19.

487 63 16
                                    

Hembusan angin malam menerpah permukaan kulit seorang gadis yang tenga berdiri tegap di tengah jalan yang sepi itu, ia menyelusuri jalan sepi dan sunyi itu dengan lampu jalan sebagai cahayanya.

"Tolong dia mala....."

Mala menutup telinganya kala suara itu kembali terdengar, kini sudah pukul 01:00 dini hari namun mala harus terbangun kala mendapat bisikkan-bisikkan yang terdengar sangat ribut ditelinganya.

"Tolong dia mala...."

Mala mendengkus kesal pasalnya suara itu selalu menyuruhnya menolong seseorang namun tak ada orang sama sekali ditempat yang ia datangi itu.

"Tolong siapa woy?, gua masih ngantuk mau tidur!" Pekik mala ditenga kesunyian itu

"Andai saja gue bisa lihat sosok yang selalu memerintah gue pas--" mala menghentikan ucapannya kala melihat benda yang sangat mengkilau

Perlahan tapi pasti mala mulai melangkahkan kakinya mendekati benda tersebut.

Deg.

Mata mala membelalak kaget kala melihat benda yang mengeluarkan cahaya tersebut, "Itu kan?"

Flashback on

"Itu apa?"

Mala yang semula hendak pergi menemui raden kini matanya menangkap sebuah benda yang tergeletak dijalan.

"Kalung?"

Mala mengambil benda itu yang tak lain adalah kalung yang berlogo 'bintang'

"Apa ini milik ibu-ibu tadi ya? Ah iya mungkin milik ibu tadi terjatuh." Gungam mala dengan sendirinya

Dengan cepat mala menaiki motornya kembali dan tujuannya saat ini menyusul ibu-ibu tadi untuk mengembalikan kalung yang ia temukan itu. Cukup lama ia menyelusuri jalan itu namun tak ada tanda-tanda adanya ibu itu.

"Cepet banget ibunya jalan." Gungam mala

Dritt.... Dritt...

"Mama" cicit mala kala melihat layar handphonenya tertera sang mama yang tenga menghubunginya

"Hallo ma?"

"......."

"Maaf ma"

"......."

"Iya mala pulang sekarang."

Tut.

Mala menghena nafas pendek kalau sudah begini ia tak bisa berbuat apa-apa lagi terpaksa ia harus putar balik.

"Nanti aja deh mungkin nanti-nanti gua ketemu sama ibu-ibu itu." Gungam mala dengan menyimpan kalung itu didalam sakunya.

Kini mala sudah berada dikamarnya setelah mendapat ceramah panjang dari sang mama tentunya.

"Kalungnya lucu! Apa gue pakai aja ya?"

"Eh gak boleh mala itu hak orang." Celetuh mala pada dirinya sendiri

"Simpan di laci aja deh."

Flashback off

"Ah iya gue inget ini kan kalung yang waktu itu, tapi kenapa bisa ada disini?" Bingung mala seraya mengambil kalung itu

"Kok gua lihat tambah gemes aja sih kalungnya, coba bentar aja bolehkan? Boleh mala!" Ujar mala dengan berdialog sendiri

"Cantik."

Entah angin dari mana mendorong mala hingga memakai kalung itu dilehernya

Srep.

Seketika jiwa dan pikiran mala terasa sangat tenang ketika memakai kalung itu, ia tak mendengar lagi suara-suara dari makhluk tak kasat mata itu lagi.

Mala Dan DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang