𝗕𝗔𝗕 𝟬𝟯. MARCEL DIRGANTARA.

20 6 2
                                    

Happy Reading.

“Kita bukan saudara, gue nggak pernah anggap lo ada karena lo Ibu gue meninggal”
— MARCEL DIRGANTARA.

Pagi hari ini Mentari dengan sinarnya. Maksudnya Mentari baru saja terbangun setelah tidur beberapa jam yang lalu. Ia melihat jam empat di di dinding nya bergegas mandi dan melaksanakan kewajiban kita sebagai umat Islam.

Terdengar Adzan telah berkumandang di toa masjid. Mentari juga sudah siap siap solat subuh  dikamarnya. Membentangkan sajadah kemudian memakai mukena nya.

"AllahuAkbar," kata Mentari mengucapkan takbir saat sholat. Dengan khusyuk ia melaksanakan sholat tersebut. Ia benar-benar melakukannya dengan tama'ninah.

Apa itu tama'ninah gaes? Yang tau coba komen di kolom komentar.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi," Mentari mengucapkan salam terakhir kemudian melepas mukenah nya. Ia telah melaksanakan shalat subuh kemudian langsung bergegas menyiapkan buku pelajaran nya.

****

Pip pipp....

Terdengar suara klason mobil di depan rumah Mentari yang sederhana ini. Mentari mendongak melihat jam di dinding nya.

06.55

"Astaghfirullah udah jam segini," Mentari yang sibuk baca buku tak sadar jika ia hampir saja terlambat.

"MENTARI AYO CEPET!" terdengar suara cempreng Queen memanggil nama Mentari. Mentari bisa menebak jika itu adalah Queen yang sahabat terlalu melehoy.

"Iya-iya bawel banget sih," Mentari berjalan tergopoh gopoh menghampiri Queen yang tengah berdiri di depan rumahnya.

"Eh udah mau berangkat?" Tiba-tiba ibu muncul dari belakang. Menteri dan Queen sontak kaget. Ibu menghampiri Mentari yang sudah siap-siap berangkat ke sekolah bersama Queen.

"Yaudah bu, tari pamit yah," Mentari langsung mencium punggung tangan ibunya. Begitupun Queen yang sudah menganggap Bu Dewi sebagai ibu keduanya.

"Hati-hati di jalan, jangan lupa belajar yang benar jangan kebanyakan main."

Bu Dewi memberi nasehat kepada mereka berdua. Mereka terlihat sangat kompak mau bagaimana seperti seorang saudara.

"Siap bu," jawab mereka kompak dengan posisi hormat kepada Bu Dewi. Bu Dewi dibuat tertawa melihat kelakuan mereka berdua yang ada-ada saja.

"Yaudah sana ke sekolah gih nanti terlambat."

"Oh iya," Queen langsung masuk ke dalam mobil begitupun Mentari. Bu Dewi hanya melihat mereka berdua yang sudah ingin berangkat.

"Assalamu'alaikum bu," pamit mereka.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Bu Dewi, lalu masuk ke dalam rumah.

****

"Maksud lo apa anjing!" seorang cowok tengah menginterogasi seorang laki-laki yang ingin mencuri di sekolah.

Namanya MARCEL DIRGANTARA. Hidungnya mancung dengan alis tebal dan juga bibir yang menggoda. Rambutnya rapi membuat semua cewe cewe dibuat ketar-ketir dibuatnya.

"Ini dompetnya, lain kali hati-hati yah," ucapnya lalu menyerahkan dompet itu kepada yang empunya.

"Thanks kak, iloveyou," gadis itu berterimakasih dengan malu-malu kucing.

Marcel hanya tersenyum kemudian melangkah menuju ke arah kelasnya. Dengan tubuhnya yang tegap dan berotot terlebih memiliki roti sobek yang tercetak jelas walaupun masih menggunakan seragam putih Abu-Abu.

ALTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang