05. Teman

945 86 15
                                        

.....

"Nih makanan buat lo" Mala menatap laki-laki yang baru saja menyodorkan satu buah plastik dengan isi makan dan minuman di dalamnya.

"Buat g-gue" tunjuk mala pada dirinya sendiri.

"Bukan, buat hantu penunggu disini" ujar laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan ialah raden

"Gue serius!"

"Iya buat lo. Perasaan tadi jelas-jelas gue bilang makanan buat lo masih nanya lagi" gungam raden yang masih dapat didengar mala

"Thank ya!"

"Hmm."

Hening!

"Kenapa di liatin aja? Gak suka?"

"Eh enggak kok, gue suka!"

"Kalo suka cepet dimakan" ujar raden

Mala pun mulai melahap habis makan tersebut. "Katanya tadi gak laper kok sampai habis gitu?" Ujar raden meledek

"Lo gak iklas ngasihnya?"

"Iklas!"

"Terus kenapa bilang gitu."

"Yah kan tadi adara suruh lo makan dikanti kata lo masih kenyang tapi ini lo makannya sampe habis banget hampir aja tu wadahnya mau lo makan juga" ejek raden lagi

"Ih enak aja kalo ngomong, gue itu menghargai pemberian orang" elak mala

"Ehmm serah deh, berdebat dengan perempuan itu gak akan ada habisnya" jelas raden, mala hanya memutar bola matanya malas.

Kini mereka sama-sama larut dalam lamunannya masing-masing, mereka saat ini duduk di bawah pohon dekat taman sekolah.

Mala metatap langit yang sangat la cerah hari ini dengan mata berkaca-kaca, perlahan air mata yang sudah lama ia bentung itu akhirnya menetes. Raden yang sedang menoleh kearah sampingnya itu dibuat kaget saat melihat gadis disampingnya itu menangis padahal tadi baik-baik saja.

"Kenapa nangis? Lo sakit?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut raden

Gadis itu menggeleng. "Enggak, gue gak pp! Gue baik-baik aja" ujarnya

"Kalo gak pp lo gak bakal nangis gini"

"Gue juga bingung" ujar mala, raden mengerutkan dahinya bingung maksud dari gadis disampingnya itu

"Gue benci saat tiba-tiba gue marah atau nangis, sedangkan gue nggak tau kenapa gue sedih atau marah. Sambung mala.

Raden tersenyum simpul. "Itu karena lo selalu mendem emosi lo dan selalu bilang kalo lo baik-baik aja. Dan pada akhirnya, emosi lo keluar disaat waktu yang nggak tepat."

"Gue gak punya tempat cerita. Gak ada yang mau dengerin gue, jadi gue pendem sendiri."

"Adara?"

"Terlalu banyak masalah yang adara tanggung gara-gara gue, jadi gue gak mau nambahin beban buat dia lagi." Ujar mala

Raden manggut-manggut mendengarnya. "Kalo gitu mulai sekarang lo bisa cerita semuanya sama gue, gue siap jadi pendengar setia lo." Ujar raden

"Dan mulai sekarang kita teman. Kalau lo butuh sesuatu atau perlu perlindungan, gue selalu siap kapanpun!" Sambungnya

"Raden, kita beneran temenan? Lo mau temenan sama gue?" Ujar mala.

Raden menganggukkan kepalanya, mala melihat itu refleks langsung memeluk raden dari samping, raden terkejut melihat tingkah gadis disampingnya itu.

"M-maaf" ujar mala sambil melepaskan pelukkannya

"Gk pp santai aja." Ujar raden.

"Gue refleks saking bahagianya karna lo itu satu-satunya orang yang mau berteman sama gue" ujar mala, raden lagi-lagi dibuat bingung sunggu banyak teka-teki dari diri gadis disampingnya itu.

Mala Dan DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang