BAB 01. TEBAR PESONA

63 9 7
                                    

Happy Reading...

"Aaaa Alvaro!" teriak seluruh ciwi-ciwi SMA Galaksi. Mereka semua berteriak histeris saat Seorang ketos tampan lewat di depan mereka dengan gayanya yang cool membuat semua kaum hawa kagum kepadanya.

Siapa sih yang tidak kenal dengan seorang ALVARO SEAN SAMUDERA. Seorang ketua OSIS di SMA Galaksi. Yang juga menjadi idaman para cewek di sekolahnya. Umurnya sudah 17 tahun  hobinya belajar. Dia bukanlah tipe cowok yang gamers. Dia tipe cowok yang bisa dibilang kutu buku.

Terlihat  seorang perempuan yang tengah menatap Alvaro di barisan paling belakang. Alvaro berjalan dengan gayanya yang cool, dan hanya sesekali melirik para cewe-cewe yang berbaris di ujung kiri dan kanannya seperti seorang artis yang disambut meriah oleh para fans-fans nya.

Alvaro sedang melangkah ke ruangannya. Ruang OSIS. Di sana ia memerintah. Alvaro tipikal cowok yang pemberani tidak lari dari tanggungjawab sebagai ketos dan juga ramah terhadap siapapun yang ia kehendaki. Tapi dia tidak ramah dengan cewe cewe yang sok asik.

"Kamu ke gerbang sekarang, beberapa orang ke gerbang sekolah untuk menjaga dan melihat siapa aja yang keluar dari sekolah!" perintah Alvaro dengan tegas memerintah.

Dua laki-laki yang juga anggota OSIS langsung buru-buru ke gerbang tak lupa memakai seragam OSIS yang memang khusus untuk mereka pakai jika berdinas. Alvaro melanjutkan langkahnya masuk ke dalam ruangannya. Ia melihat beberapa anggota OSIS yang santai seperti tidak ada beban atau emang numpang nama namun kerjanya nggak becus.

****

Seorang perempuan Ayu tengah berjalan di lorong sekolah, dirinya selalu tersenyum kepada siapa saja. Bukan tanpa sebab. Karena dirinya menang ramah hingga terkenal karena keramahannya.

"Mentari...!" teriak perempuan dibekalkannya. Membuat langkah gadis ayu itu terhenti sejenak. Menoleh kebelakang melihat sahabatnya memanggilnya.

Mentari Tri Utami, nama yang begitu indah untuk gadis ayu ini. Sesuai namanya Mentari. Mentari juga sangat ramah tak heran namanya sangat pas untuk dirinya. Mentari masih berumur 16 tahun. Lahir dari keluarga yang kurang mampu tidak membuatnya berhenti untuk belajar. Ia memiliki semangat belajar yang tinggi hingga akhirnya sering mendapatkan juara dalam lomba tertentu.

Dibalik keramahannya, Mentari terkenal sebagai anak interovet. Itu terlihat jelas dari pergaulannya yang hanya memiliki satu sahabat. Yang mulutnya ingin disumpal lakban. Walaupun kepribadiannya yang interovet. Ia mampu menyesuaikan diri di sekolah ini hingga namanya bisa dibuka setenar dengan Alvaro. Bahkan menjadi incaran cowok-cowok di SMA Galaksi ini.

"Huff capek tau ngejer lo daritadi," keluh seorang perempuan di samping Mentari. Bisa dibilang dia sahabat mentri sejak bersekolah di SMA Galaksi. Sejak MOS ( masa orientasi sekolah) mereka sudah dekat entah kenapa tapi kepribadian yang berbeda ini bisa menjadi akrab.

Namanya QUEENARA SYAKILA ANDIRA. namanya memang bagus, dan juga dibilang estetik. Queen juga salah satu anggota OSIS di SMA Galaksi. Umurnya masih sama dengan Mentari. Hobinya nonton sinetron ikan terbang. Pantas sih dia hobi drama ala-ala ikan terbang. Dia ini emang beda dari yang lain. Bisa dibilang agak laen.

"Kita ke kantin yuk, gue udah lapar banget!" Queen mengajak Mentari ke kantin sembari mengelus perutnya yang minta di isi. Mentari hanya mengangguk. Queen yang mendapat persetujuan langsung berlari menarik Mentari ke arah kantin.

"Pelan-pelan jalannya, jangan lari." Mentari tidak bisa mengimbangi cara jalan Queen yang terlalu cepat. Hingga hampir saja terjatuh tadi. Untung Queen bisa menarik nya hingga tak terjatuh.

