07.

499 67 8
                                    

Dipadang rumput yang luas, kini kedua remaja yang berbeda gender itu sedang menatap indahnya langit malam. Keduanya kalut dalam lamunan masing-masing.

Jederrrr!

Grep!

Bunyi petir dan guntur sangat kencang membuat gadis itu refleks memeluk seseorang disampingnya, Raden. Yah laki-laki itu adalah raden sedangkan gadis yang memeluknya itu adalah mala.

Raden kaget saat tiba-tiba mala memeluknya, tapi ia tau kalo gadis itu sedang ketakutan terasa dari getaran ditubuhnya sepertinya ia memiliki phobia terhadap petir dan guntur.

"M-maaf raden g-gue refleks!" Ujar mala dengan melepaskan pelukannya

"It's okey, kita cari tempat neduh yok ini udah gerimis." Ujar raden, mala hanya mengikut saja apa yang dikatakan raden.

Kini keduanya sudah berada di sebuah caffe yang tak jauh dari padang rumput tempat mereka menatap langit yang dipenuhi oleh bintang-bintang, namun sayang keindahan itu cuman sebentar mereka nikmati karna hujan turun begitu deras. Baju mereka sedikit basa karna terkena rintikan air hujan.

"Nih pake! Baju lo basa pasti dingin" Raden menyodorkan jaketnya kepada mala

Mala menggelengkan kepalanya. "Lo aja yang pakai gue gk dingin lagian cuma basa sedikit." Ujar mala

"Udah pakai aja"

"Lo aja rad--"

"Gue gak suka penolakan!" Ujar raden, dengan terpaksa mala menerima jaket yang diberikan raden kepadanya itu.

"Mbak pesen!" Panggil raden kepada pelayan caffe itu.

Setelah memesan makanan tidak lama dari itu pelayan itu datang lagi dengan membawa pesanan-pesanan yang mereka pesan tadi, raden tersenyum saat melihat mala memakan makanan itu sangat lahap.

"Gue seneng deh liat cewek makan gak jaim-jaim.!" Ujar raden

Mala menoleh kearah raden yang sedang menatapnya dengan senyuman tak luntur dari bibirnya. "Kenapa?"

"Gak pp seneng aja, biasanya tu ya cewek itu kalo makan bareng cowok jaim-jaim gitu tapi lo beda lo gak ada tu jaim-jaimnya, sampe tu nasi nempel dipipi lo!" Ujar raden

"Hah? Mana, man-" mala menatap wajah raden yang amat dekat dengannya yah raden sedang membersihkan nasi yang berada di wajah mala.

"Ehmm, udah!" Ujar raden yang berhasil membubar lamunannya.

"M-makasih." Ujar mala terbata-bata

"Gak perlu makasih, ayok lanjut makan lagi." Ujar raden yang dibalas anggukan oleh gadis itu

"Lo laper banget ya? Mau nambah lagi?" Ujar raden saat melihat makanan mala sudah ludes semua sedangkan ia baru makan beberapa sendok.

"Enggak gue udah kenyang banget." Bales mala

Disisi lain, Adara dan mamanya sudah melajukan mobilnya untuk pulang kerumah, ini sudah pukul 10 mlm mereka berdua sudah selesai makan malam diluar dan mereka juga sempat pergi berbelanja kebutuhan alat dapur yang sudah habis semua.

Pin.!....pin.!.....

Gerbang dibuka oleh sarpam rumahnya, adara berlari masuk kerumahnya ada sedikit rasa penasaran dibenaknya karna rumah tak dikunci pikirannya langsung tertuju pada saudari kembar tak identiknya itu.

Ceklek

"Mal--" Adara menyelusuri setiap inci sudut kamar itu sembari mencari keberadaan gadis yang bersetatus saudarinya itu

"Mala kemana kok gak ada. Apa jangan-jangan tu bocah dapar bisikan lagi ya"gungamnya.

"ADARA.!" Pekik arabella dari lantai bawa

Mala Dan DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang