𝗕𝗔𝗕 𝟯𝟮. SEMANGAT

3 1 0
                                    

“Kamu terlalu buta dengan cinta, hingga tidak bisa membedakan cinta dengan bodoh.”
— MARCEL DIRGANTARA.

HAPPY READING.

"Aduh pedas banget," Aurel bahkan mengipas-ngipasi lidahnya yang sedang kepedisan. Mentari yang tertawa melihatnya langsung memgambilkan air minum untuk Aurel.

"Nih minum dulu biar seger," Mentari memberikan satu botol air minum untuk Aurel. Aurel tak lupa berterimakasih kepada Mentari setelah meminum airnya.

Tak lama mereka makan tiba-tiba Alvaro datang dengan senyuman yang terlihat dari bibirnya. Tentu saja Mentari berubah respon. "Aurel, gue pergi dulu yah. Byee sampai ketemu di kelas," Mentari langsung pergi begitu saja. Aurel tentunya tidak paham kenapa Mentari tiba-tiba begitu.

"Kak Al dia kenapa sih?" tanya Aurel, ingin tahu apa yang sedang ada di fikiran teman sebangku nya itu.

"Kan dia udah bilang ada urusan gimana sihh," Alvaro tanpa di suruh langsung duduk di dekat Aurel hingga menjadi tranding topic di sekolah.

"Lo kenapa sih kayak gitu, pasti Mentari tau sesuatu hingga dia pergi begitu aja. Atau kakak yang buat dia begitu?" Aurel mendekatkan wajahnya ke wajah Alvaro, ia ingin melihat kebohongan di mata Alvaro.

"Apaan sih Rel, gue nggak apa-apa juga lagian lo jadi sepupu kepo!" Alvaro berusaha tenang agar dia tidak tahu permasalahannya.

"Ouh iya, yaudah sih jangan ngegas juga," timpal Aurel.

"Siapa yang ngegas?" tentu saja Alvaro merasa tidak bersalah namun Aurel terus menyalahkan dirinya. Karena merasa bosan, Aurel langsung pergi begitu saja tanpa permisi dengan pak ketos.

****

"Sendirian aja?" Mentari duduk di sebelah Queen yang tengah melihat Marcel bermain basket. Tanpa melirik Mentari. Queen merasa jengah.

"Sok akrab banget," ujarnya membuat Mentari tertegun. Bagaimana mungkin Queen berubah menjadi dingin. Sebenarnya apa salahnya. Apakah dirinya pernah melakukan kesalahan fatal hingga membuat Queen membencinya?

"Udah sana pergi gue alergi orang kayak lo," Queen langsung beranjak dari tempat duduknya. Ia benar-benar kesal dengan Mentari yang selalu ingin dekat dengan dirinya.

"Queen, jangan pergi gue mau ngomong sesuatu!" ujar Mentari ingin mengejar Queen namun ditahan oleh Aurel. Tentu saja Aurel tak akan membiarkan Mentari mengejar orang yang tidak butuh dengannya.

"Jangan ngejar dia Tar, entar lo sakit hati," Mentari hanya menurut benar apa yang dikatakan oleh Aurel.

"Lo ada masalah apa sama dia, sejak gue masuk hubungan lo sama dia agar gimana gitu," ujar Aurel dengan mimik penasaran.

Mentari menarik napas dalam-dalam, ia sebenarnya ingin melupakan namun tidak bisa. "Sebenarnya gue sama dia itu sahabatan, deket banget kita udah seperti saudara di sekolah maupun di luar, tapi beberapa hari ini sikapnya aneh banget, gue juga nggak tau dia kenapa," ungakp Mentari.

"Ouh gitu, yaudah Tar lo nggak usah deketin dia dulu kayaknya dia butuh waktu. Oh iya kan ada gue di sini lo bisa anggap gue sahabat juga," ujar Aurel, begitu periang dan juga manis membua Mentari gemes sendiri melihatnya.

"Iya-iya makasih Aurel, lo udah gue anggap sebagai adik gue," balas Mentari dengan tersenyum ramah.

"Oke kalo begitu, gimana kalo kita ke kelas. Kayaknya udah mau masuk jam ke-tiga," Mentari mengangguk menyetujui saran Aurel. Mereka berdua langsung pergi namun tidak sadar jika Queen mendengar percakapan mereka.

****

Kring... Bunyi bel terdengar memekik telinga. Semua orang langsung bergegas keluar dari dalam kelas, tentunya dengan terburu-buru. Bel pulang adalah hal yang dinanti-nantikan oleh semua siswa, apakah kalian termasuk?

Mentari dan Aurel berjalan beriringan melawati koridor sekolah, yang mengarah ke pintu gerbang. "Mau pulang bareng nggak Tar?" tanya Aurel berjalan di samping Mentari.

"Nggak Rel, gue kayaknya mau latihan paskibra dulu, jadi lo duluan aja." Mentari tak enak hati menolak namun karena ada yang harus menjadi tugasnya maka ia meminta maaf.

Aurel mengangguk paham, "Oke kalo begitu gue duluan yah, dadaaah!" Aurel melambaikan tangan, begitu pula Mentari membalasnya.

****

"Satu... Dua... Tiga!" teriakan aba-aba terdengar dari suara Marcel dirgantara. Semua anak-anak paskibra berbaris rapi di tengah lapangan SMA Galaski dengan matahari yang menyengat mereka. Tentunya Mentari berada di sana.

"Tari lo coba arahin mereka, gue harus cabut duluan," Marcel menepuk punggung Menteri lalu pergi begitu saja. Mentari tentunya tau apa harus dilakukan sekarang karena dia adalah paskibra senior di SMA Galaksi.

"Baiklah semuanya, perhatikan saya di depan. Jangan ada yang berbicara. Tubuh posisi siap dan harus menerima konsekuensi jika melakukan kesalahan."

Tentu saja Mentari yang ini beda dengan Mentari di sekolah. Mentari yang ini memiliki insting yang kuat dengan tatapan yang mematikan mampu membuat semua yang melihatnya menjadi takut dan bisa lari.

"Oke kita akan PBB terlebih dahulu. Oke kalo siap saya akan beri aba-aba!" jelasnya.

Mentari sekarang tengah berada di tengah lapangan, menggunakan seragam khusus paskibra dan juga topi yang bertengger di kepalanya. Serta pluit yang tergantung di lehernya.

Setelah hampir beberapa kali beristirahat, Mentari akhirnya menyudahi kegiatan hari ini. Tentunya dengan itu ia akan pergi bersama Aurel ke gramedia untuk membeli buku.

****

"Tar lo udah siap?" Aurel sekarang berad di ruang tamu Mentari, Dewi juga tampak asyik berbincang-bincang dengan Aurel, mereka sangat akrab walaupun baru bertemu.

"Iya-iya yaudah tante Aurel mau ngajak Mentari keluar tante mau nonton film sama ke gramedia beli buku, hehe!" tukasnya. Dewi tentunya mengijinkan, bagaimana tidak beberapa hari yang lalu Mentari hanya murung di kamar tanpa ada yang menemaninya.

"Iya-iya sana pergi nanti keburu maghrib," imbuhnya. Mentari langsung menarik Aurel untuk segera keluar.

****

"Serem banget jirr," Aurel memeluk Mentari yang sangat ketakutan. Mentari tentunya hanya biasa-biasa saja. Film yang ini terkesan biasa aja dengan Jumpcare yang terus menerus membuat penonton kaget. Hahaha.

Setelah menonton bioskop keduanya akan beranjak ke gramedia yang tak jauh dari bioskop. Sebenarnya Mentari malas membeli buku namun karena paksakan dari Aurel yan mau tak mau sihh. Lagian juga Aurel yang akan membelikan nya.

Welcome to Gramedia.

Mereka sudah sampai di depan gedung gramedia yang sangat besar, full buku pastinya. Tentu saja kesempatan untuk Mentari menbeli buku sebanyak-banyaknya. Hahaha.

"Aurel lo mau beli buk apa?" Mentari bertanya saat melihat rak-rak buku yang semuanya tampak menarik.

"Buku apa aja yang penting bukan horor," balas Aurel. Oke Mentari mengerti sekarang. Mereka langsung berpencar untuk memilih buku mana yang akan mereka beli nanti.

Setelah beberapa jam, Mentari melihat beberapa buku yang membuatnya tertarik terutama blurb di belakang bukunya. Di lain tempat Aurel juga sudah menemukan tiga buku yang bergenre fiksi remaja.

"Ayo tar kita bayar," kata nya lagi.

𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗕𝗨𝗡𝗚...

Sebenarnya bosan nulis nggak mood juga tapi yaudalah siapa tau ada yang nunggu kelanjutannya.

Oke see you 😓

ALTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang