“Piring yang pecah tidak akan pernah bisa disatukan kembali begitupun hubungan kita yang tidak akan kembali seperti dulu.”
— MARCEL DIRGANTARA.“Jika orang membenci kita, yaudah kita harus apa. Kita hanya perlu tersenyum kepada mereka yang membenci kita.”
— MENTARI TRI UTAMI.HAPPY READING.
Mentari kaget, bahkan menutup mulutnya. Bagaimana mungkin seorang ketos yang Alim dan juga kalem dan cool ini tiba-tiba berperilaku aneh. What ada yang salah?
Mentari beringsut lalu menyenderkan kepalanya di kepala ranjang. Tubuhnya belum semaksimal ini untuk pulih. Sekarang fikiran Mentari semakin kompleks. Kebencian Queen, Marcel yang terus memaksa untuk mendekatiku. Dan Alvaro yang tiba-tiba menyuruhnya menjauh.
"Aaaa kenapa ini semua harus terjadi!" karena kesal Mentari melempar bantal ke arah pintu dan berhasil mengenai ibunya, Dewi.
"Ibu!?" alangkah terkejutnya Mentari melihat wajah ibunya tertutup oleh bantal yang ia lempar. Ibu langsung melemparkannya kembali ke kasur Mentari. "Sebenarnya kamu punya masalah apa nak?!" Dewi bertutur kata dengan lemah lembut agar tidak mencelakai hati Ibunya.
Dewi tersenyum gusar lalu menoleh arah Mentari, Mentari mengalahkan pandangan. "Ibu maafin Mentari, Mentari lagi banyak fikiran." ujarnya. Dewi mengerti dengan anaknya sekarang. Ia memang tampaknya banyak fikiran. "Yaudah kamu istrahat dulu, ibu keluar yah tampaknya kamu memang butuh istrahat," kata Dewi mantap, kemudahan pergi keluar.
****
Hari rabu telah tiba, Alvaro bersama Aurel sudah masuk ke dalam parkiran itu berarti tak lama lagi bel akan berbunyi. Aurel melihat sekeliling sekolah entah kenapa ia sangat suka dengan sekolah ini walaupun pertama kali melihatnya. "Sekolah kak Al juga bagus," ujarnya masih melihat ke sekeliling.
Alvaro hanya melihat sepintas Aurel lalu pergi begitu saja, "kak Al tungguin!" Aurel berusaha menyamakan langkahnya yang begitu lambat. "Iya-iya lama," masih melangkah tanpa berhenti.
Mentari yang baru juga datang melihat Alvaro dan Aurel hingga menimbulkan kecemburuan."Ouh jadi Al udah punya yang baru? Tapi ngapain juga gue cemburu kan gue bukan siapa-siapa nya," Mentari mengusap wajahnya, kemudian berjalan santai ke koridor kelasnya.
****
Di kelas 12 IPA 1 bu Rani sudah masuk kedalam kelas disusul oleh seorang perempuan yang ikut masuk di belakang bu Rani.
"Selamat pagi anak-anak!" kata bu Rani langsung di balas oleh mereka. Mentari mengalihkan pandangan ke luar jendela. Queen perempuan itu hanya menatap datar.
"Oke karena hari ini kita kedatangan siswa baru yang akan belajar sementara di sekolah kita untuk sementara waktu," Bu Rani melirik Aurel yang melihat kelas barunya itu.
"Hai gaes, kenalin nama gue Aurel yang akan belajar semetara di sini," katanya lagi dengan tersenyum ramah.
"Salam kenal Aurel!" saut mereka semua kecuali Mentari dan Queen yang sama-sama tak menjawab.
"Oke kalo begitu Aurel kamu duduk di sebelah Mentari yah," Aurel langsung saja beranjak ke arah Mentari. Mentari menberikan senyuman hangatnya untuk Aurel. Begituan Aurel.
****
Marcel tengah berdiri di ambang pintu, di sana ia tengah memandang Mentari dan juga sepupunya Aurel. Namun seketika Marcel dibentak oleh Alvaro yang sedang lewat di Koridor.
"Cel ngapain kamu di situ, harusnya kamu di kelas bukan di sini. Ayo ke ke kelas!" kata Alvaro tentunya mengagetkan Marcel. Sekarang mereka beradu pandang. Marcel menyunggingkan senyuman sinis lalu pergi. Alvaro hanya meminta sekilas punggung saudaranya itu lalu kembali berjalan.
Marcel sekarangg tengah berjalan ke lapangan, di sana ada beberapa anak paskibra yang sedang latihan. Tentu saja karena mereka akan dinas di hari senin. Mereka harus tampil sempurna.
