit menggema membuat gadis itu menutup telinganya dengan kedua tangannya, sunggu ia benar-benar takut dengan suara itu ia lebih baik dihukum cambuk dari pada harus seperti ini.

JEDERR!

Suara itu semakin keras membuat mala berlari dari posisinya.

Tok... Tok... Tok...

"Mama bukak ma, mala takut." Pekik mala dengan mengetuk-ngetuk pintu halaman belakang itu

Jederrr.

"Aaaa, MAMA BUKAK MA..." pekik mala lagi dengan setia mengedor pintu dari luar

Sedangkan didalam Arabella selaku mama kandungnya itu kini tenga mengopi dan mengobrol renya dengan sang ibu, rita.

"Ma!" Panggil adara

Arabella serta rita menoleh kesumber suara, "Kenapa?."

"Huff" Adara menghembuskan nafas panjang sebelum angkat bicara

"Ma diluar hujannya deras." Adara berhenti sejenak sebelum melanjutkan inti katanya

"Iya mama tau itu, kenapa?"

"Mala takut suara guntur ma, kasihan mala nanti dia bisa demam." Lanjut Adara

"Biarkan saja dia diluar sukur-sukur dia deman dan cepat mati biar gak nyusahin lagi." Bukan arabella yang berbicara melainkan rita, neneknya.

Deg.

"Jaga bicara nenek, mala itu cucu nenek juga kenapa nenek jahat banget sama mala dia salah apa nek." Bentak adara yang tak terima dengan ucapan neneknya barusan

"Adara!" Tegur Arabella

"Kenapa ma? Mama mau marah hah? Nenek salah ma, kenapa mama gak tegur nenek aja. HARUSNYA NENEK AJA YANG MATI DIA ORANG JAHAT, KEJAM." Pekik Adara

"ADARA."

PLAK.

Adara memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari sang mama, tak terasa air matanya menetes baru kali ini ia merasakan tamparan dari sang mama sunggu sakit, bagaimana mala yang selalu mendapatkan tamparan dan bahkan lebih dari itu bak makanan sehari-harinya.

"Dara ma-"

"Jangan deket-deket dara, Mama jahat." Ujar adara dengan melangkah mundur

"Apa yang kamu lakukan bella, dia anakmu dengan seperti itu dara akan menjauh dari kita dan semakin dekat dengan anak sialan itu." Ujar rita

Arabella memandang telapak tanganya yang barusan melukai wajah anak kesayangannya itu sedetik kemudian iya pergi keluar entah apa yang akan wanita itu lakukan.

Ceklek.

"Mama." Mala yang tenga meringkuk dilantai depan pintu luar itu pun berdiri tegap saat menyadari kegadiran sang mama

"Siapa yang suruh kamu berteduh, hah?" Bentak arabella

"M-mala takut ma, s-suara gunturnya kenceng t-terus mala udah gak k-kuat dingin." Ujar mala dengan bibir yang bergetar

Mala Dan DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang