Malam ini mala serta raden berada disebuah tempat yang sudah mereka anggap sebagai rumah kedua mereka, rumah pohon. Mala yang meminta raden menemuinya ia ingin meminta kejelasan hubungan mereka dan penjelasan tentang hubungan raden dan gizel.
Sudah satu jam keduanya berada disana namun tak ada yang angkat suara, keduanya sibuk dengan lamunan mereka masing-masing hingga deheman mala memecahkan keheningan itu.
"Ehmm."
"Raden gue--"
"Yang lo lihat dan dengar disekolah tadi benar la, gue sama gizel udah pacaran hubungan kita udah hampir dua mingguan." Potong raden membuat tubuh gadis itu mematung.
Baru saja mala ingin mempertanyakan hal itu tapi laki-laki itu lebih dulu menjelaskannya, apa gunanya lagi ia bertanya? Semuanya sudah jelas.
Mala terkekeh, "Lo pacaran sama gizel? Terus buat apa lo ngemis-ngemis supaya gue gak mutusin lo HAH?"
"BUAT APA RADEN?" Mala tertawa miris "Sudah gue duga den, ujung-ujungnya gue yang akan sakit hatinya.." lanjutnya
"Maaf la.." Lirih raden
"Maaf? Enteng banget lo bilang maaf den, Lo tau gak gue selama dua minggu nunggu kabar LO RADEN.. Gue takut lo dimarahin papa lo lagi tapi--" mala menggantung ucapannya dengan sesekali menyerka air mata yang tanpa seizinnya menetes
"Haha, gue bodoh ya? Gue bodoh nungguin orang, khawatirin orang yang cuma nyakitin hati doang.. bilangnya gak bisa hidup tanpa gue buktinya dia punya hubungan dengan gadis lain." Sambung mala
Raden masih tak bersuara laki-laki itu terdiam seribu bahasa, "Huff," mala menghela nafas panjang
"Gue mau kita putus den, anggap aja hubungan kita gak pernah terjadi dan ada.. semoga lo bahagia dengan pilihan lo." Ujar mala sebelum berlalu.
Hap.
Dengan cepat raden menangkap pergelangan tangan mala hingga langkah kaki gadis itu terhenti, "Gue mohon la jangan, gue cinta sama lo! Gue gak mau kita putus.." lirih raden
Mala tertawa hambar kala mendengar penuturan yang cowok itu barusan ucapkan, bisa-bisanya ia berkata seperti itu setelah ia menjalin kasih dengan gadis lain.
"Lo jangan egois dong den, lo udah sama gizel tapi lo gak mau lepasin gue.. mau lo itu apasih? Gue juga punya hati den." Tegas mala
"Gue tau la, gue kepaksa lakukan itu semua, gue gak cinta sama gizel gue kepaksa tolong ngertiin aku.." ujar raden seraya menarik gadis itu masuk kedalam pelukannya
"Hiks... Jangan gini den, dengan kamu begini kamu tambah nyakitin aku.." lirih mala dengan air mata yang terus berjatuhan
Ting.
"Lihat sebelah kirimu"
Raden menoleh pada sisi kiri, matanya membelalak saat melihat seseorang yang sangat ia kenali tenga mengacungkan sebuah benda berbahaya tepat pada kepala kekasihnya.
Ting.
"Akhiri hubungan atau saya akan akhiri hidup perempuan yang sangat kamu cintai itu"
Mata raden membola sempurnah saat membaca pesan terakhir dari nomor yang tidak ia kenali, namun ia yakin itu adalah orang suruhan papa-Nya.
'Sialan'
Raden refleks langsung mendorong tubuh mala dari pelukannya membuat sang empuh jatuh teruyung kebawa. Mala mendongak menatap raden dengan sorot mata yang sulit diartikan.
"Maksud lo apa? Lo barusan baikkin gue dan sekarang lo sakitin gue lagi?" Ketus mala yang kini sudah berdiri dihadapan raden
"Gue baru sadar la..." Raden menggantung ucapannya membuat sang empuh menyercit
KAMU SEDANG MEMBACA
Mala Dan Dunianya
RomansSeorang gadis cantik yang terlahir dengan kelebihan yang ia milikih harus mampu bertahan hidup dengan caci makian orang-orang sekitarnya. Terlahir dengan kelebihan bukan maunya mala ia juga ingin hidup normal, layaknya manusia biasanya namun apalah...