"Halo brothers," seorang laki-laki menghampiri Marcel. Sedang duduk di bawah pohon.
"Lo kenapa sih murung mulu, lagi ngesad yah?" pikir nya. Marcel masih terdiam ia tidak tahu harus ngapain.
****
"Alvaro lo marah sama gue?" Mentari menghampiri Alvaro yang tampaknya sedang berbincang dengan temannya.
"Apa marah? Gue nggak pernah marah sama lo kok," Alvaro mengerutkan dahinya. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Mentari hingga menuduhnya yang tidak-tidak.
Tentu saja Mentari kaget bagaimana mungkin Alvaro bisa sekejut itu jika bukan dia yang mengirim pesan itu kemarin. "Terus siapa yang ngirim pesan ini!" Mentari mengambil handphonenya memperlihatkan pesan nya terakhir dengan Alvaro.
Alvaro tentunya terperangah saat melihat pesan itu kemarin. Tentunya diluar kendali dirinya. "Kok ada pesan itu sih padahal gue tidur jam segitu," Alvaro membela diri. Ia benar-benar tidak mengirimkan pesan apapun kepada Menteri.
Mentari sekarang sedang berfikir apakah Alvaro pura-pura atau memang tidak melakukan itu. "Gue nggak tau mau percaya atau nggak!" Mentari melongos pergi begitu saja. Alvaro ingin mengejarnya namun satu tangan menghentikan dirinya. Alvaro menoleh dan melihat sepupunya tengah memegang tangannya.
****
"Kok bisa sih, akh!" Queen mendorong mejanya hingga berpindah beberapa meter. Kiara menatap sinis Queen lalu pergi keluar dari kelas bersama gengk nya.
"Dih mereka kenapa sih, sok asik banget!" Queen juga beranjak dari tempat duduknya lalu ke kantin untuk mengisi perut nya yang kosong sejak tadi belum makan.
****
"Woi Marcel?!" teriakan Alvaro tentunya mengundang perhatian dari seluruh siswa yang sedang berlatih terutama anak paskibra.
Marcel menatap Alvaro yang sedang mendekati dirinya. Tanpa aba-aba Alvaro menarik keraj baju saudranya itu. Ia benar-benar menjadi kejadian langka.
"Lo kan yang ngirim pesan ke HP gue kemarin?" Alvaro tentunya tak salah memduga karena Marcel sempat minjam HP nya sebentar.
"Maksud lo apa anjing, gue nggak pernah ngirim pesan apapun lewat HP lo bangsat!" Marcel membela diri. Amarah mulai menguasai dirinya.
"Banyak bacot lu ayo kita baku hantam kalo lo mau!" Marcel dengan kekehnya menantang Alvaro. Tentunya Alvaro dengan senang hati menerima tawaran yang cukup menarik itu.
Marcell lebih dulu menendang Alvaro hingga mundur beberapa langkah. Lalu memperbaiki kerah bajunya yang kusut karena Alvaro. "Var lo jangan sok jagoan deh di sini. Lo bisa mati nanti. Ingat ini kawasan gue bukan kawasan lo!" gertakan itu tentunya mengundang beberapa orang untuk menonton aksi dua kakak-beradik itu yang akan adu gelud.
****
Menteri tak sengaja melihat teman sebangku nya tadi. Iya ia sekarang melihat Aurel yang tampak kebingungan celingukan sekarang. "Aurel kamu kok kayak orang bingung gitu, kamu bingung kenapa?" Aurel bersyukur karena ada Mentari di hadapannya.
'Loh kok sama yah sama nama yang tertera di HP kak Al kemarin malam, namanya juga Mentari!' batinnya, namun segera buyar.
"Ini Tar gue lagi cari kantin laper soalnya,hehehe," kekehnya namun terkesan garing.
"Ouh kantin, ayo ku antar kebetulan aku juga mau kesana," ujarnya. Mereka akhirnya berjalan ke kantin beriringan namun saat mereka sudah sampai ke kantin mereka mendengar suara teriakan dari lapangan, beberapa orang dikantin juga langsung pergi melihat apa yang terjadi.
"Itu kenapa?"
𝗕𝗘𝗥𝗦𝗔𝗠𝗕𝗨𝗡𝗚...
Halo epribadeh, bentar lagi mau lebaran idul adha loh siap-siap aja dapat daging kurban uhuk
Spam next dulu yah. Aku lagi gabut nih
See you 😈
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAR [END]
Teen FictionSEBELUM BACA ADA BAIKNYA FOLLOW DULU YAH. A cerita by Ahmad Fitrah Sinopsis : Lahir dari keluarga miskin tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk berprestasi. Begitupun juga dengan Mentari, seorang siswa SMA Nusantara, cantik dan berprestasi...