Queen yang mendengar itu hanya terkekeh, ia mulai memperlambat cara jalannya. Agar Mentari tidak jatuh lagi. Ia benar-benar merasa bersalah karena hampir membuat Mentari terjatuh.

"Nanti gue yang traktir mau nggak, setiap kita ke kantin biar gue yang traktir yah. Uang lu pake aja buat kebutuhan lu yang lain."

Queen walaupun mulutnya pedes sepedes saos cabe tapi hatinya sangat baik terbukti dia sangat  mengerti dengan keadaan Mentari yang jauh dari kata mampu. Mentari terpaku terdiam mendengar sahabatnya yang begitu peduli dengan dirinya. Ia tak menyangka mendapatkan sahabat seperti Queen.

"Makasih yah Queen, udah jadi sahabat gue, walaupun kehidupan gue nggak... "

Belum selesai berbicara, Queen menutup mulut Mentari dengan jari kelingkingnya. "Udah jangan dipikirkan lagi. Yaudah tuh kita dah Sampai di kantin. Lo mau makan apa? Biat gue beliin lo tinggal duduk manis aja di sini," Queen menyuruh Mentari duduk di kursi kemudian berjalan memesan makanan.

Baru juga beberapa langkah, Queen kembali lagi ke Mentari. "Eh lu mau pesen apa gue lupa, hehehe."

"Apa aja yang penting bisa kenyang," sahut Mentari dengan senyuman ramahnya yang biasa ia berikan kepada siapa saja.

"Ouhh oke deh kalo begitu, gue pesen dulu," ujar Queen, kembali melangkah memesan makanan untuk mereka berdua. Mentari mengedarkan pandangnya ke sekeliling kantin. Ia benar-benar terharu bisa memiliki sahabat yang mau berteman dengannya.

Tidak menunggu lama Queen sudah datang membawa sebuah bakso yang bisa dibilang jumbo. Dengan minuman boba di tangannya yang satu. Ia langsung meletakkan makanan itu di atas meja masih dengan nafas yang memburu akibat terlalu berlari.

"Ini makanannya, gue pesan bakso. Itu minumannya. Yuk makan gue udah lapar banget!" Queen langsung mengambil sendok dan garpu kemudian memakan baksonya. Ia sudah sangat lapar sejak tadi. Ia memang jarang sarapan di rumah. Sedangkan Mentari ia sudah sarapan jadi bisa tahan lapar sampai siang.

"Eh sore nanti lo ada waktu nggak?" tanya Queen memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Hmm... Iya gue harus bantu ibu gue jualan dan sebagainya. Lo tau kan gue harus cari uang buat makan dan kebutuhan sehari-hari gue," timpal Mentari, kemudian meminum minumannya. Queen hanya mengangguk kemudian melanjutkan makannya.

****

"Eh tar, lo tau nggak sih kalo bu Rani nggak datang ke sekolah. Yess gue seneng banget dia nggak datang."

Tar adalah panggilan Queen untuk Mentari. Mentari yang sedang duduk di bangkunya sambil membaca buku hanya mendengarkan kemudian kembali fokus melihat bukunya.

"Lo kok nggak seneng kalo bu Rani nggak datang, kan harusnya heppy gitu lohhh," tukas Queen nada bicaranya yang terbilang alay.

"Iya terus? Gue nggak seneng lah kalo bu Rani nggak datang. Lo tau kan gue tu suka sama bu Rani,"  sahut Mentari, masih membaca buku. Queen yang mendengarnya langsung menutup mulutnya dengan ekspresi kaget.

"Omggg tar, lo lesbi sama bu Rani. Omg gue nggak nyangka tar!"  suara Queen terdengar memekik hingga terdengar satu ruangan kelas.

"Bukan begitu maksudnya maemunah!" Mentari mengusap dadanya. Dosa apa yang ia lakukan hingga mendapatkan sahabat yang tak begitu mengerti dengan bahasa.

"Makanya kalo pelajaran Bahasa Indonesia itu jangan tidur, nah gini kan hasilnya," Mentari mulai menasehati Queen. Queen hanya tertawa melihat ekpresi Mentari.

"Hahahahahaha," tawa Queen seperti tawa kuntilanak di belakang kelasnya.

𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗕𝗨𝗡𝗚...

MENTARI TRI UTAMI | ALVARO SEAN SAMUDRA
                  QUEENARA SYAKILA ANDIRA

Spil kata untuk bab perdana ini dong?

Spam Next biar lanjut.

Jangan lupa baca bab selanjutnya yah. Kalo nggak mau vote gpp. Aku bukan author yang memaksa.

14 Mei 2024 || Ahmad fitrah.

ALTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang